MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Monday, June 15, 2020

Empat Jenis Lautan

Empat Jenis Lautan
Nashaihul Ibad Bab Ruba'i Maqalah 7
Oleh Mustamsikin

"Lautan ada empat macam. Hawa nafsu adalah lautannya dosa. Nafsu adalah lautannya syahwat. Mati merupakan lautannya umur. Kubur adalah lautan penyesalan."
Sayyidina Umar bin Khatab 

Kajian kitab Nashaihul Ibad kali ini membincang tentang petikan hikmah yang disampaikan oleh Umar bin Khatab--seperti cuplikan di atas. Sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar, Umar mengkategorikan lautan menjadi empat macam. Lautan yang dimaksud tidak hanya luas namun juga sangat dalam. 

Lautan yang pertama adalah kesenangan--memeprturutkan--nafsu menjadi lautannya dosa. Tak bisa dibayangkan jika seseorang memperturutkan hawa nafsunya hingga melampaui rel syari'at, tentu tiada lain buah yang ia akan petik adalah dosa. Semakin seseorang memberi peluang nafsu untuk terus bersenang-senang maka poin dosa yang akan ia kumpulkan akan semakin banyak.

Berikutnya, lautan yang kedua adalag nafsu. Nafsu yang dipahami oleh Syekh Nawawi sebagai nafsu amarah. Nafsu amarah merupakan lautannya syahwat. Bermula dari nafsu amarah seseorang akan melakukan yang ia senangi--syahwat--tanpa henti. 

Nafsu inilah yang terus mendorong hingga  seseorang melakukan keburukan. Menuruti kesenangan nafsu. Hingga kemudian ia menyesal dikemudian hari. 

Selanjutnya, lautan yang keempat adalah mati atau binasa. Mati menjadi lautan bagi umur. Jikalau mati telah tiba banyak atau sedikit banyaknya umur tiada beda di antara keduanya. Manusia boleh saja mati saat ia masih usia belia atau sudah berusia lanjut. 

Dihadapan kematian umur manusia tiada bedanya. Satu sama lain manusia binasa dihampiri kematian. Maka kemudian tidak heran jika Umar menyatakan bahwa mati adalah lautan umur. Umur apa dan siapa saja yang pada akhirnya akan berhadapan dengan namanya mati.  

Lautan yang terakhir adalah kubur sebagai lautan penyesalan. Kata Syekh Nawawi, bagi orang yang takut dan menyangka mati tidak akan menghampirinya maka kubur menjadi momok yang menakutkan baginya. Padahal kubur sejatinya adalah lautan penyesalan yang tiada akhir. 

Jika seseorang telah menghuni rumah yang namanya kubur sedang ia tidak memiliki bekal sama sekali maka menyesallah ia. Ia tidak lagi dapat beranjak kembali dari liang kuburnya. Ia pula tidak punya kesempatan untuk menghalau penyesalan yang telah ia rasakan. 

Demikianlah kajian kitab _Nasahaihul Ibad_ kali ini. Semoga nasehat di atas dapat memantik kita untuk lebih banyak berbuat kebaikan. 

Wallahu A'lam Bisshawab

2 comments: