MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Sunday, March 27, 2022

Adab Di Dalam Majlis

Adab Di Dalam Majlis 
(Bagian Ke 7) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Kajian pada malam hari ini adalah kajian penutup mengenai adab di dalam majlis dalam kitab Jawahirul Adab. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana seharusnya seseorang yang tengah berada di dalam majlis bersikap dengan orang yang lebih tua?

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, jika seseorang berada di dalam majlis, kemudian melihat orang yang lebih tua dan lebih tinggi derajatnya maka selayknyalah ia mengagungkan orang tersebut. Kemudian jika ia dipanggil hendaknya ia segera mendekat, dengan penuh ketaatan.

Dalam syair berikut Syekh Ibnu Mukhtar menerangkan,

وإن يكن هناك من هو اسن # منك واعلى رتبة فابتعدن
وذا لتعظيم له ثم إذا # دعاك فاقترب اليه أخذا

"Dan jika di sana--di dalam majlis--terdapat orang yang lebih tua darimu dan lebih tinghi derajatnya, maka angubhjankah iaz kemudian jika kamu dipanggil mendekatlah dengan segera."

Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar menegaskan bahwasanya seorang yang beradab niscaya ia akan memuliakan atau mengagungkan orang yang lebih tua. Apalagai tua secara umur ditambah derajat yang lebih tinggi, tentu orang seperti itu sangat tepat untuk diagungkan. Pun juga ketika orang tua tadi memanggil, maka segeralah mendekat dengan penuh ketaatan.

Demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab, semoga kajian ini dan kajian yang telah lalu dapay memberikan manfaat. Amin-amin ya rabbal 'alamien.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 27-03-2022.

Saturday, March 26, 2022

Adab Di Dalam Majlis

Adab Di Dalam Majlis 
(Bagian Ke 6) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Setelah dua hari berlalu karena suatu hal, mari kita lanjutkan mengaji kitab Jawahirul Adab, karya Syekh Ibnu Mukhtar. Pembahasan kali kini masih seputar adab seseorang ketika bersama dengan banyak orang disuatu majlis. Apa adab yang akan kita bahas kali ini berkaitan dengan hal tersebut?

Pada bagian keenam ini, Syekh Ibnu Mukhtar menjelaskan ketika seseorang bersama banyak orang sedang di dalam majlis maka sebaiknya ia, menghindari sering menguap karena kantuk, molet-molet, (menggerakan badan), bermain jenggot, cincin, bermain baju, menghindari mengusir lalat. Hal ini sebagaimana beliau sampaikan dalam syair berikut.
 والتجتنب في كثرة التاؤب #  وكثرة التمطى والتلعب
ملحية او خاتم ثياب # مقللا في الطرد للذباب

"Dan jauhilah kamu dari sering-sering menguat, banyak menggerakkan badan, bermain-main jenggot, cincin, menyedikitkan konsumsi*

Dari syair di atas dapat dipahami bahwa di dalam majlis terdapat adab-adab sepergi tidak boleh banyak menguap, tidak boleh banyak bermain dan lain-lai n sebagai mana di atas. Dengan demikian seseorang yang baik akan menjaga adabnya dengan bak.

Demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab kali ini, semoga kajian ini bermanfaat. Berguna bagi para pembaca diberi keselaha. 

Jasa Besar Prof. Dr. Ngainun Naim Kepada Saya

Jasa Besar Prof. Dr. Ngainun Naim Kepada Saya
Oleh Mustamsikin

Sebagaimana yang telah saya tulis kemaren bahwasannya jasa Prof. Dr. Ngainun Naim, atau Pak Naim sangat besar bagi saya. Apalagi soal tulis menulis, beliau adalah teladan, inspirasi, dan motivasi bagi saya untuk tidak berhenti menulis. 

Seingat saya, saya telah menulis ratusan artikel pendek di media sosial facebook dan saya sebarkan pula di wa grup. Begitu juga saya juga menulis buku antologi--buku yang disusun banyak penulis--yang beberapa di antaranya beliau juga penulisnya. Bahkan beliau yang mengiisiasi penulisan buku-buku antologi hingga terbit. 

Bagi saya Pak Naim adalah sosok teladan yang konsisten di bidang literasi utamanya tulis menulis. Bagaimana tidak sejak diajar beliau ketika saya duduk di bangku perkuliahan S1 hingga kini beliau termasuk orang yang sangat konsisten memberi teladan. Terus dan terus beliau kembangkan sayap kepenulisan hingga beliau meraih jabatan akademik tertinggi di antaranya ditopang oleh tulisan-tulisan beliau baik artikel, buku, maupun jurnal internasional. 

Di samping itu bagi saya Pak Naim bukan sosok yang keluar dari bidang yang ia geluti. Di manapun, mengajar mata kuliah apapun dapat beliau hubungkan dengan buku dan dunia tulis menulis. Entah dengan cerita buku baru atau dunia literasi saat ini.

Belum lagi beliau bukan sosok yang  kemecer mengomentari berita yang lagi viral di jagat media. Beliau tenang dan tetap di atas rel literasi. Entah ilmu apa yang beliau gunakan kok bisa-bisanya tetap pada jalur literasi. Kalau kuliah tidak sedang diskusi beliau menyampaikan, Saya baru dapat buku ini, dari kawan yang belum pernah bertemu secara fisik. Isinya bla-bla bla...

