Thursday, June 25, 2020
Membincang Pandangan Umar Terhadap Sebuah Cobaan
Wednesday, June 24, 2020
Sebab Nabi Dipanggil Tuan
Tegaknya Agama dan Dunia
Saturday, June 20, 2020
Ketika Seorang Hamba Berdosa
Friday, June 19, 2020
Cara Memperoleh Surga
Wednesday, June 17, 2020
Jagalah Permatamu
Tuesday, June 16, 2020
Ada Apa dengan Ekspresi
Monday, June 15, 2020
Amalmu BagiKu
Kala Diam Lebih Utama
Empat Jenis Lautan
Sunday, June 14, 2020
Melirik Nikmat Sendiri
Saturday, June 13, 2020
Manisnya Ibadah
Empat Penyempurna
Empat Pengaman
Membincang Empat yang Memenuhi Haknya Ibadah
Friday, June 12, 2020
Resep Menulis Cepat Prof. Mulyadhi Kartanegara
Thursday, June 11, 2020
Badai Pasti Berlalu
Wednesday, June 10, 2020
Adab Qur'ani
Empat Keburukan
Tuesday, June 9, 2020
Empat Kebaikan
Bekal Menuju Rumah Keabadian
Monday, June 8, 2020
Mendidik dan Memuliakan Anak
Memotret Lukisan di Surga Mungkinkah?
Saturday, June 6, 2020
Kisah dan Nasehat Sufi
Friday, June 5, 2020
Allah Yang Maha Lembut
Thursday, June 4, 2020
Keutaman Manusia
Keutamaan Manusia
Syajaratul Ma'arif 3
Oleh Mustamsikin
Jamak diketahui bahwa manusia merupakan makhluk yang teramat mulia. Allah benar-benar memuliakan manusia meski Ia juga memfiramnkan bahwa manusia itu _dhaluman jahula._ Dari sudut manapun manusia adalah makhluk Allah yang memiliki banyak kelebihan dari makhluknya yang lain. Manusia lebih unggul dari benda mati seperti batu yang hanya sebagai objek. Lebih baik dari tumbuhan yang dapat merasa tanpa dapat berucap. Lebih sempurna atas binatang yang bisa bersuara namun tidak dapat mengutarakan ekspresi perasaanya dengan sempurna.
Selain keunggulan manusia atas makhluk Allah yang lain seperti benda mati, tumbuhan dan binatang manusia diberi anugrah berupa kemampuan berucap dengan jelas, dan akal yang sempurna lengkap dengan kemampuan memahami sesuatu. Dapat dididik dengan baik dan sempurna. (h.3)
Atas keunggulan dan keutamaan manusia tersebut maka kemudian dibebankan atas manusia berbagai perintah dan larangan oleh Allah melalui pengajaran al-Qur'an. Manusia diperintahkan untuk berbuat kebaikan serta dilarang untuk berbuat dosa dan kelaliman. (h.3)
Meski fasilitas yang diberikan Allah kepada manusia kemudian sebagai pertanggungjawaban itu dikenakan padanya suatu aturan--berupa perintah dan larangan tadi--Allah dalam perintah dan larangannya menyiapkan setiap balasannya. Tentang balasan ini Syekh Al-Izz bin Abdissalam (W. 660 H.)menuturkan bahwa konsekuensi amal manusia baik secara lahir maupun batin ada dua.
Pertama, menjadikan manusia mengabadi di surga dan memperoleh ridha dari Allah yang maha pengasih. Kedua, menetapkan manusia berada di neraka selamanya serta mendapat kemurkaan Allah zat yang maha membalas segala perbuatan. Kecuali bagi yang diampuni oleh-Nya.
Dua kemungkinan inilah balasan yang diperoleh manusia atas apa yang ia kerjakan. Boleh jadi ia abadi di surga. Boleh jadi pula ia kelak menjadi penduduk tetap neraka.
Namun demikian dua perlu diingat bahwa baik di surga maupun di neraka kelak semua atas kehendak dan ketetapan Allah. Boleh jadi Ia mengampuni pendosa dengan sifat-Nya yang maha pengampun kemudian si pendosa tadi dimasukkan surga dengan anugrah-Nya. Bisa jadi juga ahli ibadah dimasukkan ke dalam neraka dengan sifat-Nya yang maha kuasa.
Selain itu perlu diingat bahwa Allah sangat maha kuasa. Kekuasan-Nya tidak terbatas. Ia tetap berbuat semau-Nya baik saat ini hingga kapanpun bahkan di akhirat kelak. Oleh sebab itulah atas kekuasaan-Nya semua kemungkinan atas manusia dapat terjadi. Sehingga manusia menjadi lebih hati-hati dalam beramal baik dan berbuat dosa. Tidak lantas membanggakan amal bagi ahli ibadah. Tidak pula ceroboh berbuat dosa semaunya.
