MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Monday, February 28, 2022

Adab Bersama Tetangga

Adab Bersama Tetangga
(Bagian Ke 3) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab mengenai adab bertetangga. Jika pada kajian yang lalu telah dibahas mengenai menjenguk tetangga yang sakit, maka pada kajian ini akan dibahas mengenai memberi pinjaman atau hutang. 

Termasuk di antara adab bertetangga adalah memberi pinjaman atau utang kepada tetangga jika si tetangga meminta pinjaman utang. Dalam syairmya Syekh Ibnu Mukhtar menyatakan, 

واقرض اذا اتى مستقريضا # وإن جنيت الثمر فاهد بالرضا

"Dan pinjamilah--utang--jika tetanggamu datang meminjam. Dan jika kamu memanen buah-buahan maka berilah ia dengan rasa ridha." 

Dari syair di atas dapat dipahami bahwa jika tetangga membutuhkan pinjaman, maka pinjamilah ia. Lebih-lebih dalam keadaan membutuhkan tentu yang demikian sangat dianjurkan. Hal ini juga berlandaskan pada sabda Rasul Saw.," Barang siapa memudahkan kesusahan orang lain, Allah akan mudahkan urusannya baik di dunia maupun di akhirat."

Meminjami utang tetangga yang sedang dalam kesulitan adalah etika bertetangga yang baik. Boleh jadi dengan tindakan kita meminjami utang pada tetangga membuat hidup kita lebih baik. Begitu juga jika nantinya kita dalam posisi yang sulit di kemudian hari boleh jadi kita akan meminta bantuan kelada tetangga. Pada prinsipnya saling memberi bantuan selagi mampu. 

Selain memberi pinjaman pada tetangga pada syair di atas juga terdapat pesan untuk memberi sedikit dari panenan yang kita miliki yang dalam hal ini adalah buah. Jika kita sedang memanen mangga misalnya, atau rambutan dan buah-buahan sejenis maka alangkah baiknya kita memberi kepada tetangga. Walaupun sedikit jika tetangga turut merasakan manisnya buah yang kita panen akan menjadikan hubungan bertetangga kita semakin baik.

Di sisi lain, dengan memberikan sedikit yang kita punya dapat menumbuhkan rasa senang dari tetangga. Boleh jadi yang kita anggap sebagai sesuatu yang tidak berharga, itu menjadi sesuatu yang berharga bagi tetangga. Manisnya buah yang kita panen dalam jumlah banyak mungkin tak terasa--karena saking banyaknya--namun akan terasa sangat manis bagi tetangga yang kita beri walau sedikit. 

Demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab kali ini. Semoga uraian di atas membawa manfaat bagi kita semua. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 28-02-2022. 




Sunday, February 27, 2022

Adab Bersama Tetangga

Adab Bersama Tetangga
(Bagian Ke 2) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab tentang etika bersama tetangga. Pada kajian yang lalu telah dijekaskan bahwa tetangga selayaknya dimuliakan sebagaimana pesan Nabi Muhammad Saw. Selanjutnya pada kajian ini akan dibahas mengenai adab atau etika berinteraksi dengan tetangga. 

Dalam kehidupan sosial di masyarakat rasanya nyaris tak dapat dihindari yang namanya berinteraksi dengan tetangga. Saling sapa, bertamu, bahkan membantu, sesama adalah hal-hal yang sangat lazim dalam kehidupan bertetangga. Melalui hubungan yang demikian tentu potensi gesekan dalam interaksi antar tetangga sangat dimungkinkan.

Guna mencegah gesekan yang demikian perlu dipahami etika bertetangga yang disebutkan oleh Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya, 

ولاتطل معه كلاما عطلا # وإن يصبه مرض تعد ولا

"Dan janganlah kamu memperpanjang pembicaraan yang tidak berfaedah bersama tetangga. Dan jika tetanggamu terkena musibah maka jenguklah ia." 

 Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar menekankan membatasi perbincangan dengan tetangga yang perbincangan itu tidak berfaedah. Mengapa demikian? Sebab dengan banyaknya pembicaraan yang tidak berfaedah dengan tetangga dapat, membuang waktu, rentan terjadi ghibah, serta berpotensi menimbulkan gesekan. 

Lainhalnya jika perbincangan dengan tetangga dapat memberikan kemaslahatan, misalnya membahas tentang menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan. Maka perbicangan yang demikian memang diperlukan. Perbincangan yang dapat menjadikan kehidupan bertetangga semakin kondusif. 

Selain tidak memperbanyak pembicaraan dengan tetangga, Syekh Ibnu Mukhtar juga berpesan tentang menjenguk tetangga yang sakit. Pesan Syekh Ibnu Mukhtar ini, persis dengan pesan Nabi Muhammad Saw., dalam sebuah riwayat beliau menyatakan, "Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima, menjawab salam, menjenguk orang yang sakit,  mengantarkan jenazah ke liang kubur, mengahdiri undangan, dan mendoakan orang yang bersin. "

Sebagai tetangga yang baik tentu jika ada tetangga dekatnya yang sakit ia akan menjenguknya. Yang demikian selain dapat mepercepat kesembuhan tetangga yang sakit juga dapat menambah erat hubungan bertetangga. Selain itu masih banyak manfaat yang diperoleh dari menjenguk tetangga yang sakit. 

Demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab kali ini. Semoga kita senantiasa berusaha menjadi tetangga yang baik. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 27-02-2022. 

Saturday, February 26, 2022

Adab Bersama Tetangga

Adab Bersama Tetangga
(Bagian Ke 1) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Termasuk di antara sunah Nabi Muhammad Saw., adalah memuliakan kepada tetangga. Nabi Saw., mengatakan, "Barang siapa beriman keoada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan tetangganya." Dari sabda Nabi Saw., tersebut tentu sangat mudah dipahami bahwa memuliakan tetangga adalah perbuatan yang baik. Salah satu perbuatan yang diteladankan Nabi Saw., kepada umatnya. 

Sabda Nabi Saw., mengenai tetangga di atas, menemukan relevansinya dengan pernyataan Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya berikut, 

عامل لكل الجار بالاكرام # فابدأ اذا لقيت بالسلام

"Perlakukanlah setiap tetangga dengan mulia. Mulailah memberi salam ketika kamu bertemu." 

Dari syair di atas dapat dipahami bahwa termasuk adab yang baik adalah memperlakukan tentangga dengan mulia. Berinteraksi dan bergaul dengan tetangga secara baik. Begitu juga ketika memperlakukan tetangga juga harus dengan baik. Mengapa demikian? Sebab tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kehidupan sosial di lingkungan kita. 

Di sisi lain memang agama Islam memerintahkan agar saling berbuat baik antar sesama tetangga. Termasuk di antaranya adalah mengawali menyapa dengan salam ketika bertemu dengan tetangga. Sebagaimana penggalan pada syair di atas. Seorang muslim yang memberi salam tetangganya ketika bertemu pasti menghendaki baik pada tetangga tersebut. Sebab salam adalah sebuah doa. 

Selain memberi salam tentu masih banyak kebaikan yang dapat dilakukan kepada tetangga. Saling bertegur sapa ketika bersimpangan misalnya, hingga memberi makanan yang tetangga mencium bau masakan tersebut. Perbuatan yang demikian ini sungguh sebagai bentuk penghargaan kepada tetangga.

Jika dicari-cari berbuat baik kepada tetangga terdapat seabrek dalil, namun tidak jarang seseorang lebih hafal dalil perintahnya daripada praktiknya. Padahal yang paling penting adalah praktinya. Berbuat baik dengan tetangga dalam segala kebaikan. 

Nah demikianlah sedikit penjelasan tentang kajian kitab Jawahirul Adab. Semoga adab-adab baik yang telah dan akan kita uraikan dapat diinteraksikan dehan kehidupan sehari-hari. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 26-02-2022. 



Friday, February 25, 2022

Adab Orang Tua Bersama Anak

Adab Orang Tua Bersama Anak
(Bagian Ke 5) 
Pengantar
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Kajian kitab Jawahirul Adab tentang adab orang tua bersama anak kali ini sudah sampai pada penghujung bab. Pada bagian ini fokus kajian mengarah pada perlakuan orang tua terhadap anak dalam hal pemberian dan memberi tugas. Dalam memberi sesuatu harus adil dalam memberi tugas tidak berlebihan melebihi kemampuan anak. 

Sebagai orang tua yang bijaksana dalam memberi sesuatu pada anak-anaknya. Sebisa mungkin orang tua yang bijaksana akan berlaku adil kepada setiap anak-anaknya. Tidak kemudian karena kecondongannya pada anak tertentu membuat orang tua tidak berlaku adil dalam hal memberi. Berlaku adil dalam memberi sesuatu sangat penting, sebab yang dekian akan memupuk kedamaian antara anak dengan orang tua dan anak dengan saudara-saudaranya. 

