MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Wednesday, June 24, 2020

Tegaknya Agama dan Dunia

Pondasi Tegaknya Agama dan Dunia
Nashaihul Ibad Bab Ruba'iy
Oleh Mustamsikin

Siapa yang tidak mengenan Imam Ali bin Abi Thalib. Sosok yang cerdas, berwibawa, kesatria nan pemberani yang pilih tanding. Kecerdasannya sangat diakui bahkan oleh Nabi Saw., semdiri. Ia merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan yang kotanya adalah Nabi Saw.

Termasuk bagian penting ketika memperbincangkan Ali bin Abi Thalib adalah kecerdasan dalam bernasehat. Nasehat yang dimaksud dalam kajian kitab Nashaihul Ibad kali ini, berhubungan dengan pondasi tetap kokohnya agama dan dunia. Apa saja pondasi yang mampu meneguhkan tetap tegaknya agama dan dunia? Ali mengatakan, "Agama dan dunia tidak akan runtuh selama kokoh empat hal berikut."

Pertama, agama dunia tetap kokoh berdiri selama orang kaya tidak bakhil atas apa yang diberikan Allah kepadanya. Peryataan ini dipahami oleh Syekh Nawawi dengan penjelasan bahwa orang kaya yang tetap mau memberi orang yang meminta dan tidak menahan harta yang wajib ia keluarkan. 

Tiang pancang pertama pondasi agar agama dan dunia ini tetap kokoh di atas menggambarkan bagaimana pentingnya kedermawaan orang kaya. Kesadaran bahwa dalam kekayaannya ada jasa dan hak orang yang lemah dan membutuhkan. Maka sudah sepantasnya bila sebagian kekayaannya disalurkan kepada yang berhak dan tidak menahan harta yang sewajibnya ia keluarkan zakatnya.

Kedua, agama dan dunia tetap kokoh, selagi ulama beramal sesuai ilmunya. Ulama yang berprilaku, memerintah dan melarang sesuai dengan pengetahuannya. Ulama yang seperti inilah yang masuk dalam kriteria al-Ulama' al-Amilin.Mereka  berprilaku sesuai dengan ilmu yang mereka miliki.

Sosok kriteria yang seperti inilah yang pantas disebut dengan ulama. Tidak asal-asalan mengaku ulama. Apalagi baru belajar Islam, mengetahui hadis satu dan dua kemudian berfatwa tanpa ilmu. Yang demikian ini bukan ulama selain itu dapat sesat dan menyesatkan.

Ketiga, agama dan dunia tetap tegak selagi orang bodoh tidak sombong atas apa yang tidak ia ketahui. Selagi orang yang bodoh mau belajar dan tidak menyombongkan ketidaktahuannya maka agama dan dunia akan tetap kokoh. Lain halnya jika orang-orang kategori ini sudah tidak mampu ditambah tidak mau--belajar--masih saja belagu.

Syekh Nawawi memahami bahwa sepantasnya orang bodoh tidak abai atas ketidak tahuannya dan tidak henti-hentinya belajar atas apa yang tidak mereka ketahuai. Dengan demikian maka mereka akan selamat dan menyelamatkan banyak orang. Penulis memandang orang-orang seperti ini cukup banyak jumlahnya, bahkan tidak jarang mereka memamerkan ketidaktahuan mereka diberbagai media yang dapat merobohkan agama dan dunia.

Keempat, agama dan dunia tetap kokoh selagi orang-orang fakir tidak menukar akhirat mereka dengan perkara dunia. Jika orang-oranh fakir konsisten atas keyakinan mereka bahwa akhirat lebih kekal, tidak memperjual belikan keyakinan atas agama mereka dengan harta duniawi maka agama dan dunia akan tetap kokoh berdiri. Setidaknya agama atau keyakinan mereka akan tetap kokoh.

Tentang yang keempat ini, penulis memandang bahwa penting memperhatikan orang-orang fakir. Utamanya bagi para aghniya' yang dengan kecukupan hartanya seharusnya memberi bantuan kepada fakir dan miskin. Begitu juga orang-orang kategori ini harus beranjak dengan semangat untuk terbebas dari kefakiran. Berusaha dengan sekuat tenaga merubah nasib untuk lebih baik. Dengan tujuan mengjauhi kekafiran sebagaimana sabda Nabi Saw., "Dekat sekali kefakiran dengan kekafiran."

Demikianlah empat hal yang menjadi pondasi tetap tegaknya agama dan dunia. Semoga keemlat hal di atas masih dapat kita lihat di lingkungan sekitar kita. Sehingga agama dan dunia tetap tegak. Amin.

Wallahu A'lam Bisshawab

No comments:

Post a Comment