MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Thursday, January 20, 2022

Adab Murid Terhadap Guru

Adab Murid Terhadap Guru
(Bagian Ke 4) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Pada kajian kitab Jawahirul Adab yang lalu telah dibahas mengenai cara pandang guru terhadap kedudukan dan peran ilmu. Seorang guru yang bijak memiliki pandangan bahwa segala sesuatu tidak akan kekal tanpa ilmu. Melanjutkan pandangan yang demikian akan disajikan kajian mengenai pandangan guru mengenai manfaat ilmu dan mudharatnya kebodohan. 

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, guru yang bijaksana hendaknya memiliki pandangan bahwa manfaat ilmu adalah kekal. Manfaat ilmu senantiasa berkelanjutan (istimrar) baik di duni hingga kelak di akhirat. Sebaliknya bodoh al-Jahl adalah sesuatu yang dapat merusak baik di dunia maupun nanti di akhirat.

Penjelasan yang demikian teringkas dalam syair gubahan Syekh Ibnu Mukhtar yang berbunyi,

فالعلم عنده هو البقاء # و عنده الجهل هو الفناء

"Ilmu menurut seorang guru adalah kekal--manfaatnya. Menurutnya juga kebodohan adalah kekal--madharatnya."

Dari syair di atas dapat dipahami bahwa pengetahuan dan kebodohan adalah dua hal yang bertolakbelakang. Jika ilmu kekal manfaatnya, maka kebodohan juga senantiasa memberikan mudharat--bahanya. Sebab itulah, guru yang baik akan meyakini dengan sepenuh hati bahwa ilmu yang sedemikian kekal manfaatnya harus diajarkan. Begitu pula kebodohan yang membahayakan harus dilenyapkan.

Berpijak pada syair di atas pula, penulis memahami bahwa guru harus memiliki rasa optimis yang tinggi. Maksudnya, guru tidak boleh menyerah mendidik murid agar berilmu. Mengapa demikian sebab bodoh dapat dirusak. Sifat bodoh yang ada pada diri murid dapat dirobohkan dengan ilmu. Sebagaimana sesuatu yang kekal--ilmu--melenyapkan yang fana--bodoh.

Di samping itu, oenukis memandang bahwa sesungguhnya guru yang demikianlah yang kemudian perlu dihormati. Lagi-lagi seorang murid harus menghormati guru yang memiliki pandangan optimis. Meskipun mungkin juga ada guru yang rasa pesimisnya lebih tinggi. Menganggap murid yang bodoh selamanya bodoh dan menyerah mendidik murid yang masih bodoh.

Demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab kali ini. Semoga cara pandang guru pada kekalnya manfaat ilmu dan fananya kebodohan serta mudharatnya menjadi cara pandang guru secara mayoritas. Sehingga tidak ada lagi guru yang menyerah mendidik murid yang masih bodoh.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 20-01-2022
Sumber gambar: kaskus.co.id

No comments:

Post a Comment