Demikianlah keutamaan manusia dengan segala keunggulan dan tuntutan yang diberlakukan untuknya. Semoga kita semua menjadi manusia-manusia yang dibimbing oleh hidayah-Nya sehingga memperoleh ridha-Nya. Dengan harapan hidup bahagia, mati masuk surga dan mendapat ridha-Nya. Amin.
Wallahu A'lam Bisshawab
Tuesday, June 2, 2020
Syajaratul Ma'arif 2
Syajaratul Ma'arif 2
Oleh Mustamsikin
Banyak pelajaran yang dapat diperoleh dari uraian Sulthanul Ulama' Al-Izz bin Abdissalam (W. 660 H.) dalam kitab Syajaratul Ma'arif. Sebagaimana beberapa hari yang lalu penulis menyajikan penjelasan Al-Izz tentang hati yang baik dan yang rusak. Kali ini penulis akan menguraikan tentang fisik yang baik dan fisik yang rusak.
Dalam penjelasannya Al-Izz menyatakan bahwasannya fisik yang baik memberi pengaruh secara sempit dan luas. Fisik yang baik dalam pengaruhnya secara sempit dicontohkan oleh Al-Izz dengan prilaku rukuk dan sujud. Sedang dalam makna fisik yang baik secara luas digambarkan dengan prilaku memberi maaf dan suka memberi atau dermawan.
Penjelasan Al-Izz tentang fisik yang baik di atas dipahami oleh penulis sebagai bentuk pengabdian seorang hamba kepada Allah Saw. Setidaknya pengabdian itu ditunjukkan dengan rajin beribadah. Rajin ibadah di sini tercermin dari prilaku rukuk dan sujud. Rukuk sebagai gambaran ketundukan, sujud sebagai cerminan penghambaan.
Di sisi lain, memang rukuk dan sujud merupakan karakter utama ibadah yang paling utama yakni salat. Salat sebagai satu ibadah yang dalam pelaksanannya tidak dapat ditawar kecuali orang yang telah hilang akalnya. Selama akal seseorang masih normal maka baginya dalam keadaan apapun mendapat tuntutan melaksanakan salat.
Sedang secara luas Al-Izz menggambarkan bahwa fisik yang baik terwakilkan dengan prilaku memaafkan dan memberi. Mengapa memaafkan? Karena memaafkan merupakan kegiatan tidak mudah dilakukan dan perbuatan yang sangat mulia. Adapun dermawan merupakan satu perbuatan yang sangat mulia. Sebab suka memberi tidak mudah banyak dilakukan banyak orang.
Selanjutnya, selain Al-Izz membagi pengaruh fisik yang baik secara sempit maupun luas, Al-Izz juga menyingkap hal yang sama pada fisik yang buruk. Menurutnya, fisik yang buruk secara sempit dapat tergambarkan dari prilaku meninggalkan ibadah yang pendek--ringan. Sedangkan seara luas, fisik yang buruk dapat mersinggungan dengan orang lain seperti prilaku adu domba dan dusta.
Penulis memahami perbuatan meninggalkan ibadah yang pendek--ringan--merupakan cerminan dari kemalasan dan ketidakpatuhan pada pencipta. Ibadah sebagai tugas utama manusia di dunia yang ringan saja ditinggalkan apalagi yang besar. Tentu hal seperti ini cukup sebagai gambaran betapa fisik yang buruk enggan untuk digerakkan untuk beribadah meski itu ringan.
Bahkan secara luas, fisik yang buruk dapat melakukan tindakan yang sangat merugikan yakni adu domba dan dusta. Adu domba merupakan satu perbuatan yang benar-benar dapat merusak keharmonisan dan ketentraman antar sesama. Begitu juga dusta. Pengaruh keduanya sama saja merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
Dari uraian di atas dapat ditarik benang simpul bahwa fisik yang baik maupun yang buruk sama-sama berpengaruh baik secara sempit maupun luas. Secara sempit berhubungan dengan penghambaan pada pencipta seperti rukuk, sujud hingga mrningglkan ibadah yang ringan. Sedang secara luas berpengaruh pada sesama. Seperti prilaku memberi maaf, dermawan, hingga adu domba dan dusta.
Demikianlah pelajaran yang dapat disarikan dari kitab Syajaratul Ma'arif. Semoga penjelasan-penjelasan Al-Izz bin Abdissalam dapat kita ambil nilai-nilai hikmahnya. Pun juga dapat kita jadikan cermin apakah sesuai dengan prilaku kita atau tidak.
Wallahu A'lam Bisshawab
Ketrangan gambar https://www.alodokter.com/