Pesan berlaku adil bagi orang tua ketika memberi sesuatu pada anak-anaknya merupakan adab orang tua kepada anak-anaknya. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya, 

تسوية العطاء بلازيادة # وعدم التكليف فوق العادة

"Sama dalam memberi tanpa melebihkan dan tidak membebani anak melebihi kemampuannya."

Melalui syair di atas, Syekh Ibnu Mukhtar menegaskan bertapa pentungya menyamaratakan atau berlaku adilnya orang tua kepada masing-masing dari anak-anaknya. Tidak melebihkan pemberian kepada salah satu di antara anak-anaknya atau mengurangi salah satu di antara mereka. Yang demikian merupakan etika orang tua kepada anak sekaligus hak anak atas orang tua. 

Selain berlaku adil, Syekh Ibnu Mukhtar pada syair di atas juga berpesan agar orang tua tidak menuntut atau memberi tugas atau membebani anak di atas kemampuannya. Hal ini sangat penting sebab anak-anak juga memiliki hak untuk tidak mendapat beban yang berat dari orang tuanya. Setiap anak juga tidak boleh dituntut berlebihan oleh orang tuanya di atas kemampuan yang ka miliki. 

Jika anak dipaksa untuk melakukan sesuatu yang ia tidak mampu melakukannya, maka sungguh orang tua yang demikian telah merampas hak anak. Orang tua yang kurang beretika. Kecuali dengan tuntutan, tugas, dan beban yang diberikan orang tua tidak melebihi kemampuan anak ketika mengerjakannya. 

Sebagai penutup, demikianlah beberapa adab atau etika orang tua ketika bersama anak-anaknya. Jika yang lalu terdapat pembahasan adab anak kepada orang tua, maka juga terdapat adab orang tua ketika bersama anak. Kendati tidak banyak cukuplah kiranya adab orang tua bersama anak-anaknya untuk dibahas. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 25-02-2022.




Thursday, February 24, 2022

Adab Orang Tua Bersama Anak

Adab Orang Tua Bersama Anak
(Bagian Ke 4) 
Pengantar
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Setelah kajian kitab Jawahirul Adab yang lalu dibahas hak anak atas ornag tua untuk dikhitan, selanjutnya anak berhak untuk memperoleh teman yang baik. Maksudnya orang tua harus mengkondisikan, sekaligus mencegah agar anak tidak berteman dengan anak yang buruk prilakunya. Pelarangan ini harus dilakukan oleh orang tua untuk menjaga si anak agar tidak meniru prilaku buruk dari teman-teman yang buruk.

Larangan yang dimaksud di atas terurai jelas dalam syair berikut, 

ومنعه من قرن سوء الجهلا # والامر بالصلاة في سبع بلا

"Dan orang tua haruslah mencegah anak supaya tidak bergauk dengan anak yang buruk prilakunya. Begitu juga orang tua harus memerintahkan agar anak melaksanakan salat jika sudah berumur tujuh tahun. 

Dari syair si atas, selain membahas mengenai hak anak setelah mendapat teman yang baik, anak harus mendapat perintah shalat dari orang tuanya ketika umur tujuh tahun. Wawasan dan pengarahan dari orang tua harus tersampaikan kepada anak. Sehingga ia tahu bahwa ia harus belajar salat dan melaksanakannya ketika umurnya sudah tujuh tahun.

Selanjutnya, selain memerintahkan salag orang tua harus memberi wawasan kepada anak tentang kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan oleh setiap orang Islam.
Hal ini sebagaimana disinggung dalam syair berikut،

وما عليه واجب في الشرع # وعزل مرقد له لتسع  

"Dan orang tua harus memberikan pengetahuan mengenai hal-hal yang wajib menurut syariat. Begitu juga memihak tempat tidur anak jika si anak sudah berumur sembilan tahun."

Terakhir, termasuk hak anak yang juga disinggung pada syair di atas adalah memperoleh kamar tidur untuknya sendiri ketika sudah berumur sembilan tahun. Larangan ini dimaksudkan agar anak kelak dapat lebih mandiri. Maka bagi orang tua harus menyediakan dan memisahkan anak berumur tujuh tahun. Selain itu tentu agar anak memperoleh pelajaran tentang kemandirian.

Sebagai penutup, dari uraian di atas semoga memberi manfaat. Utamanya bagi orang tua agar tetap memperhatikan perkembangan anak.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 24-02-2022

Wednesday, February 23, 2022

Adab Orang Tua Bersama Anak

Adab Orang Tua Bersama Anak
(Bagian Ke 3) 
Pengantar
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Setelah anak-anak tumbuh berkembang beberapa tahun usia kanak-kanaknya maka di antara hak anak yang wajib bagi orang tua adalah menghitannya. Utamanya bagi anak laki-laki. Sebab khitan menurut Imam Syafi'i merupakan kewajiban.

Maka kemudian bagi orang tua hendaknya menghitankan anaknya. Sehingga si anak tadi selain telah menunaikan kewajiban ia juga terlepas dari perkara yang dapat menyimpan sisa najis berupa urin yang ia kelurakan dari dalam tubuhnya. Dengan dikhitan pada bagian kunclupnya maka bersih sudah bagian tersebut. 

Hak anak atas orang tua untuk dikhitan yang demikian disampaikan oleh Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya, 

وحتنه فإنه قد وجب # كما اليه الشافعي ذهب

"Dan menghitankan anak sesungguhnya wajib sebagaimana pendapat Imam Syafi'i."

Dari syair di atas teranglah sudah bahwasannya menghitankan anak adalah tugas orang tua. Maka sebagaimana pernyataan pada syair di atas orang tua hendaknya memberi wawasan dan pengetahuan kepada anaknya tentang masalah khitan. Sehingga si anak sadar bahwa khitan itu wajib sebagaimana pendapat Imam Syafi'i. 

Dari uraian di atas setidaknya dapat ditarik pelajaran bahwa orang tua sejak anak lahir telah diberi tanggung jawab yang besar. Banyak kewajiban yang harus ia tunaikan. Dengan menunaikan kewajiban-kewajiban yang demikianlah orang tua berhak mendapat pahala besar, sekaligus kedudukan yang tinggi. 

Demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab kali ini. Semoga bermanfaat, setidaknya sebagai wawasan bagi orang tua agar menukaikan kewajibannya dengan baik. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 23-02-2022. 


Tuesday, February 22, 2022

Adab Orang Tua Bersama Anak

Adab Orang Tua Bersama Anak
(Bagian Ke 2) 
Pengantar
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Memamsuki kajian kedua dari adab orang tua bersama anak, Syekh Ibnu Mukhtar mencoba memberikan pemahaman terhadap orang tua mengenai hak-hak yang diperoleh anak dari orang tua. Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, anak sebelum umur tujuh hari sejak kelahirannya terdapat hak-hak yang perlu dipenuhi oleh orang tua. Hal ini sebagaimana dalam syair berikut, 

ومن حقوق والد لولده # تأذينه اقامه في اذونه
تحسينه اسما ثم ذبح الشاة # من يوم السابع عنه يأتي

"Di antara hak-hak anak yang diberikan orang tua, yakni mengumandangkan azan dan iqamah ditelinga anak, memberi nama yang baik, dan menyembelih akikah di hari ketujuh dari kelahirannya."

Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar, hendak menegaskan bahwa anak berhak mendapatkan hak-hanya dari orang tua. Pun juga orang tua hendaknya memenuhi hak-hak anak. Sebelum tujuh hari, ada beberapa hak yang diperoleh anak dari orang tua, yakni mengumandangkan azan ditelinga anak sebelah kanan, dan iqamah sebelah kiri pasca anak terlahir dari rahim ibunya. 

Dengan mengumandangkan azan dan iqamah di kedua telinga anak, diharapkan nanti anak tertanam dalam hatinya kalimat-kalimat yang baik. Diharapkan juga dengan dikumandangkan azan dan iqamah pada kedua telinga anak dapat menjadikan anak mengenal kalimat-kalimat yang baik. Setidaknya pertama kali yang ia dengar adalah kalimat tauhid, takbir, dan kalimat-kalimat yang baik. 

Selanjutnya, sepantasnya anak memperoleh nama yang baik dari kedua orang tuanya. Jangan sampai orang tua memberikan nama yang tidak baik. Menyebut atau memanggil anak dengan sebutan yang tidak layak. Sementara nama adalah sebuah doa. Dengan orang tua memberi nama yang baik pada anak diharapkan anak menjadi orang yang baik dikemudian hari. 

Setelah memberi nama, anak disunahkan untuk diakikahi oleh orang tua. Akikah sunah dilaksanakan setelah anak diberi nama, dan yang utama dimulai hari ketujuh dari kelahiran anak. Namun demikian, jika sampai hari ketujuh orang tua belum mampu mengakikahi anak maka, kesunahan mengakikahi anak berlangsung hingga anak usia baligh. Setlelah baligh orang tua tidak lagi sunah menakikahi anak. 

Sebagaimana diketahui bahwa anak perempuan diakikahi dengan satu kambing. Jika anak laki-laki dengan dua kambing. Namun demikian bagi orang tua yang belum mampu tidak mengapa, menunda akikah untuk si sanak. 

Sebagai penutup, semoga kita sebagai orang tua yang memenuhi hak-hak anak. Sehingga anak-anak kita juga membalas kelak akan membalas kebaikan, kasih sayang, yang kita berikan. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 22-02-2022


Monday, February 21, 2022

Adab Orang Tua Bersama Anak

Adab Orang Tua Bersama Anak
(Bagian Ke 1) 
Pengantar
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Orang tua memiliki tanggung jawab besar kepada anak-anakknya. Bentuk tanggung jawab orang tua kepada anak bermacam-macam. Mulai dari unsur pemenuhan kebutuhan makan, minum, sandang dan papan hingga kebutuhan anak dalam pendidikannya. Tanggung jawab inilah yang kelak akan dipertanyaakan oleh Allah Swt., di hari akhir nanti. 

Untuk mewujudkan tanggung jawab orang tua itulah kemudian, Syekh Ibnu Mukhtar membuat rambu-rambu adab orang tua kepada anak. Sehingga anak dapat terpenuhi hak-haknya. Begitu juga orang tua dapat memenuhi kewajibannya sebagai orang tua kepada anak. Selain itu, jika anak harus memiliki adab kepada orang tua, maka orang tua pun demikian. Ada adab-adab tertentu yang diberlakukan orang kepada anak. 

Adab orang tua kepada anak sangat penting sebab, perlakuan orang tua kepada anak akan ia kenang sepanjang masa. Di sisi lain anak bagi orang tua merupakan suatu kenikmatan dan anugrah yang agung. Hal ini sebagaimana syair yang digubah Syekh Ibnu Mukhtar berikut,

ومن خير انعم بلاترداد # الولد الصالح ذالرشاد

"Dan di antara nikmat yang paling baik tanpa diragukan adalah anak yang saleh, yang memiliki kecakapan." 

Syair di atas jika dipahami bahwa tidak diragukan lagi bahwa anak yang saleh adalah sebaik-baiknya nikmat. Untuk memperoleh anak yang demikian maka orang tua harus mendidikanya dengan sekuat tenaga agar si anak menjadi orang yang saleh dan cakap dalam berbagai hal. 

Namun demikin membuat anak menjadi saleh dan pandai tidak semudah membalik telapak tangan, akan tetapi untuk memiliki anak yang saleh, orang tua harus berjuang dengan sekuat tenaga. Segala upaya dilakukan supaya mendap anak yang saleh. Dan di sinilah kemudian letak perjuangan dan tanggung jawab orang tua kepada anak agar kelak ia menjadi anak yang saleh.

Sebagai pengantar kiranya ulasan di atas cukup gamblang. Cukup sebagai gambaran awal bahwa orang tua memiki tanggung jawab yang begititu besar berupa anak. Adapun selajutnya kajian adab orang tua ketika bersama anak, akan dimulai pada kajian - kajian berikutnya. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 21-02-2022. 
Sumber gambar: almunawwirkomplekq.com

Sunday, February 20, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 15) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Kajian kitab Jawahirul Adab kali ini merupakan kajian pamungkas yang fokus pada pembahasan adab anak kepada orang tua. Pada kajian selanjutnya--insyaallah--akan dibahasa mengenai adab kedua orang tua bersama anak. Di penghujung pembahasan adab anak kepada orang tua kali ini akan dibahasa mengenai ziarah kubur orang tua.

Menziarahi kubur orang tua sangat penting, sebab itu adalah tanda bukti kecintaan anak kepada orang tua. Paling tidak ziarah kubur orang tua adalah wujud bakti anak kepada orang tua setelah orang tua wafat. Selain itu, Syekh Ibnu Mukhtar berpesan agar anak senantiasa menzirahi kubur orang tuanya dengan memberikan hadiah kepada orang tua, sebagaimana dalam syair berikut.

وزر لقبر لهما فقراء بما # ينفع مهديا لكيما يسلما

Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar berpesan agar anak menziarahi--kubur--kedua orang tuanya yang telah wafat. Bukan hanya ziarah dalam makna berkunjung akan tetapi dalam ziarah anak membacakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang tua meliputi bacaan-bacaan al-Qur'an, zikir atau doa yang hadiahkan untuk orang tua. Hal yang demikian supaya orang tua selamat di akhiratnya.

Diharapkan dengan anak mau  menzirahi makam orang tuanya yang telah meninggal, meringankan siksaan orang tua dan membahagiakan orang tua. Di samping itu menzirahi makam orang tua merupakan ajaran Nabi Muhammad Saw. Dalam satu riwayat dari Abu Hurairah, Nabi Saw., menziarahi makam ibunya kemudian nabi menangis dan menangislah orang-orang di sekitarnya. (HR. Muslim).

Selain itu secara umum ziarah kubur diperbolehkan oleh Nabi Saw., dan banyak manfaat dari ziarah kubur. Selain sebagai pengingat akhirat, dengan ziarah kubur seseorang akan melembutkan hatinya dan menitikan air mata. Dengan ziarah kubur pula sesorang akan terbantu untuk mengingat kematian. Mengingat bahwa hidup manusia sementara dan pada akhirnya manusia apapun pangkat kedudukannya pada akhirnya akan sama yakni mati.

Nah demikianlah adab anak kepada orang tua setelah keduanya meninggal. Anak hendaknya menzirahi kubur orang tuanya yang telah meninggal. Setidaknya untuk mendoakan orang tua sebagaimana dalam QS. Al-Isra' 24. Selain itu tentu dengan menzirahi makam orang tua, anak akan mudah terbantu mengingat jasa-jasa orang tua selama hidup dan sesudah wafat.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 20-02-2022.
Sumber gambar: m.liputan6.com

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 14) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Masih membincangkan adab anak kepada orang tua, dalam kajian kitab Jawahirul Adab karya Syekh Ibnu Mukhtar Cirebon. Pada kajian yang lalu telah dibahas mengenai anak menikahkan ibu, jika ibu membutuhkan suami yang dapat mencukupinya. Melanjutkan adab anak pada orang tua kali ini megenai anak membayar hutang orang tua. 

Bagi orang yang peinjaman uang (hutang) maka wajib baginya mengembalikan pada orang yang dihutangi. Selama utang belum terselesaikan (peminjam belum mengembalikan pinjamannya) maka rasa gelisah akan sering muncul dalam benak peminjam. Sebagaimana kata M. Quraish Shihab, utang adalah kehinaan diwaktu luwang dan kesengsaraan diwaktu malam. 

Maka siapapun yang berhutang agar kegelisahannya segera hilang, bersegeralah membayar utang. Jika belum bisa melunasi sendiri boleh dilunasi orang lain, dilunasi anak misalnya. Maka yang demikian boleh. Hutang orang tua yang kemudian dilunasi oleh anak, merupakan satu bentuk kebaktian dan adab anak pada orang tua. Sebagaimana syair Syekh Ibnu Mukhtar berikut, 

وان تجد دينا عليهما فلا # تكن بخيلابل قضاه عجلا
"Dan jika kamu menemukan kedua orang tuamu berhutabg maka jangan pelit untuk segera melunasinya."

Dari syair di atas jelas bahwa di antara adab anak kepada orang tua adalah membayarkan hutang orang tua. Siapa yang melakukan maka sungguh anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tua. Selain itu pada dasarnya anak kelak akan memperoleh balasan atas apa yang ia lakukan.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 19-02-2022. 

Friday, February 18, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 13) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Pada kajian yang lalu telah dibahas mengenai adab seorang anak ketika ayahnya memiliki keinginan menikah lagi, sedang si ayah telah menduda, maka anak hendaknya menikahkan si ayah dengan perempuan yang dikehendakinya. Selanjutnya, pada kajian ini akan dibahas mengenai adab anak jika ibunya memiliki keinginan menikah, sedang ia telah menjada--melewati masa idah--maka hendaknya anak menikahkan ibunya, dengan lelaki yang ia kehendaki. 

Menikahkan atau sekadar memberi izin bagi anak kepada ibunya untuk menikah lagi merupakan satu adab anak kepada orang tua. Apalagi jika dengan pernikahan itu si ibu dapat tercukupi kebutuhannya--baik kebutuhan lahir maupun batin, maka yang demikian itu sangat baik. Hal ini sebagaimana Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya, 

وهكذا أمك ان تحتج الي # بعل تري بحقها مستغلا

"Dan begitu juga--menikahkan--ibumu jika ia membutuhkan nikah, sehingga kebutuhannya terpenuhi."

Dari syair di atas, dapat dipahami bahwa anak hendaknya menikahkan ibunya jika si ibu membutuhkan, dengan harapan dengan pernikahan tersebut kebutuhannya tercukupi. Setidaknya dengan si ibu bersuami ia berhak memperoleh nafkah yang dapat untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki suami pula kehidupan ibu lebih dekat dengan kemungkinan hidup bahagia. 

Tidak dipungkiri memang bagi orang yang pernah memiliki pasangan, akan berat jika kemudian ia harus sendiri. Lebih-lebih seorang ibu yang telah menjanda dan tidak ada yang mencukupi hidupnya maka, sebagai anak sebaikanya menikahakan atau setidak-tidaknya memberi izin kepada ibunya untuk menikah lagi. Siapa tahu selain ibu memperoleh nafkah, ia juga lebih bahagia karena memiliki pasangan hidup. 

Demikianlah Syekh Ibnu Mukhtar, memberi saran kepada anak untuk memperbolehkan ibunya menikah. Semata-mata yang demikian demi tercapainya kemaslahatan bersama. Dengan demikian anak sudah menunaikan adabnya, begitu juga ibu terpenuhi hak-haknya. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 18-02-2022. 



Thursday, February 17, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 12) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Memiliki adab yang baik dalam memanggil orang tua adalah kewajiban bagi anak. Sebagaimana kajian yang telah lalu. Melanjutkan adab yang demikian, pada kajian kali ini akan dibahas mengenai memberi nafkah pada orang tua ketika orang tua mengalami kesulitan. 

Memberi nafkah kepada orang tua yang mengalami kesulitan merupakan adab anak. Sebagaimana Syekh Ibnu Mukhtar menjelaskan dalam syairnya, 

وانفق لكل منهما إن عسرا # زوج اباك ان يرد ممن يرى

"Dan berikanlah nafkah kepada masing-masing orang tua ketika mengalami kesulitan. Dan nikahkanlah ayahmu jika ia melihat orang yang diinginkan."

Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar menegaskan jika kedua orang tua mengalami kesulitan, maka anak harus memberi nafkah keduanya. Memberi nafkah orang tua termasuk adab yang baik. Sebab, anak dibesarkan semasa kecil dengan penuh kasih sayang dan juga nafkah yang tidak sedikit. Begitu anak menjadi dewasa maka sudah semestinya sedikit membalas budi orang tua bukanlah suatu yang salah. 

Selain memberi nafkah, pada syair di atas juga disebutkan jika ayah tidak punya istri--duda--dan menginginkan untuk menikah, maka anak sebaiknya memberi izin ayah untuk menikah. Menikah dengan perempuan yang dikehendaki oleh ayah. Bahkan, bila perlu anak menikahkan ayahnya jika si ayah benar-benar ingin menikah. 

Terkadang tidak sedikit anak menghalang-halangi ayahnya menikah lagi, sebab si anak tahu bahwa yang istri ayah selain ibu adalah ibu tiri, yang tidak menutup kemungkinan ibu tiri berlaku tidak baik kepada anak yang bukan lahir dari rahimnya. Akan tetapi, jika ayah berniat menikah dan benar-benar menemukan perempuan yang baik yang kemungkinan menjadikan ke depan yang lebih baik, mengapa tidak. Anak lebih baik memberi izin, sebab manfaatnya sudah jelas. 

Demikianlah sedikit kajian kitab Jawahirul Adab. Semoga sedikit banyak memberikan manfaat. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 17-02-2022. 

Wednesday, February 16, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 11) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Masih seputar pembahasan mengenai adab anak kepada orang tua, menurut Syekh Ibnu Mukhtar dalam kitab Jawahirul Adab. Pada kajian yang lalu telah dibahas di antara adab anak pada orang tua yakni ridha atas pemberian orang. Selanjutnya, pada kajian kali ini akan dibahas mengenai adab memanggil orang tua. 

Secara umum memanggil orang lain siapapun itu harus dengan panggilan yang baik. Tidak boleh memanggil dengan sebutan yang dengan sebutan itu orang yang dipanggil menjadi marah. Apalagi dalam konteks ini, anak memanggil orang tua, tentu harus dengan adab serta dengan panggilan yang baik. 

Bertalian dengan adab anak memanggil orang tua, Syekh Ibnu Mukhtar menyatakan, 

لاتدع باسم لهما لأنه # ادعى الى سخطهما واشبه

"Janganlah kamu memanggil keduanya dengan nama orang tua, karena dapat membuat orang tua marah dan benci." 

Dari syair di atas dapat dipahami bahwasanya ketika anak memanggil orang tua, seharusnya tidak dengan langsung memanggil namanya. Hal ini penting sebab panggilan yang demikian dapat menjadikan orang tua marah dan kurang nyaman di dengar. Alangkah tepatnya memanggil orang tua dengan sebutan ayah atau ibu. Tidak menyebut nama keduanya secara langsung. 

Panggilan semisal ayah dan ibu yang demikian dirasa lebih tepat dan lebih sopan. Selain sebagai panggilan anak kepada orang tua, panggilan yang demikian menunjukkan keakraban antara anak dan kedua orang tuanya. Begitu juga orang tua akan merasa lebih nyaman sebab anaknya memanggil dengan sebutan yang menunjukkan posisi dan kedudukan. Posisi sebagai orang tua yang memiliki kedudukan lebih tinggi. 

Nah, demikianlah sekilas tentang adab anak ketika memanggil orang tua. Meski mungkin sederhana, namun yang seperti ini perlua dipahami dan dimengerti oleh anak.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 16-02-2022
Sumber gambar: kompasiana.com 

Tuesday, February 15, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 10) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Kajian kitab Jawahirul Adab kali ini masih melanjutkan pokok bahasan kajian yang telah lalu. Jika pada kajian yang lalu dibahas mengenai pentingnya anak menggunakan etika yang baik ketika meinta sesuatu kepada orang tua, maka pada kajian ini akan dibahas mengenai pentingnya ridha atas pemberian orang tua. Dalam hal ini Syekh Ibnu Mukhtar menyatakan, 

وكن علي ما نولاك راضيا # ولاتكن امام كل ماشيا

" Dan ridhalah atas apa yang diberikan orang tua. Dan janganlah kamu berjalan di depan orang tua."

Berpijak dari syair di atas, pesan penting yang harus dipahami oleh anak adalah senantiasa ridha atau rela menerima atas pemberian orang tua. Ridha atas pemberian orang tua sangat penting sebab orang tua yang baik sudah pasti tidak akan salah dalam memberi. Pun juga orang tua yang bijak akan menentukan kadar pemberian kepada anaknya dengan tepat.

Selain seorang anak harus rela menerima pemberian orang tua, pada syair di atas juga mengandung pesan penting bagi anak. Terlebih mengenai adab di depan orang tua. Berpijak dari syair itu, anak tidak boleh berjalan di depan orang tua. Mengapa demikian? Sebab anak yang berjalan di depan orang tuanya, menunjukkan ketidaksopanan. Sekaligus akan membuat orang tua tersakiti hatinya. 

Adab yang demikian penting sekali dipahami oleh anak. Tanpa kepahaman yang baik mengenai adab kepada orang tua--husunya ketika berjalan di depan orang tunya, anak cenderung semaunya. Tidak menghormati kedua orang tuanya. 

Nah demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab kali ini. Semoga dengan kajian seperti ini turut memberikan inforasi kepada anak agar memiliki nilai-nilai kesopanan. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 15-02-2022. 
Sumber gambar: khazanah assalaf. Id


Monday, February 14, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 9) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Melanjutkan kajian yang lalu telah, mengenai adab anak kepada orang tua. Pada kajian yang lalu telah dibahas anak tidak boleh bepergian tanpa izin orang tua. Meski larangan tersebut tidak mutlak.

Selanjutnya pada kajian ini akan dibahas mengenai adab anak ketika meminta sesuatu kepada orang tua. Meminta di sini bisa meminta saku, atau meminta segala sesuatu yang diinginkan anak. Apapun bentuk permintaan anak kepada orang tua.

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya seroang anak ketika meminta kepada orang tua harus dengan cara yang baik, dan menggunakan tutur kata yang halus. Dalam syairnya Syekh Ibnu Mukhtar mengatakan,

وإن ترد من ذين شيأ فاطلبا # باللطف واسمحن اذاكلاأبى

"Jika kamu menginginkan sesuatu pada kedua orang tuamu maka mintalah dengan halus dan jika tidak dituruti maka terimalah."

