(Bagian Ke 5)
Kajian Kitab Jawahirul Adab
Oleh Mustamsikin
Masih melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab tentang pandangan guru mengenai kekalnya manfaat ilmu dan bahanyanya bodoh. Pada kajian yang lalu telah dibucarakan bahwa ilmu bermafaat baik di dunia dan di akhirat, sebaliknya bodoh juga berbahaya di dunia dan di akhirat. Berhubungan dengan itu, kali ini akan dibahas mengenai kedudukan orang berilmu dengan orang yang bodoh.
Pada dasarnya memang orang yang berilmu lain dengan orang bodoh. Orang yang berilmu memiliki derajat lebih tinggi daripada orang bodoh sebagaimana dalam (QS. al-Mujadalah [l58]: 11). Sejalan dengan itu Ibnu Abbas sebagaimana dikutip oleh Hadratussusyaikh Hasyim As'ary, menerangkan bahwa, ulama memiliki kedudukan lebih tinggi dari mukmin biasa dengan rentang tujuh ratus derajat lebih tinggi ulama di atas orang-orang mukmin. Sedangkan antara derajat satu dengan yang lain lima ratus tahun.
Kedudukan orang yang berilmu sedemikian tinggi sehingga Syekh Ibnu Mukhtar menggambarkan bahwa orang satu yang berilmu dapat mengalahkan seribu orang bodoh. Satu orang berilmu dapat mengarahkan seribu orang bodoh. Dalam syairnya Syekh Ibnu Mukhtar mengatakan,
لأن الفا ليس فيهم علم # يسوقهم شخص اتاه علم
"Karena seungguhnya seribu orang yang tidak memiliki ilmu akan dapat digiring--diarahkan--oleh seseorang yabg berilmu."
Dari syair di atas selain dapat dipahami bahwa orang yang berilmu dapat 'mengatur'--setidaknya--mengarahkan orang yag bodoh. Juga dapat dipahami bahwa satu orang berilmu dapat mengalahkan seribu orang bodoh.
Selain memperbandingkan antara orang berilmu dan orang bodoh, Syekh Ibnu Mukhtar juga menerangkan tentang buah atau hasil yang akan dipanen oleh orang yang berilmu dan orang yang bodoh. kedudukan tinggi adalah buah dari ilmu baik di dunia maupun di akhirat. Sedang kedudukan rendah dan kehinaan adalah buah dari kebodohan.
Dalam syairnya ia mengatakan,
فالرفع ثمر العلم في الدرين # والوضع ثمر الجهل باستقان
"Maka keluhuran adalah huah dari ilmu baik di dunia dan di akhirat. Sedang kerendahan--kehinaan--adalah buah kebodohan yang sempurna."
Dari syair tersebut terang dan jelas bahwa antara ilmu dan bodoh membuahkan hasil yang berlawanan. Ilmu membuahkan keluhuran, sedan bodoh membuahkan kerendahan atau kehinaan. Dari syair tersebut pula dapat ditarik pesan bahwa untuk memperoleh kedudukan yang mulia baik di dunia maupun di akhirat, dengan memperbanyak ilmu. Sedangkan untuk menjadi hina cukup dengan merawat kebodohan.
Demikianlah kajian pada malam ini. Sebagai penutup inilah pandangan guru ketika mendudukkan ilmu. Guru yang seperti inilah yang memiliki optimisme yang tinggi. Guru yang perlu untuk diteladani dan dihormati.
Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 21-01-2022
Sumber gambar: dutaislam.com
Terima kasih
ReplyDelete