Begitu sering Pak Naim, memberikan motivasi baik di dalam kelas perkuliahan maupun di luar perkuliahan. Beliau begitu gigih untuk mengajarkan, memberikan dorongan kelada semua mahasiswa beliau untuk menulis termasuk di antaranya saya. Cuma saya saja yang belum beruntung nulis buku sampai terbit.

Di luar topik kepenulisan tentu Pak Naim adalah guru saya, dosen saya. Beliau pembimbing tesis saya. Penguji tesis saya, dan juga pengoreksi tulisan arab saya. Rasaya diluar topik kepenulisan hubungan saya dengan beliau memutar kembali lagi ke tema menulis.

Demikianlah sedikit ungkapan pendek saya atas jasa beliau.
Bersambung....

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 25-03-2022. 

Thursday, March 24, 2022

Mengenal Pribadi Sanad Literasiku

Menegenal Pribadi Sanad Literasiku
(Prof. Dr. Ngainun Naim, S. Ag., M. H. I) 
Oleh Mustamsikin

Rangakaian kata, kalimat, ratusan artikel pendek, buku-buku antologi yang pernah saya tulis sesungguhnya tidak terlepas dari peran guru saya Prof. Dr. Ngainun Naim, S. Ag., M. H. I, yang kemaren 23 Maret 2022 telah dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Metodologi Studi Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Pak Naim--begitu saya biasa memanggil meski sekarang Prof--merupakan sosok yang selalu memberi teladan, inspirasi, motivasi, koreksi, masukan, dan kritik di bidang literasi. Beliau sosok yang luar biasa, tak terkendali dalam menyemai, memupuk dan membersamai setiap pecinta literasi dari kalangan murid-murid beliau.

Membincangkan Pak Ngainun Naim, memang di bidang literasi memang tidak ada habis-habisnya--meski saya terlambat menulis tentang kiprah beliau. Sebagai 'kafarat' murid yang tak taat momentum menulis tentang gurunya maka kisah tentang beliau yang akan lebih subyektif bersentuhan dengan saya akan saya uraikan dalam tulisan ini. 

Secara pribadi saya memang salah satu murid/mahasiswa Pak Naim yang tidak terlalu dekat namun merasa dekat. Setidaknya nomor WhatsApp saya disimpan oleh beliau, dan beliau sering mengajak terkait dengan hal-hal yang bersentuhan dengan dunia literasi--tulis menulis. Secara pribadi memang Pak Naim, jamak diketahui sebagai orang yang renyah. Pokoknya enaklah, bertemu, berdiskusi, dan bergaul dengan beliau serba indah. Beliau sosok yang ramah, santun, senang bercanda dan sering membuat orang tertawa. 

Pak Naim memang sosok akademisi namun keramahan membuat murid-murid beliau merasa seperti keluarga. Kalau bertemu tanya, "Pie kabarmu, suwe ra muncul, nandi wae?" Kata-kata yang membuat siapapun merasa akrab dengan beliau. Menurut saya inilah, sosok Pak Naim akademisi yang luar biasa. Meskipun suatu ketika pernah memhuat jengekel karena beliau mengkritik tulisan tangan saya, yang jelek. 

Bagi saya Pak Naim adalah sosok guru yang luar biasa. Pribadi yang ramah, egaliter, murah senyum dan penyabar. Sosok guru yang dirindukan untuk ditemui. Sejak beliau mengisi pelatihan literasi yang saya ikuti pada tahun 2013, sampai sekarang--sepengetahuan saya--beliau tidak banyak berubah ketika bertemu dengan murid-murid beliau. 

Pada awal tahun 2013 itulah saya pertama kali mengetahui bahwa beliau adalah begawan literasi STAIN Tulungagung--sekarang UIN. Kala kampus masih sepi dari dosen penulis yang mapan, beliau sudah tampil sebagi da'i kondang di bidang literasi. Kiranya sudah berpuluh tahun beliau menggeluti dunia literasi di kampus yang sekarang sudah jadi UIN. 

Kalau saya ditanya kapan kamu mengenal dengan Pak Naim? Pasti saya jawab, perkenalan, dan pertemuan saya lebih dekat dengan beliau setelah beliau mengajar saya dan kawan-kawan IAT angkatan 2015 di pasca sarjana. Dari bangku perkuliahan saya mengenal beliau hingga berlanjut beliau mengajak untuk lebih dekat mengenal penulis-penulis hebat tahun 2017 di ITS Surabaya. Bertemu dengan komunitas SPN (Sahabat Pena Nusantara) yang psda tahun 2018 bermetamorfose menjadi SPK (Sahabat Pena Kita). 

Puncak kedekatan penulis dengan Pak Naim adalah ketika penulis meminta kepada pengelola program studi IAT Pascasarjana IAT untuk dibimbing dalam penulisan tugas akhir (tesis) program magister oleh beliau bersama dengan Prof. Abad Badruzaman, Lc., M. Ag. Semenjak sering bertemu beliau baik dalam hal bimbingan maupun terkait literasi--sering keluar masuk LP2M beli buku tulisan beliau, saya  merasa semakin dekat dengan beliau. 