Melalui syair di atas dapat dipahami bahwa seorang anak jika meminta sesuatu pada orang tua harus dengan cara yang baik. Meminta dengan penuh kerendahan hati, tidak membentak-bentak dan memaksa orang tua dengan cara yang tidak elok. Sedang jika orang tua tidak memuruti maka si anak tadi harus menerima. Tidak memberontak atau bahkan memeksa orang tua untuk menuruti permintaannya.

Etika anak dalam meminta yang demikian hanya akan dipraktekkan oleh anak yang terbiasa didik oleh orang tua sejak dini. Oleh anak yang memperoleh pendidikan adab yang cukup. Sebab itulah penting sekali orang tua bukan saja menuntut anak memiliki adab yang baik namun enggan mendidik adab kepada anak.

Demikian secuplik etika anak ketika meminta pada orang tua. Sebagai catatan pada kajian ini, bagaimana sikap anak tergantung bagaimana orang tua mengajarinya bersikap yang baik. Potret prilaku anak tidak jauh dari buah pendidikan orang tua kepadanya.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 14-02-2022.
Sumber gambar: parentingislam.id 

Sunday, February 13, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 8) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Melanjutkan kajian yang kitab Jawahirul Adab, sebagaimana kajian yang telah lalu masih seputar adab anak kepada orang tua. Jika pada kajian yang lalu dibahas mengenai wajib mendengarkan orang tua, maka kajian kali ini akan dibahas menganai pentingnya izin kepada orang tua sebelum bepergian.

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, seorang anak hendaknya tidak bepergian kecuali memperoleh izin dari kedua orang tua. Dalam syairnya ia mengatakan,

ولاتسافر في دون إذن منهما # لكنه لا مطلقا فلتعلمت

"Dan janganlah kamu beperhian tanpa izin dari keduanya. Tetapi perlu kamu ketahui yang demikian tidak mutlak."

Berpijak dari syair di atas seorang anak tidak baik bepergian tanpa mendapat izin dari orang tuanya. Meskipun larangan tersebut tidak mutlak. Maksudnya, bepergian yang mubah, atau sunah. Akan tetapi jika bepergian itu sifatnya wajib--mencari ilmu atau haji, maka bepergian tanpa adanya izin orang tua diperbolehkan.

Kenapa anak harus izin orang tua?, sebab selaian memang sebuah adab anak pada kedua orang tua, dengan adanya izin orang tua akan lebih membawa kemaslahatan. Bagi anak juga lebih nyaman, begitu pula orang tua akan lebih tenang. Begitu juga jika anak membutuhkan uang saku, maka sedikit orang tua akan memberikan. Di samping itu orang tua akan merasa lebih terasa dihormati.

Pada dasarnya mengapa agama turut andil dalam menjaga adab antara anak pada orang tua. Tidak lain yang demikian adalah bertujuan untuk saling menjalin relasi anak dengan orang tua. Selain itu supaya anak paham bahwasannya ia merupakan bagian yang penting dalam keluarga. Maka dari itu perlu sekali dalam keluarga untuk saling memahami dan mengerti.

Demikian sedikit wawasan menganai adab anak kepada orang tua. Semoga bermanfaat.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 13-02-2022.
Sumber gambar: kompasiana.com

Saturday, February 12, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 7) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Setelah membincang pada kajian yang lalu mengenai pentingnya mendoakan orang tua, pada kajian kali ini akan dilanjutkan menganai pentingnya mendengarkan perkataan orang tua menaaatinya. Mendengarkan perkataan apapun itu yang keluar dari kedua orang tua adalah adab yang luhur. 

Meskipun perkataan kedua orang tua tidak pasti berupa nasehat, hal ini sangat penting. Sebab dengan anak mau mendengarkan perkataan kedua orang tuanya, maka akan menimbulkan rasa senang bagi keduanya. Mendengarkan nasehat orang tua dengan tanpa membantahnya adalah adab yang sangat baik bagi anak. Hal ini sebagaimana disinggung oleh Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya,

وواجب ان تسمعن قولهما # وانتكون طالعا امرهما

"Wajib bagimu mendengarkan perkataan kedua orangbtua, dan taatilah perintah keduanya."

Berpijak dari syair di atas, dapat dipahami bahwa bagi seorang anak adalah wajib mendengarkan perkataan orang tua. Apapun bentuknya, apakah perkataan itu bermuatan nasehat?, atau hanya ingin ber cerita, atau menyampaikan keluh kesah dan atau bahkan pembicaraan yang sekadar remeh-temeh asal didengar.

Selanjutnya pada syair di atas juga terkadung pesan agar anak mengikuti perintah orang tua. Maksudnya adalah menaati perintah keduanya. Menaati di sini khusus pada hal-hal yang tidak berbau syirik--sebagaimana dalam QS. Lukman 14--dan kategori maksiat, sebagiamana dalam Tafsir al-Qurtubiy. Jika orang tua memerintahkan kepada anak untuk berbuat syirik atau bermaksiat--melanggar aturan Allah--maka tidak boleh bagi anak untuk menaatinya.

Perlu digarisbawahi bahwasanya, mengukuti dan menaati perintah orang tua ada batasnya. Tidak semua perintah harus dituruti. Hanya perintah yang tidak berupa kesyirikan dan bermaksiat kepada Allah, saja yang boleh diikuti, meskipun menghormati keduanya, berbuat baik pada keduanya tetap berlaku sebagai perintah.

Ketika anak diuji oleh Allah dengan orang tua yang mungkin prilakunya sering menyimpang syariat, hingga bahkan memerintahkan pada si anak untuk berbuat maksiat, maka ada beberapa sikap penting bagi anak. Pertama, tetap berprilaku baik kepada keduanya mesi tidak sama. Kedua, hanya menaati perintah keduanya yang sesuai dengan syariat. Ketiga, tidak berhenti mendoakan keduanya. Keempat, tetap menghormati dan menyayanginya.

Sebagai penutup semoga kita dijadikan sebagai anak-anak yang patuh pada orang tua. Siap mendengar keluh kesah dan semua yang keluar dari mulut kedunya. Taat pada keduanya--kecuali dalam hak kesyirikan dan maksiat. Amien.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 12-02-2022
Sumber gambar: kompasiana.com 

Friday, February 11, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 6) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Setelah kajian kitab Jawahirul Adab yang lalu terkait erat dengan adab anak ketika berbicara dengan kedua orang tuanya, selanjutnya kajian kali ini akan membahas tentang prilaku merendahkan diri di hadapan orang tua. Merendahkan diri di hadapan orang tua merupakan perintah penting yang disampaikan di dalam al-Qur'an. Pada QS. Al-Isyra' 24 disebutkan yang maknanya, "Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

Pesan penting dari ayat ke 24 QS. Al-Isyra', tersebut hampir persis dengan syair yang digubah oleh Syekh Ibnu Mukhtar berikut, 

واحفظ جناح الذل رحما لهما # واكثر لنحو قول رب ارحمهما

"Dan merendahlah di hadapan orang tua karena sayang kepada keduanya. Dan perbanyaklah mendoakan keduanya, agar di kasihi oleh Allah."

Dari QS. Al-Isyra' 24 dan syair di atas sama-sama memerintahkan pada anak agar senantiasa menjaga adab dengan merendahkan diri di hadapan orang tua. Anak tidak boleh angkuh di hadapan orang tua, ia harus Jawa: andap ashor. Sopan santun di depan orang tua. Sehingga orang tua merasa mendapat penghormatan dari anak. 

Tidak cukup merendahkan diri, seorang anak harus sesering atau sebayak mungkin mendoakan kedua orang tua. Sebagaimana penggalan pesan pada QS. Al-Isyra' 24 maupun syair di atas. Adapun redaksi doa yang masyhur berbunyi, 

اللهم اغفر لي ذنوبي ولوالدي وارحمهما كما ربيان صغيرا

"Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku serta kasihanilah keduanya sebagaimana keduanya mengsihiku diwaktu kecil."

Sering-sering anak melantunkan doa di atas sangat baik. Tindakan yang demikian merupakan ciri khas dari anak yang saleh. Anak yang didambakan oleh orang tua, sekaligus anak yang berbakti kedua orang tua. Meski mungkin banyak redaksi doa yang lain, namun redaksi doa di atas setidaknya sudah cukup. Sudah mencakup diri anak sendiri maupun kedua orangtuanya.

Sebagai penutup semoga kita semua tergolong anak-anak yang saleh. Yang mau dan sering mendoakan kedua orang tua kita. Sehingga orang tua kita merasa bangga kepada kita. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 11-02-2022.

Thursday, February 10, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 5) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Menjaga adab pada orang tua adalah satu keniscayaan yang harus dilakukan oleh anak. Anak harus memperlakukan orang tuanya dengan baik. Sebagaimana kajian yang telah lalu dimana banyak ayat al-Qur'an yang menjelaskan perintah berbuat baik kepada orang tua.

