MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Friday, January 14, 2022

Adab Pencari Ilmu

Adab Pencari Ilmu
(Bagian Ke 18) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Pada kajian yang telah lalu telah dibahasa mengenai adab thalib (pencari ilmu) pada buku atau kitabnya adalah menghindarkan buku dari kotoran dan menjaganya sebagai sesuatu yang berharga. Melanjutkan kajian tersebut pada pembahasan kali masih fokus pada perlakuan penting seorang thalib kelada kitab atau bukunya. Adab thalib pada bukunya yang selanjutnya adalah tidak meletakkan sesuatu benda di atas buku, sebagaimana Syekh Ibnu Mukhtar menerangkan, 

ولاتضع شيئاعليها مطلقا # ولاتكن مهذرمن او ممشقا

"Janganlah kamu meletakkan sesuatu apapu di atas buku. Dan janganlah kamu mempercepat bacaan atau memutus tulisan."

Dari syair di atas dapat dipahami bahwa termasuk larangan bagi thalib yakni meletakkan sesuatu di atas buku pelajarannya. Sesuatu yang dimaksud di sini bersifat mutlak. Benda apapun, utamanya yang berpotensi dapat merusak kitab, dan sesuatu yang dimaksud adalah jenis benda yang tidak patut diletakkan di atas buku--alas kaki misalnya. Benda-benda yang demikian selain berpotensi merusak buku juga dapat merusak nilai sebuah buku. 

Selain itu berisi perlakuan thalib pada bukunya, syair di atas juga mengandung pesan penting bagi thalib untuk tidak bergegas dalam membaca. Maksunya, tidak tergesa-gesa yang dapat mengurangi pemahaman. Penulis memandang pesan penting Syekh Ibnu Mukhtar dalam syair ini sangat penting lebih-lebih bagi pembaca pemula.yang belum memiliki teknik dan kemampuan memahami suatu bacaan dengan singkat. 

Sebanding dengan itu adalah larangan memutus sebuah tulisan. Penulis memahami larangan ini dengan dua makna. Pertama, berhenti menulis yang dimaksud adalah memutus tulisan yang belum sampai terpenuhinya pemahaman yang utuh. Misalnya memotong kalimat yang seharusnya berbunyi zaid memukul umar. Namun baru ditulis zaid memukul kemudian tidak dilanjutkan. Makna yang kedua, memutus tulisan yang dimaksud adalah berhenti menulis--tidak lagi menulis dengan baik. 

Jika makna pertama yang dikehendaki dalam syair di atas maka seharusnya seorang thalib hendaknya bijak dalam merampungkan tulisannya sehingga sebuah tulisan dapat dinilai sempurna dan dapat dipahami dengan baik. Tidak memutus suatu kalimat yang tidak sesuai kaidah kebahasaan--meniadakan objek pada kata yang membutuhkan adanya objek misalnya. Kalaupun yang dikehendaki adalah memutus tulisan bermakna berhenti menulis maka thalib hendaknya terus belajar menulis. Memupuk mood untuk tetap menulis. 

Demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab kali ini. Semoga memberikan manfaat bagi para pembaca. Para thalib khususnya supaya memperlakukan buku dengan sebaik-baiknya dan berupaya tetap memiliki spirit menulis yang baik.

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 14-01-2022
 Sumber gambar: ahmadnajip.wordpress.com




No comments:

Post a Comment