Selanjutnya kedekatan penulis berlanjut hingga sekarang, meski tidak secara fisik bertemu dengan beliau namun secara maya jalinan interaksi terkait literasi dengan baliau masih terjaga baik--setidaknya hingga detik ini. Beliau meski sudah sangat sibuk masih sempat mengajak ikut kopi darat tidak--pertemuan sesama anggota komunitas SPK. Selain itu beliau masih kerso memberikan komentar di status WA saya. 

Demikian secara pribadi pertemuan saya dengan Pak Naim--karena sudah larut malam sementara saya sudahi tulisan ini--masih berlanjut. Tunggu edisi selanjutnya. Sebelum saya tutup, selamat Pak atau Prof. Naim, atas capaian yang luar biasa. Dikukuhkan menjadi Guru Besar dan memperoleh jabatan akademik tertinggi di perguruan tinggi. Selamat Prof. 

Berlanjut... 
Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 24-03-2022

Adab Di Dalam Majlis

Adab Di Dalam Majlis 
(Bagian Ke 5) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Duduk bersama banyak orang tentu sangat menyenangkan. Dapat bertukar pikiran, membincang sesuatu mulai yang ada hingga tidak ada, hingga canda yang mengundang yawa. Semuanya sangat indah jika ditujukan dan dilakukan dengan indah. Namun demikian seindah apapun itu, seseorang tidak boleh mengabaikan kaidah-kaidah bersama orang lain sebagaina pandangan Syekh Ibnu Mukhtar. 

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, orang yang berada di tengah-tengah kerumunan atau duduk bersama orang lain maka ia sebagiknya, Pertama, tidak memasukkan jari ke dalam hidung. Kedua, tidak membersihkan sela-sela gigi dengn jari. Mengapa itu dilarang? Sebab kedua perilaku tersebut jika dilakukan di depsn kerumunan dapat memuruankan harga diri. 

Nasehat yang indah demkian disampaikan oleh Syekh Ibnu Mukhtar dalam kitabnya Jawahirul Adab. Beliau menuliskan dengan syair, 

ولاتدخل التسبع في الانف ولا #  تكن لاسنان بها مخللا
"Dan jangan kamu masukkan jermaeimu ke dalam hidung dan jangan menyela-nyela dengan jari."

Dengan memahami syair di atas tentu seseorang akan msmpu menjaga diri agar tidak merugikan harga dirinya. Mempermalukan dirinya pada orang lain. Bahkan orang lain mersa risih dan jijik. 

Nah demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab yang mengupas--di antaranya-- mengenai adab ketika di dalam majlis atau adab bergaul. Semoga adab-adab yang telah kita bahas menjadi insoirask sikap. Landasan untuk berpijak. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Keidiri, 24-03-2022.



Tuesday, March 22, 2022

Adab Di Dalam Majlis

Adab Di Dalam Majlis 
(Bagian Ke 4) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Mengkaji kitab adab memang tidak ringan. Mungkin ringan dalam memahami bahasa tulisannya, namun tidak ringan dalam aplikasinya. Banyak kitab adab yang dikemas dengan bahasa mudah namun tetap saja sulit untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sepertihalnya kitab adab yang lain, kitab Jawahirul Adab karya Syekh Ibnu Mukhtar Cirebon ini juga terbilang mudah. Namun jika dipraktekkan dalam kehidupan berat. Maksudnya berat untuk menjaga adab secara konsisten dalam kehidupan.

Meski demikian tetaplah penting karya tentang adab ini kita kaji. Entah kapan mengamalkannya yang penting kaji dulu. Minimal ada harapan khatam. Untuk itu mari kita lanjutkan, pembahasan kitab ini sampai pada adab di dalam majlis bersama orang banyak.

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, di antara yang terlarang adalah duduk dengan menaruh paha kaki di atas paha kaki yang lain, sembari meletakkan tangan di atasnya. Duduk yang demikian termasuk prilaku yang kurang baik. Hal ini sebagaimana syair berikut,

وإن تربع فاجتنب عن وضع # رجل على فخذ اتى مع رفع
كف لضربها فذا دليل # على ترفع ابى الدليل

"Jika kamu duduk hindarilah msletkkan paha kaki di atas paha kaki yang lain. Ditambah meletakkan tangan di agss paha, sehingga yang demikian dilaran oleh syariat."

Dari syair di atas dapat dipahami bahwa dalam duduk pun ada etika atau adabnya. Apalagi duduk bersama orang lain yang kerap kali mereka menilai sesuatu dengan apa adanya.

Nah demikianlah sedikit adab yang baik ketika duduk. Perlu dipahami bahwasannya larangan yang demikian perlu ditekankan sehingga seseorang tidak melakukan sesuatu semaunya. Tanpa landasan yang kokoh.


Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 22-03-2022. 

Monday, March 21, 2022

Adab Di Dalam Majlis

Adab Di Dalam Majlis 
(Bagian Ke 3) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Membahas adab memang tidak ada habisnya. Belum lagi jika adab dipraktekkan dalam kehidupan maka, orang yang menjaga adab harus mengerahkan sekuat tenaganya dalam menjaga konsistensi beradab dari mulai ia mengenal adab sampai wafat. Termasuk di antara sekian adab, mulai adab aktivitas keseharian hingga adab yang bersinggungan dengan orang lain adalah adab di dalam majlis.

