Fisik yang Baik dan Rusak
Syajaratul Ma'arif 2
Oleh Mustamsikin
Banyak pelajaran yang dapat diperoleh dari uraian Sulthanul Ulama' Al-Izz bin Abdissalam (W. 660 H.) dalam kitab Syajaratul Ma'arif. Sebagaimana beberapa hari yang lalu penulis menyajikan penjelasan Al-Izz tentang hati yang baik dan yang rusak. Kali ini penulis akan menguraikan tentang fisik yang baik dan fisik yang rusak.
Dalam penjelasannya Al-Izz menyatakan bahwasannya fisik yang baik memberi pengaruh secara sempit dan luas. Fisik yang baik dalam pengaruhnya secara sempit dicontohkan oleh Al-Izz dengan prilaku rukuk dan sujud. Sedang dalam makna fisik yang baik secara luas digambarkan dengan prilaku memberi maaf dan suka memberi atau dermawan.
Penjelasan Al-Izz tentang fisik yang baik di atas dipahami oleh penulis sebagai bentuk pengabdian seorang hamba kepada Allah Saw. Setidaknya pengabdian itu ditunjukkan dengan rajin beribadah. Rajin ibadah di sini tercermin dari prilaku rukuk dan sujud. Rukuk sebagai gambaran ketundukan, sujud sebagai cerminan penghambaan.
Di sisi lain, memang rukuk dan sujud merupakan karakter utama ibadah yang paling utama yakni salat. Salat sebagai satu ibadah yang dalam pelaksanannya tidak dapat ditawar kecuali orang yang telah hilang akalnya. Selama akal seseorang masih normal maka baginya dalam keadaan apapun mendapat tuntutan melaksanakan salat.
Sedang secara luas Al-Izz menggambarkan bahwa fisik yang baik terwakilkan dengan prilaku memaafkan dan memberi. Mengapa memaafkan? Karena memaafkan merupakan kegiatan tidak mudah dilakukan dan perbuatan yang sangat mulia. Adapun dermawan merupakan satu perbuatan yang sangat mulia. Sebab suka memberi tidak mudah banyak dilakukan banyak orang.
Selanjutnya, selain Al-Izz membagi pengaruh fisik yang baik secara sempit maupun luas, Al-Izz juga menyingkap hal yang sama pada fisik yang buruk. Menurutnya, fisik yang buruk secara sempit dapat tergambarkan dari prilaku meninggalkan ibadah yang pendek--ringan. Sedangkan seara luas, fisik yang buruk dapat mersinggungan dengan orang lain seperti prilaku adu domba dan dusta.
Penulis memahami perbuatan meninggalkan ibadah yang pendek--ringan--merupakan cerminan dari kemalasan dan ketidakpatuhan pada pencipta. Ibadah sebagai tugas utama manusia di dunia yang ringan saja ditinggalkan apalagi yang besar. Tentu hal seperti ini cukup sebagai gambaran betapa fisik yang buruk enggan untuk digerakkan untuk beribadah meski itu ringan.
Bahkan secara luas, fisik yang buruk dapat melakukan tindakan yang sangat merugikan yakni adu domba dan dusta. Adu domba merupakan satu perbuatan yang benar-benar dapat merusak keharmonisan dan ketentraman antar sesama. Begitu juga dusta. Pengaruh keduanya sama saja merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
Dari uraian di atas dapat ditarik benang simpul bahwa fisik yang baik maupun yang buruk sama-sama berpengaruh baik secara sempit maupun luas. Secara sempit berhubungan dengan penghambaan pada pencipta seperti rukuk, sujud hingga mrningglkan ibadah yang ringan. Sedang secara luas berpengaruh pada sesama. Seperti prilaku memberi maaf, dermawan, hingga adu domba dan dusta.
Demikianlah pelajaran yang dapat disarikan dari kitab Syajaratul Ma'arif. Semoga penjelasan-penjelasan Al-Izz bin Abdissalam dapat kita ambil nilai-nilai hikmahnya. Pun juga dapat kita jadikan cermin apakah sesuai dengan prilaku kita atau tidak.
Wallahu A'lam Bisshawab
Ketrangan gambar https://www.alodokter.com/
No comments:
Post a Comment