Selanjutnya, di antara ekspresi berbuat baik kepada orang tua adalah tidak berkata kotor kepada keduanya. Sebagaimana, amanat di dalam al-Qur'an, QS. Al-Isra' 23. "Janganlah berkata uff (berkata buruk) dan jangan membentaknya, dan berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang mulia." Pesan al-Qur'an ini menemukan relevansinya dengan syair yang dibuat oleh Syekh Ibnu Mukhtar. 

ولاتقل لديهما اف ولا # تنهر هما وقل نقالا فاضلا

"Dan janganlah kamu berkta uff dan jangan membentaknya dan berkatalah dengan ungkapan yang utama." 

Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar melarang seorang anak untuk berkata buruk kepada kedua orang tuanya. Larangan ini cukup beralasan sebab berkata dengan perkataan buruk Jawa: misuhi merupakan tindakan menyakitkan. Sebab itulah perkataan yang demikian dilarang. 

Sepadan dengan itu, seorang anak dilarang untuk membentak kedua orang tua. Sebab membentak keduanya juga merupakan tindakan yang buruk. Prilaku yang tercela, sekaligus merupakan tindakan yang menyakitkan. Maka sangat buruk sekali prilaku anak yang membentak orang tuanya. 

Baik berkata buruk atau berkata kasar, membentak orang tua dan prilaku sejenis yang dapat menyakitkan orang tua maka semuanya adalah terlarang. Jika berkata buruk saja di larang, apalagi memukulinya, hingga bahkan membuatnya menderita. Pada intinya semua yang menyakitkan orang tua harus dihindari oleh anak. 

Demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab, pada malam ini. Semoga sedikit banyak dapat memberikan manfaat--khusunya bagi penulis senidiri. Lebih-lebih sebagai pengingat bagi anak agar berakhlak baik kepada kedua orang tuanya. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 10-02-2022. 
Sumber gambar: genota.id

Wednesday, February 9, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 4) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab, pada kesempatan yang lalu telah dibahas mengenai peran dan pengorbanan kedua orang tua yakni ibu dan ayah. Sebab peran keduanyalah setiap anak dapat terlahir di dunia. Karena pengorbanan keduanya pula seorang anak hidup, tumbuh, dan berkembang hingga dewasa. Hingga tiba saatnya si anak tadi menjadi orang tua.

Pengorbanan ibu maupun ayah sangat besar bagi anak. Maka tidak heran jika bakti anak kepada orang tua adalah suatu kewajiban. Hal ini sebagaimana syair Syekh Ibnu Mukhtar berikut, 

فواجب عليك احسنهما # قد انزل الله به واحكما
"Maka wajib bagimu berbuat baik kepada kedua orang tua, sebagaimana Allah benar-benar mewajibkannya."

Dengan memahami syair di atas maka akan diperoleh pemahaman bahwa berbuat baik kepada orang tua adalah kewajiban anak. Selain kewajiban itu juga didasarkan pada ajaran agama. Melalui Al-Qur'an, Allah dengan tegas agar anak berbuat baik kepada kedua orang tua. Dalam QS. Al-Isyra': 23, ditegaskan setelah Allah memerintahkan dan mewajibkan kepada manusia untuk tidak menyekutukan Allah, perintah berikutnya adalah berbuat baik kepada orang tua.

Berbuat baik kepada orang tua merupakan rangkaian dari perintah Allah Swt yang wajib bagi anak. Dalam Tafsir Al-Qurthubiy, disebutkan suatu hadir bahwa termasuk amal yang disenangi oleh Allah adalah berbuat baik kepada orang tua. Kemudian di antara bentuk berbuat baik kepada kedua orang tua adalah patuh dan taat kepada keduanya, kecuali pada hal yang terlarang.

Selain QS. Al-Isyra': 23 di atas juga terdapat ayat lain yang mendukung kewajiban berbuat baik kepada orang tua. Misalnya QS. Luqman: 14. Pada ayat tersebut diperintahkan pasca larangan menyekutukan Allah disusul dengan perintah berbuat baik pada kedua orang tua. Kemudian perintah berbuat baik kepada orang tua juga disebutkan dalam QS. Al-An'am: 151.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bajwa Al-Qur'an benar-benar mewajibkan kepada anak untuk bernuat baik kepada kedua orang tua. Setidaknya beberapa ayat yang dimaksud telah penulis sebutkan di atas nama surah dan nomor surahnya. Diharapakan dengan melacak ayat-ayat tersebut di atas dapat menimbulkan peningkatan rasa bakti anak kepada orang tua. 

Demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab pada. Semoga dengan mengkaji kitab ini adab kita terus meningkat. Utamanya kepada kedua orang tua. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 09-02-2022
Sumber gambar: kumparan.com



Tuesday, February 8, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 3) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Pengorbanan Ayah
Oleh Mustamsikin
Setelah pada pembahasan yang lalu dibahas mengenai pengorbanan ibu yang begitu besa, pada kajian kitab Jawahirul Adab kali ini akan dibahas pengorbanan ayah. Sebagai kepala rumah tangga ayah sangat besar tanggung jawabnya. Bahkan digambarkan dalam sebuah hadis, "Suami pada keluarganya menjadi pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya."

Sebagai ayah tugas yang begitu berat telah menjadi tanggung jawabnya. Di antara tanggung jawab berat itu adalah memenuhi kebutuhan pokok bagi anak dan memberikannya pendidikan. Untuk mewujudkan tanggung jawab itu maka seorang ayah dengan sedemikian rupa berjuang dengan keras. Banting tulang bekerja keras demi mencukupi kebutuhan anak dan kelurganya. 

Saking besaenya peran ayah pada anak Syekh Ibnu Mukhtar menggambarkan dalam syairnya sebagai berikut, 

ابوك قد وجدت فى الطلب # ما كنت محتاجا اليه بالتعب
من ملبوس ومأكول ومشرب # لاسيما تعليمه للأدب

"Ayahmu sungguh seorang yang bersusah payah memenuhi apa yang kamu butuhkan. Baik pakaian, makanan, minuman terlebih pendidikan adab."

Dari syair di atas jelas bahwa peran dan tanggung jawab seorang ayah pada anaknya sangat besar. Ia yang bertanggung jawab mencukupi apa yang dibutuhkan oleh anak termasuk kebutuhan pokok. Meskipun yang demikian diwujudkannya dengan susah payah. Begitu pula ia bertanggung jawab memberikan pendidikan kepada anak adab utamanya. 

Tidak dipungkiri memang pengorbanan ayah adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Apapun demi anak, asal ayah yang tanggung jawab pasti ayah akan berusaha memenuhi kebutuhan itu. Ayah yang bertanggung jawab pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga memenuhi kebutuhan anak dan mewujudkan apa yang anak inginkan. 

Begitulah perjuangan ayah, yang kadang perjuangan ayah tak begitu dinilai oleh anak. Toh ayah yang baik tidak akan berharap meminta imbalan pada anak. Bagi ayah, dapat mencukupi kebutuhan anak itu sudah menjadi kebahagiaan yang luar biasa. Apalagi jiga pengorbanan itu dibalas oleh anak. Niscaya kebahagiaan ayah akan berlipat ganda. 

Sebagai penutup, jamak siketahui bahwa peran ayah yang sangat besar. Dalam segala perjuangan dan pengorbanannya semata-mata tak lain adalah untuk kebahagiaan anak. Maka sebagai anak jangan pernah menyakiti perasaan ayah. Sebab kita dapat berjalan dengan tegak, tumbuh kuat hingga dewasa itu tidak dapat dipisahkan dari peran ayah. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 08-02-2022. 
Sumber gambar: hipwee.com




Monday, February 7, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 2) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Pengorbanan Ibu
Oleh Mustamsikin
Melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab yang lalu telah dibahas mengenai posisi kedua orang tua dengan kita. Pada kajian kali ini akan dibahas mengenai peran ibu. Ibu yang telah bersusah payah hingga QS. Al-Ahqaf ayat 16, menyebutnya perjuanagan ibu ketika mengandung sangat susah dalam begitu juga ketika melahirkan. 

Peran ibu pada anak baik sebelum anak terlahir di dunia atau setelahnya sangat besar. Jika normal usia kandungan sembilan bulan bukan waktu yang singkat untuk membawa beban yang cukup berat dalam segala kondisi dan keadaan. Maka pengorbanan yang demikianlah yang membuat ibu memiliki kemuliaan. Hingga doanya sangat dikabulkan oleh Allah Swt.

Bertalian dengan pengorbanan ibu Syekh Ibnu Mukhtar mengungkapakan dalam syairnya, 

امك قد لزمت المشقة # وكبدت عناية عميقة
في الحمل والولادة المخوفتة # والحفظ والإرضاء والنظافة

"Ibumu yang selalu dalam kepayahan dan kesulitan yang sangat, ketika mengandung, melahirkan yang ditakutkan, menjaga, menyusui hingga selalu menjaga kebersihan."

Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar hendak mengaskan betapa pengorbanan ibu yang begitu besar, mulai anak dalam kandungan ibu sudah susah dan letih. Kendati tidak pernah sekalipun kandungan diletakkan begitu saja karena kelelahan. QS. Luqman 14, membahasakan dengan wahnan ala wahnin lemah dan bertambah lemah. Ketika anak di dalam kandungan saja, ibu sudah sekuat tenaga tetap menjaga anaknya, termasuk ketika kandung terasa berat dan bertambah berat. 

Belum cukup beratnya mengandung, ibu juga bertaruh nyawa ketika melahirkan. Keadaan yang amat sulit dalam hidup wanita yakni saat melahirkan. Ibu sekali lagi berjuang dengan sekuat tenaga mengejan agar keluar dari rahim ibu dengan selamat. Meskipun kadang tidak sedikit karena proses melahirkan yang begitu berat ibu harus menemui ajalnya. Inilah proses yang harus dipahami oleh anak bahwa tanpa pengorbanan ibu yang luar biasa saat melahirkan tiada anak yang selamat. 

Belum lagi ketika anak sudah lahir di dunia ibu masih bersusah payah menjaga anak baik dari kesehatannya, menjaga asupan makanan yang harus dikonsumsi anak, menyusuinya hingga membersihkan kotorannya. Pasca melahirkan inilah kehidupan anak akan banyak merepotkan orang tua. Mulai minta makan, minum, buang air kecil dan besar semua harus dibantu oleh ibu. 

Maka kemudian jasa besar ibu di waktu kecil ini digambarkan dalam doa yang begitu mashur, warham huma kama rabbayani shaghira. Ya Tuhan berilah kasih saang kedunmanya sebagaimana keduanya memeliharaku di waktu kecil. Pengorbanan ibu mengurus segala keperluan anak diwaktu kecil inilah yang menjadikan ibu sebagai sosok yang harus dihormati, dimuliakan dan dipergatikan ketika sudah tua nantinya. 

Demikianlah sepenggal gambaran pengorbanan seorang ibu. Pengorbanan yang sampai kapanpun tidak akan dapat dibalas oleh akan. Sebesar apapun balasan anak tetaplah nilainya kecil. 

Sebagai penutup, semoga kita sadar sebagai anak kewajiban apa yang harus kita tunaikan kepada orang tua, terutama ibu. Apa yang harus kita berikan kepadanya setelah kita tahu pengorbanan besarnya? Apa yang harus kita lakukan untuk memuliakannya?

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 07-02-2022. 
Sumber gambar: parentingislami.id

Sunday, February 6, 2022

Adab Anak Kepada Orang Tua

Adab Anak Kepada Orang Tua
(Bagian Ke 1) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan suatu kewajiban bagi anak. Kewajiban ini berlaku baik orang tua masih hidup maupun sudah wafat. Perintah berbuat baik kepada orang tua diperintahkan langsung oleh Allah dalam al-Qur'an, di sampaikan pula dalam hadisn Nabi Muhammad Saw, dan juga para ulama. 

Sebagai suatu perintah agama dengan berpijak pada al-Quran, hadis maupun pendapat ulama, maka kewajiban berbuat baik kepada orang tua adalah suatu keniscayaan. Mengapa berbuat baik kepada keduanya penting? Syekh Ibnu Mukhtar menjelasakan dalam syairnya, 

واقرب الناس اليك وابر # من اعتنى بشأنك الذي استقر
وهو الذي سمي بأم و اب # لولاه لم تجد ولم تقارب

"Dan paling dekatnya manusia kepadamu, paling baik serta selalu bersungguh-sungguh tetap dengan keadaanmu adalah ibu dan ayah. Tanpa keduanya niscaya kamu tidak akan terwujud di dunia."

Dalam syair di atas tegas dan jelas bahwa kedua orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan. Keduanyalah sosok pertama kali yang berbuat baik kepada kita lebih-lebih ibu. Baik sebelum atau sesudah lahir di dunia kebaikan keduanya sangat besar. 

Kedua orang tua pula yang selalu bersungguh-sungguh memperhatikan keadaan kita. Ibu dan ayah yang menjadi sebab kita terlahir di dunia. Secara umum tanpa keduanya niscaya mustahil lahir di dunia. Berkat jasa dan kebaikan keduanya pula kita dapat tumbuh berkembang dan melewati faseh kehidupan mulai anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia. 

Maka sebab jasa besar keduanyalah kita diperintahkan berbakti dan berbuat baik kepada keduanya. Berbuat baik hingga kapan pun, dan di mana pun. Tak terbatas ketika keduanya masih hidup atau pun keduanya sudah wafat.

Demikianlah pengantar bab adab anak kepada orang tua. Semoga pengatar ini memberi sedikit gambaran yang mendasar mengapa harus berbuat baik kepada kedua orang tua. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 06-02-2022. 
Sumber gambar: hipwee.com

Saturday, February 5, 2022

Adab Guru Bersama Murid

Adab Guru Bersama Murid 
(Bagian Ke 9) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Dalam rangka melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab, karya Syekh Ibnu Mukhtar pada malam ini akan dibahas adab yang kesembilan terkait adab guru ketika bersamaan dengan murid. Dalam kitab tersebut, ini adalah adab terakhir. Adab pamungkas yang hendaknya dilakukan oleh guru kepada murid.

Pada adab yang kesembilan ini terdapat pembahasan mengenai pentingnya seorang guru memahami kemampuan tingkatan murid dalam memahami ilmu. Tingkat kemampuan akal murid dalam menerima ilmu dan memahaminya. Sebab dengan mengetahui tingkat pemahaman murid, seorang guru pasti tidak akan menyampaikan ilmu di luar kemampuan murid dalam memahaminya.

Menyangkut hal ini Syekh Ibnu Mukhtar menyatakan,
والإقتصار منه حين علما # بقدر فهم من له تعلم

"Dan adab guru pada murid adalah meringkas--membatasi--ketika mengajarkan materi kepada murid sesuai dengan kadar kemampuan murid dalam memahaminya."
Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar, dengan tegas menyatakan adab seorang guru kepada murid yakni guru hendaknya menyampaikan ilmu sesuai dengan kadar kemampuan murid dalam memahaminya. Jika seorang guru dalam menyampaikan terlalu berlebihan--melampaui--batas kadar pemahaman murid, maka akan beresiko ilmu yang disampaikan tidak akan dapat diterima. Kalaupun diterima besar kemungkinan akan menimbulkan salah paham.

Di sisi lain, ketika guru menyampaikan ilmu berdasar pada kadar kemampuan murid dalam memahami merupakan satu bentuk ajaran Nabi Muhammad Saw. Dalam syairnya Syekh Ibnu Mukhtar  menyatakan,

لما أتى فى الخبر المأثور # عن النبي المصطفى الأخيار

"Karena terdapat hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw yang terpiliah dari para pilihan."

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwasanya guru harus bijak. Yakni menyampaikan ilmu sesuai kadar pemahaman murid. Jika sudah demikian, guru tadi lebih dekat dengan sunah nabi. Selain itu pastinya ilmu yang disampaikan akan tepat sasaran dan tidak sia-sia. 

Sebagai penutup, telah usailah pembahasan tentang adab guru ketika bersana murid. Demikian semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 05-01-2021
Sumber gambar: hidayatulloh.cm

Adab Guru Bersama Murid

Adab Guru Bersama Murid 
(Bagian Ke 8) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab, tentang pentingnya peran guru terhadap murid yang kemudian menjadi adab guru pada murid. Pada penjelasan yang lalu telah dibahas mengenai langkah pencegahan guru terhadap murid yang sibuk mempelajari ilmu dengan niat bukan untuk memperoleh ridha Allah Swt. 

Melanjutkan pembahasan tersebut pada kajian kali akan dibahas mengenai peran guru dalam memperingatkan murid untuk mendahulukan amal yang wajib dari pada amal yang sunah. Dalam syairnya, Syekh Ibnu Mukhtar mengatatakan, 

وفعل نفل منه قبل الفرض # ومنع سوء الخلق بالتعريض

"Dan guru melarang murid untuk tidak melakukan amal yang sunah sebelum amal yang wajib. Kemudian dengan lerlahan mancegah murid untuk tidak berakhlak buruk."

Dari syair di atas jelas bahwasannya guru hendaknya mengarahkan muridnya sekaligus memberi teguran jika didapati murid yang mementingkan amal-amal sunah namun meninggalkan amal-amal wajib. Suatu misal murid lebih gemar sedekah namun enggan membayar zakat. Murid lebih suka puasa sunah namun meninggalkan puasa wajib. 