Adab di dalam majlis yang dimaksud adalah etika beduduk-duduk bersama dalam satu tempat. Dalam bahasa Jawanya disebut jagongan. Terkait dengan adab ini Syekh Ibnu Mukhtar telah membahasa di antaranya di dalam kitab Jawahirul Adab. Salah satu di antaranya adalah adab ketika orang lain berbicara di dalam majlis.

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, seseorang hendaknya diam jika kawannya berbicara. Menghargai kawan yang berbicara, dengan tidak memoting pembicaraan itu kecuali pembicaraan yang mengarah pada hal-hal negatif atau maksiat. Etiaka seperti ini beliau sampaikan dalam syair berikut.

اياك والقطع كلامه وإن # لم يك في معصية فلتفطن

"Janganlah kamu memotong pembicaraan orang, kecuali pembicaran yang mengandung unsur maksiat."

Melalui syair di atas, Syekh Ibnu Mukhtar menegaskan pentingnya mengindahkan etika, di dalam majlis. Dengan tidak memotong pembicaraan orang lain. Mengapa yang demikian dilarang? Pertama, dapat menyakiti hati orang yang berbicara. Kedua, dapat menimbulkan salah paham. Ketiga, dapat menimbulkan paham yang salah. Keempat, merupakan etika yang tidak baik. Kelima, menurunkan harga diri orang yang berbicara.

Beberapa akibat dari memotong pembicaraan orang lain yang sedang berbicara di  hanya sebagian kecil saja, selain itu masih banyak. Dengan beberapa akibat tersebut maka etika di dalam majlis harus digunakan agar tidak timbul akibat buruk. Namun demikian jika pembicaraan atau omongan orang di depan kita mengandung maksiat harus kita ingatkan. Meskipun tidak secara langsung. 

Demikianlah sedikit ulasan dari kajian kitab Jawahirul Adab etika di dalam majlis. Semoga dapat memberi manfaat. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 21-03-2022. 


Sunday, March 20, 2022

Adab Di Dalam Majlis

Adab Di Dalam Majlis 
(Bagian Ke 2) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Masih dalam kajian kitab Jawahirul Adab, mengenai adab di dalam majlis. Pada kajian yang lalu telah dibahas tentang seseorang yang seyogyanya ketika bersama orang lain di dalam majlis--perkumpulan--untuk menyesuaikan diri, baik dalam hal ucapan, pakaian atau tingkah laku. Nah, selanjutnya pada kajian kali ini akan dibahas mengenai pentingnya belajar mendengar orang lain di dalam majlis. 

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, seseorang yang berada di dalam majlis maka hendaknya ia tidak diam saja. Maksudnya hendaknya seseorang tadi berupaya untuk mendengarkan orang lain. Hal ini sebagaimana Syekh Ibnu Mukhtar mengatakan, 

وينبغى إصغاك للمتكلم # معتنيا اذاك بالتفهم

"Dan seyogyanya kamu mendengarkan orang yang berbicara. Supaya kamu paham."

 Dari syair di atas jelas bahwasannya seseorang yang berada di dalam majlis maka sebaiknya ia mendengarkan orang yang berbicara. Maksudnya belajar mendengar sesamanya. Mengapa perlu mendengar sebab dengan mendengar seseorang akan mendapatkan kepahaman. 

Selain itu belajar mendengar harus digalakkan. Mengapa demikian? Sebab seseorang lebih sudak berbicara dari pada menedengar. Jika sudah demikian maka muncul kelompok orang yang banya mau menjadi sunyek atau pembicara sedang yang demikian tidak baik.

Sebagai penutup, di dalam perkumpulan atau majlis seseorang harus ada yang siap menjadi pendengar. Belajar mengerti dan berupaya memahami.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 20-03-2022. 

Adab Di Dalam Majlis

Adab Di Dalam Majlis 
(Bagian Ke 1) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Tidak terasa kajian kitab Jawahirul Adab, telah sampai di penghujung bab. Telah sampai pada bab penutup dari kajian pertama hingga kajian kali ini. Mulai adab murid kepada guru hingga adab mujalasah

Pada bab mujalasah pada bagian yang pertama ini akan dibahas mengenai adab atau etika menempatkan diri. Yakni bagaimana seharusnya dalam bergaul untuk pandai menempatkan diri, sekaligus menyesuaikan pembicaraan, pakaiaan dan tingkah laku. 

Dalam hal tersebut Syekh Ibnu Mukhtar menyatakan dalam syairnya, 

إن تك يابن عمي ممن حضرا # في مجلس الرجل فيما قررا
فالزم بما يليق بالمقام #من ملبس او حال او كلام

"Wahai anak pamanku jika kamu hadir dalam suatu majlis perkumpulan yang ditetapkan, maka menyesuaikanlah dengan perkumpulan itu. Baik dari segi pakaiaan, tingkah laki maupun perkataan."

Dari syair di atas jadilah terang bahwa ketika seseorang dalam suatu majlis atau perkumpukan maka ia harus menyesuaikan diri. Perkataan, pakaian dan prilakunya harus ditata sedemikian rula. Bertutur kata yang baik, tidak meyakiti orang lain serta bertutur kata secukupnya. Kemudian ketika di dalam majlis hendaknya mengenakan pakaian yang sesuai dengan majlisnya. 

Adab atau etika yang demikian dubuat supaya seseroang tahu bahwa, berbuat baik bukan hanya kepada Allah namun juga kepada sesama. 





Saturday, March 19, 2022

Adab Menerima Tamu

Adab Menerima Tamu
(Bagian Ke 3) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Mari kita melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab, mengenai adab orang yang dikunjugi tamu--tuan rumah. Pada kajian kali ini akan dibahas mengenai adab tuan rumah ketika tamu pulang. Bagaimana etika tuan rumah ketika tamu pulang, apa pula yang harus ia lakukan?

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, etika tuan rumah ketika tamu pulang adalah mengantarkannya sampai depan pintu rumah. Selain itu, tuan rumah hendaknya menampakkan wajah ceria penuh syukur telah dikunjungi. Tak lupa, tuan rumah memberi pertanyaan kepada tamu kapan berkunjung kembali. 

Tiga etika di atas, disampaikan Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya, 

وتبعنه عند الانصراف # الي امام الباب بالانصاب
واظهر الشكر على ريارته # واسأله ان يعود عند سعته

" Dan ikutilah--antarlah--tamu ketika hendak pulang, sampaij ke depan pintu gerbang. Kemudian, nampakkan wajah penuh syukur. Tanyalah kepada tamu, kapan si tamu sudi berkunjung kembali.

Dari syair di atas dapat dipahami bahwasannya bagi tuan rumah hendaknya menjaga etika kepada tamu pulang. Selayaknya tuar rumah mengantarkan si tamu sampai ke depan pintu.

Selanjutnya, tuan rumah menampakkan keceriaan kepasa tamu, agar si tamu mantab tidak merasa menjadi beban. Kemudian, tuan rumah jangan diam, tanyalah kepan ia bertamu kembali.

Nah, demikianlah adab-adab atau tuan rumah kepada tamu. Demkian semoga bermanfaat.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 18-03-2022. 

Thursday, March 17, 2022

Adab Menerima Tamu

Adab Menerima Tamu
(Bagian Ke 2) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab, tentang adab penerima tamu atau tuan rumah. Pada kajian yang lalu telah dibahas tentang pentingnya menempatkan tamu pada tempat yang layak. Selanjutnya akan dibahas pada kajian ini tentang menyuguh tamu. 

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, setelah mempersilahkan tamu ditempat yang layak maka sebaiknya tuan rumah memberikan sesuatu yang biasa disuguhkan. Meskipun Syekh Ibnu Mukhtar juga melarang tamu mengada-ada yang tidak ada. Memaksakan diri untuk menjamu tamu, dengan cara mengada-ada. Yang demikian menurutnya tidak perlu. 

Dalam syairnya Syekh Ibnu Mukhtar menyatakan, 

وقدمن له بلا توانى # ضيافة بحسب الامكان

"Dan segeralah memberi suguhan kepada tamu sesui kadar kemampuan tanpa mengada-ada--mempersulit diri." 

Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar, menganjurkan etika penting bagi tuan rumah yakni memberi suguhan atau jamuan kepada tamu. Mislanya tamu dikasih minuman atau makanan. Bisa air putih, teh, kopi, makanan ringan, atau jamuan makan. Yang penting tidak mempersukit diri dengan mengada-ada. Memaksakan diri memberi jamuan tamua padahal dengan uang pinjaman. 

Penukis memandang bahwasanya pendapat Syekh Ibnu Mukhtar, ini adalah pendapat yang ideal. Maksunya, menyuguh tanmu adalah etika yang baik, namun juga sekadarnya--sesuai kemampuan. Tidak kemudian karena menyuguh tamu harus lari kesana kemari untum meminjam uang. 

Nah demikianlah sedikit adab tuan rumah kepada tamu. Adab yang ideal pas dengan realita. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 17-03-2022. 

Wednesday, March 16, 2022

Adab Menerima Tamu

Adab Menerima Tamu
(Bagian Ke 1) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Setelah beberapa kajian yang lalu membahas tentang adab atau etika orang yang bertamu, maka sebaliknya etika juga berlaku pada tuan rumah. Bagiamana kemudian menjadi tuan rumah yang baik kepada tamu sehingga tamu tidak kapok datang kembali? Bagaimana pula sebaiknya memperlakukan tamu yang semestinya? Mari simak penjelasan Syekh Ibnu Mukhtar. 

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, di antara etika menerima tamu bagi tuan rumah adalah menerima tamu dengan rasa gembira, menyambutnya dengan santun, dan mengutamakannya. Perasaan gembira ketika menerima tamu dapat dinampakkan dengan keceriaan wajah. Menyambutnya dengan sopan dapat dilakukan dengan antusias mimik. Sedangkan mengutamakannya dengan cara tidak membiarkannya terdiam sendiri. 

Penjelasan Syekh Ibnu Mukhtar yang demikian beliau sampaikan dalam syair berikut. 

وإن يزورك احد فقابل # بالبشر والاداب والتفضيل

"Jika seseorang mengunjungimu--bertamu--maka terimalah dengan senang, sopan, dan mengutamakannya."

Syair di atas cukuplah sebagai pemantik tuan rumah untuk memperlakukan tamunya dengan baik. Sebagaimana penjelasan di atas. 

Selanjutnya, setelah bentuk-bentuk penyambutan dengan perasaan gembira, maka tuan rumah perlu mempersilahkan tamu untuk duduk di tempat yang patut. Bagi tuan rumah, mempersilahkan tamu agar menempati tempat yang layak adalah sebuah etika yang baik. Meskipun tentu masing-masing individu berbeda dalam memperlakukan tamunya. 

Setelah mempersilahkan duduk si tamu, tuan rumah perlu untuk mengajak si tamu untuk berbincang ringan. Seperti menanyakan kesehatan, dan teman si tamu. Pembicaraan yang demikian selain dapat memperkokoh hubungan juga dapat memberikan motivasi agar berudsaha mendekatkan diri kepada Allah. 

Etika mempersilahkan tamu untuk duduk yang damikian, terurai dalam syair Syekh Ibnu Mukhtar berikut,

وأجلسنه في المحال الائق # واسأله عن صحته و صديق

"Dan duduklah di tempat yang patuy dan bertanyalah tentang kesehatan dan bebincang santai tentang kerabatmu."

Penulis meyakini bahwasanya perlakuan tuan rumah yang demikin semata-mata hendak berupaya mengamalkan hadis nabi yang makananya, "Barang siapa ber memuliakan tamjnya maka ia akan dimulyakan oleh Allah Swt.

Nah demikianlah seputar etika sebelum bertamu. Semoga sedikit banyak kita dapat menirunya.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 25-03-2022. 

Tuesday, March 15, 2022

Adab Bertamu

Adab Bertamu
(Bagian Ke 6) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Sampailah di penghujung kajian kitab Jawahirul Adab mengenai adab bertamu. Pada bagian yang terakhir kali ini akan dibahasa mengenai etika tamu ketika hendak berpamitan atau undur diri. Pembahasan ini sangat penting sebab jika tamu masuk saja ada etikanya, maka keluar pun demikian.

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, seorang tamu yang hendak undur diri atau pulang, maka terlebih dahulu ia meminta izin kepada tuan rumah. Izin yang dimaksud seringkali ditujukan sebagai bentuk pemberitahuan tamu kepada tuan rumah bahwa si tamu akan pulang. Setelah berpamitan kepada tuan rumah maka si tamu hendaknya mengucapkan salam. Sebagaimana dalam syair berikut, 

واستأذن المزور حيث مانصرف # ت عنه بالسلام تنل بالشرف

"Dan mintalah izin kepada tuan rumah (orang yanh dikunjungi) sekira hendak undur diri darinya seraya mengucapkan salam. Sehingga jamu memperoleh kemuliaan."

Dari kandungan syair di atas dapat dipahami bahwasannya jika si tamu hendak undur diri, maka sudah selayaknya jika berpamitan. Tentu dengan menggunakan bahasa yang baik. Sesaat setelah berpamitan seorang tamu hendaknya mengucapkan salam.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya sebagai tamu yang bijaksana, maka sudah selayaknya dia berpamitan kepada tuan rumah. Kemudian, jangan sampai lupa mengucapkan salam. Dengan demikian si tamu sudah merampungkan kewajibannya, dan cukuplah sudah sitamu menggunakan etika bertamu.

Sebagai penutup, demikianlah sedikit ulasan mengenai adab bertamu. Semoga ulasan di atas dapat memotivasi kita semua untuk menjaga etika ketika bertamu.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 15-03-2022.

Monday, March 14, 2022

Adab Bertamu

Adab Bertamu
(Bagian Ke 5) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab adab atau etika bertamu. Setelah pembahasan yang lalu memperbincangkan menyebut nama ketika di tanya, maka pada kajian kali ini akan dibahas mengenai adab bertamu di dalam ruangan. Tepatnya setelah dipersilahkan masuk oleh tuan rumah. Apa saja adabnya? Mari simak uraian berikuat.

Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, sesampainya tamu di dalam rumah maka hendaklah ia mengucapkan salam. Terlebih jika di dalam euangan terdapat banyak orang, maka ucapkanlah salam kepada semua yang ada diruangan. Lelu kemudian bersegera memilih tempat duduk yang sesuai. Hal ini sebagaimana syair berikut, 

وإن تجد في بيته جماعة # سلم عليهم جميعا ذفعة
فاجلس بموضع مناسب لك # واستعمل الغائب في كلامك

"Dan jika kamu mendapati beberapa orang di dalam rumah--orang yang kamu kunjungi--maka ucapkanlah salam untuk mereka semua. Kemudian duduklah di tempat yang sesuai dengan kamu."

Dari syair di atas nampak jelas bahwasannya jika seorang tamu sudah sampai di dalam ruangan kemudian mendapati banyak orang, selayaknyalah ia mengucapkan salam kepada orang-orang yang ada di dalam ruangan. Setelah rampung mengucapkan salam mak hendaklah segera mencari tempat duduk yang sesuai. 

Sesuai yang dimaksud adalah, memilih tempat yang sekiranya cocok dengan diri si tamu. Jika orang yang dikunjungi atau tuan rumahnya adalah guru si tamua, maka sebaiknya ia duduk tidak sejajar dengan guru. Atau paling tidak dia menempatkan diri pada posisi yang pas. Tidak terlalu dekat dan tidak pula terlalu jauh. 

Demikian sedikit gambarang etika bertamu di dalam ruangan. Meskipun tuan rumah adalah kawan sendiri namun tetaplah menjaga etika bertamu yang baik. Sebab tamu layaknya mayit di tangan orang yang memandikannya. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 14-03-2022. 



Sunday, March 13, 2022

Adab Bertamu

Adab Bertamu
(Bagian Ke 3) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Tamu laiknya mayit di tangan orang yang memandikannya. Maknanya tamu tidak boleh semaunya, tamu harus mengedepankan etika bertamu yang baik. Menjaga sopan santun, kepada tuan rumah. Maka dari itulah tamu seharusnya mengetahui adab sebagai tamu.

Terkait dengan adab bertamu, penulis dalam kajian kitab Jawahirul Adab yang telah lalu, telah menguraikan dua adab atau etika yang baik. Pertama, sabar menunggu sampai pintu tuan rumah dibukakan dan tidak slonang-slonong, masuk tanpa diberi izin. Kedua, apabila pintu tuan rumah tertutuo maka ketuklah dengan pelan-pelan.

Setelah mengetahui dua adab di atas, maka untuk semakin tambah sempurna penting untuk membahas etika bertamu yang ketiga. Adab ketika bertamu yang nomor tiga adalah, memyebutkan nama dengan jelas, sebagaimana Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya,

وإن تسأل من داخل كن معلنا # باسمك صاح لا تقل انا انا

"Jika kamu ditanya oleh tuan rumah mengenai nama kamu maka jawablah dengan tegas, dengan menyebut nama, tidak dengan bahasa aku-aku."

 Dari syair di atas cukup jelas jika seseorang bertamu kemudian ditanya oleh tuan rumahnya, "Siapa namamu? Jawablah dengan jawaban, sedanv etika yang baik adalah dengan menjawab secara tegas dengan nama asli. Jangan sampai hanya menyebut nama panggilan atau nama julukan. Yang demikian kurang baik.

Selain agar mudah diingat dengan memyebut nama secara langsung, dapat menjadi sebuah pengingat sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah. Pun juga ketika nama disebutkan dengan jelas, maka kesan yang timbul dari tuan rumah adalah kesan penghormatan. 

Demikianlah adab bertamu atau berkunjung dalam kitab Jawahirul Adab, semoga dengan kita mempelajarinya kita akan berbuat baik kepada siapa saja. Semoga uraian di atas membawa manfaat. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 12-03-2022. 


Saturday, March 12, 2022

Adab Bertamu

Adab Bertamu
(Bagian Ke  2) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Melanjutkan kajian yang lalu telah lalu mengenai adab sebagai tamu atau orang yang berkunjung. Pada bagian pertama yang telah lalu ditekankan pentungnya sabar menanti keluarnya tuan rumah. Selanjutnya pada bagian kedua ini akan dibahas mengenai pentingnya perlahan ketika mengetuk pintu. 

Sebagai tamu atau pengunjung yang baik hendaknya tetap menjaga etika ketika bertamu apalagi ketika nampak pintu rumah yang dikunjungi masih terkunci. Maka sebaiknya bersabar untuk mengetuk pintu dengan perlahan. Sebagaiman ajaran Syekh Ibnu Mukhtar dalam kitab, Jawahirul Adab, berikut.

وإن وجدت مغلقا قدقا # لكن بلطف لابرفع دقا

"Jika kamu menemukan pintu rumah--orang yang kamu kunjungi--tertutul maka ketuklah dengan pelan tidak dengan mengetuknya dengan keras."

Merujuk pada syair Syekh Ibnu Mukhtar di atas, sebagai seorang tamu lagi-lagi harus berusaha sabar menanti keluarnya tuan rumah. Apalagi pintu rumah orang yang dikunci, yang kemudian memaksa tamu harus mengetuk pintu tersebut, maka tamu yang baik pasti akan mengetuk pintu dengan perlahan, supaya tidak mengganggu aktivitas tuan rumah. 

Dari uraian di atas dapat pahami bahwasannya di manapun indah jika orang terus menggunakan adab atau etikanya. Bahkan hingga mengetu pintu saja ada etik atau adabnya. 

Sebagai penutup kajian, marilah kita senantiasa menjadi orang yang sukses. 


Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 12-03-2022.

Friday, March 11, 2022

Adab Bertamu

Adab Bertamu
(Bagian Ke 1) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Setiap relung kehidupan yang dijalani seseorang pasti terdapat etika di dalamnya. Tak terkecuali ketika seseorang bersinggungan dengan orang lain. Termasuk ketika berkunjung kepada teman atau kerabat. Semua terdapat etika yang baik untuk dilakukan. 

Berkenaan dengan berkunjung kepada teman, Syekh Ibnu Mukhtar menjelaskan beberapa etika atau adab yang pas untuk dilakukan yang insyaallah akan penulis kaji dalam beberapa bagian. Nah pada kajian kali ini akan dibahas mengenai bagian pertama etika atau adab berkunjung atau bertamu. 