Dalam rangka memberikan pendidikan pada murid untuk tidak memprioritaskan atau melakukan amal sunah namun meninggalkan amal wajib, maka guru harus memberikan wawasan kepada murid agar ia tahu amal mana yang wajib dan mana yang sunah. Jika murid sudah tercerahkan dan dapat membedakan antara amal sunah dan amal wajib, maka guru tinggal mengawal pengetahuan tersebut. Setidaknya mengawal agar murid lebih memprioritaskan amal-amal wajib dan mengakhirkan amal-amal sunah. 

Selain tentang tentang peran guru terhadap murid, di bagian akhir pada syair di atas juga di dapati guru hendaknya melarang murid untuk berakhlak buruk. Mengenai hal ini sangat penting bagi guru mengajarkan contoh dan jenis-jenis akhlak yang baik. Selain itu guru setidaknya harus memberi wawasan tentang prilaku atau contoh akhlak tercela. 

Persoalan akhlak dalam pendidikan sangatlah penting. Bagaimana kemudin guru memberi contoh akhlak yang baik kepada siapapun. Jika guru telah memberi contoh maka cukup mudah untuk murid mengikuti percontohan dari guru. Namun yang demikian mustahil terjadi jika guru tidak lagi mengedepanoan akhlaknya. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 04-05-2020 



Thursday, February 3, 2022

Adab Guru Bersama Murid

Adab Guru Bersama Murid 
(Bagian Ke 7) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab karya Syekh Ibnu Mukhtar, mengenai perhatian penting guru terhadap murid. Jika pembahasan yang lalu telah dibahas bahwasanya guru mencegah murid mempelajari ilmu yang membahayakan pada dirinya, maka pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai pentingnya niat belajar hanya karena Allah, bukan ditujukan bukan untuk selainnya.

Seorang murid ketika belajar atau mencari ilmu hendaknya berniat hanya karena Allah. Sebab mencari ilmu dengan tujuan untuk selain Allah maka yang demikian belum benar. Jika prilaku tersebut ada pada murid maka sudah semestinya seorang guru mengigatkan muridnya tadi. Hal ini sebagaimana dalam syair berikut, 

كماعن اشتغاله بالعلم # ينو لغير ربه الكريم

 "Begitu juga guru semestinya melarang muridnya sibuk dengan mempelajari ilmu yang tidak disertai dengan niat karena Allah."

Dari syair di atas, dapat dipahami bahwa di antara adab guru adalah memperhatikan murid, lebih-lebih jika murid mencari ilmu dengan niat untuk tidak karena Allah. Jika sudah demikian maka guru tugasnya melarang murid dari belajar yang tidak dilandasi niat karena Allah. Selain itu, memang guru harus terus menenerus mendampingi muridnya dalam belajar.

Di sinilah tugas terberat seorang guru. Menjadi huru bukan hanya memiliki kemampuan intelektual yang hebat, namun juga senantiasa mencurahkan segalanya kepada muridnya. Termasuk tenaga, pikiran dan doa. 

Sebagai penutup, demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab kali ini. Semoga dapat diambil manfaatnya. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 03-02-2022. 

Adab Guru Bersama Murid

Adab Guru Bersama Murid 
(Bagian Ke 6) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab, pada kajian kali ini akan dibahas menganai peran guru dalam mencegah murid mempelajari ilmu yang membahayakan baginya. Sebagai bagian dari adab guru adalah sebisa mungkin melindugi muridnya dari bahaya termasuk ilmu yang tidak patut ia pelajari. 

Peran guru dalam menghindarkan murid dari bahaya ilmu yang dapat mencelakakannya disebutkan oleh Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya, 

وزجره لكل من تعلم # عما يضره اذا ما علم

"Dan guru mencegah kepada setiap murid dari sesuatu--ilmu--yang memnahayakannya ketika ia memelajarinya."

Dari syair di atas tegas dan jelas bahwasanya seorang guru yang bijak selain harus membimbing murid ke jalan yang benar ia harus mencegahnya dari kesesatan. Mencegah murid untuk tidak mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat bahkan dapat membahayakannya. Suatu misal guru melarang murid mempelajari ilmu untuk menipu yang ulung. 

Hampir mirip degan itu, seorang guru seharunya tidak menjawab pertanyaan murid yang sekiranya dengan jawaban tersebut murid akan mendapati bahaya. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari, dalam kitab Adabul Alim Wal Muta'allim. Yang demikian bukan berarti menyembuyikan ilmu akan tetapi sebagai bentuk rasa sayang guru kepada murid sebab menghidarkan murid dari sesuatu yang membahayakanya dan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. 

Demikianlah adab penting yang perlu diperhatikan guru. Sehingga guru bukan hanya mengajar murid sekadarnya namun juga memperhatikan ilmu apa yang pantas atau sesuai untuk dipelajari murid. Ilmu apa saja yang bermanfaat baginya dan ilmu apa yang dapat membahayakannya.

Sebagai penutup, semoga kajian ini dapat memberikan manfaat. Sekaligus mengingatkan akan pentingnya peran guru dalam memberikan arahan kepada murid. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 03-02-2022
Sumber gambar: pixabay.com

Tuesday, February 1, 2022

Adab Guru Bersama Murid

Adab Guru Bersama Murid 
(Bagian Ke 5) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin
Pada kajian kitab Jawahirul Adab, yang lalu telah dibahas mengenai pentingnya rasa ikhlas seorang guru dalam mendidik dan perasaan guru yang senantiasa siap menerima kebenaran walaupun dari orang yang lebih rendah. Melanjutkan pembahasan tersebut pada kajian kali ini akan dibahas mengenai pentingnya seorang guru percaya diri ketika mengatakan sesuatu yang ia tidak ketahui dengan, "Saya tidak tahu."

Kejujuran seorang guru harus dijunjung tinggi, apalagi ketika kejujuran itu menyelamatkan guru dari spekulasi. Kejujuran yang dimaksud adalah seorang guru berani dengan tegas menyatakan tidak tahu atau Allah maha tahu, jika ia ditanya sebuah persoalan namun ia tidak tahu jawaban dari persoalan tersebut. Rasa percaya diri guru yang demikian merupakan bagian dari adab seorang guru, hal ini sebagaimana Syekh Ibnu Mukhtar menyatakan, 

 وهكذا ترك الحياء من قول لا # أدرى اذا بد له ماسئلا
 "Dan begitu juga--adab seorang guru--tidak malu untuk mengatakan saya tidak tahu ketika ia ditanya."

Dari syair di atas jelas bahwa guru harus berani mengatakan tidak tahu, jika ia memang tidak tahu. Di samping sebagai bentuk kejujuran akademik, mengatakan tidak tahu adalah ciri khas orang alim sebagaimana perkataan Imam Nawawi yang dikutip dalam kitab al-Manhaj al-Sawi,"Di antara ilmunya orang alim yakni ketika ia tidak tahu mengatakan, Saya tidak tahu atau Allah maha tahu."

Selain itu pernyataan tidak tahu yang keluar dari guru bukanlah suatu aib yang dapat menjatuhkan martabat guru tersebut. Bahkan Imam Nawawi sebagaimana dikutip Habib Zein Bin Semit, perkataan saya tidak tahu tidak membuat derajat guru menjadi rendah. Bahkan itu adalah merupakan penunjuk agungnya kedudukan, ketakwaan, dan sempurnanya pengutahuan seorang guru.

Selain menyatakan, ungkapan saya tidak tahu seorang guru juga dapat menyatakan ketidaktahuannya dengan Allah maha tahu (Allahu a'lam). Pernyataan yang demikian juga merupakan kebiasaan dari ulama salaf. Sebagai mana Ibnu Mas'ud mengatakan, "Wahai manusia, jika seseorang mengetahui sesuatu katakanlah dengannya, jika tidak tahu katakanlah Allah maha tahu. Maka sesungguhnya di antara ilmu adalah menyatakan atas sesuatu yang tidak diketahui dengan mengatakan Allah maha tahu."

Sebagai penutup, demikianlah adab seorang guru ketika ia benar-benar tidak tahu atas jawaban suatu pertanyaan yang diajukan murid kepadanya. Inilah adab luhur seorang guru. Hal ini berkebalikan dengan guru yang tidak tahu namun tidak jujur. Ia berani menjawab persoalan yang ia sendiri tidak mengetahui jawabannya dengan sangat percaya diri. Inilah guru yang sejatinya tidak tahu namun sok tahu, yang kemudian dapat menyesatkan murid. 

Terakhir semoga tidak ada guru yang tidak tahu namun sok tahu. Berkatalah tidak tahu jika memang tidak tahu. Sebab yang demikian adalah tameng dari api neraka. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 01-02-2022. 
Sumber gambar: kompas.com