Sebelum masuk dalam kajian etika berkunjung atau bertamu penting dicatat bahwasannya mgunjungi saudara, teman atau kerabat dapat memperkuat hubungan persaudaraan, Sebagaimana Syekh Ibnu Mukhtar menyatakan. 

وزر اخا مستأكدا رابطة # أخاوة لكن بضب فاضبطة

"Dan beekunjungklah pada saudaramu untuk memperkuat hubunhan persaudaraan, dengan tidak terlalu sering."

Selanjutnya, etika yang patut dilakukan seorang yang berkunjung atau bertamu adalah, tidak segera masuk ketika pintu rumah orang yang dikunjungi terbuka, namun terlebih dahulu--pengunjung atau tamu--memberi kabar kepada penjaga rumah untuk menyampaikan kepada pemilik rumah tentang siapa yang datang, kemudian si tamu menunggu terlebih dahulu. Sebagaimana Syekh Ibnu Mukhtar menerangkan dalam syairnya, 

والباب إن وجدت مفتوحا فلا #  تعجل الي الدخول لكن ارسلا
لنحو خادم لكيما يخبر # من كنت زائرا له وانتظر

"Jika pintu rumah orang yang dikunjugi terbhka maka janganlah kamu tergesa-gesa masuk ke dalam rumah. Tetapi titipkanlah pesan kepada penjaga rumah supaya memberi kabar kepada tuan rumah tentang siapa yang satang dan nantikanlah."

Dari syair di atas cukup jelas bahwasanya etika berkunjung atau bertamu adalah tidak tergesa-gesa masuk meski pintu telah terbuka. Setidaknya berilah aba-aba atau sebuah pesan kepada tuan rumah baik melalui pelayannya atau dengan alat komunikasi yang lain--telefon misalnya. Selain itu bagi pengunjung atau tamu hendaklah bersabar menanti tuan rumah. 

Etika yang demikian memiliki nilai yang sangat positif. Mengapa? Sebab orang yang bertamu akan diterima baik oleh tuan rumah jika ia menampakkan sopan santun dan etika bertamu yang baik. Tidak slonang-slonong. Kemudian perlu dipahami bahwa etika yang demikian dibuat supaya semua pihak merasa nyaman. 

Demikianlah kajian bagian pertama adab berkunjung atau bertamu. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 11-03-2022. 




Thursday, March 10, 2022

Adab Ketika Berjalan

Adab Ketika Berjalan
(Bagian Ke 4) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Melengkapi pembahasan tentang adab ketika berjalan, maka dalam kajian kitab Jawahirul Adab kali ini akan dibahas mengenai adab berjalan bersamaan dengan orang yang memiliki kedudukan atah kemuliaan seperti orang alim misalnya. Ketika berjalan bersamaan mereka maka etika yang baik adalah agak mundur sedikit (tidak sejajar) dan berjalan di bagian sisi kiri mereka. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Syekh Ibnu Mukhtar dalam syairnya, 

كذا إذا مشيت مع ذى الجاه # كعالم فلتتأخر فيه
بقلة واجعله في يمناك # واسمع بالإنحناء إذا دعاك

"Begitu juga ketika kamu berjalan bersamaan dengan orang yang memiliki kedidukan mislanya orang alim maka hendaknya agak mundur sedikit (tidak sejajar). Dan jadikanlah orang tersebut berada di sisi kananmu dan dengarkan dengan seksama ketika hendak mengajak berbincang-bincang.

Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar menegaskan bahwasannya berjalan bersamaan dengan orang yang mulia harus menggunakan adab/etika. Etika apa yang harus diteraokan, yakni dengan berjalan agak mundur (tidak berjalan sejajar) dengan orang mulia tadi. Kemudian jika dipanggil oleh orang yang tadi untuk bincang-bincang maka dengarkanlah dengan seksama.

Nah demikianlah etika atau adab seseorang ketika berjalan di jalan. Etika ini akan indah jika diterapkan meski tidak sepenuhnya. Adab yang demikin mengajarkan kerendahan hati, dan kesiapan mental ketika berjalan dan berbicang dengan orang yang mulia. 

Pendidikan adab yang demikian diajarkan tak lain tak bukan agar semua orang tahu. Mengetahui bagaimana ia seharusnya memosisikan diri ketika berjalan. Mengetahui bahwasannya etika itu sangat penting dalam kehidupan. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 10-03-2022.



Wednesday, March 9, 2022

Adab Ketika Di Jalan

Adab Ketika Berjalan
(Bagian Ke 3) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Di manapun indah jika seseorang tetap menjaga adabnya. Termasuk di jalan raya. Ketika di jalan seseorang hendaknya menggunakan adab di jalan. Hal ini sebagaimana Islam mengajarkan agar seseorang tetap indah di manapun berada. Terkait dengan adab di jalan beberapa adab telah di bahas pada kajian kitab Jawahirul Adab pada bagian satu dan dua. 

Selanjutnya untuk menyempurnakan adab yang telah dibahas pada bagian ketiga ini, akan dibahas mengenai adab seseorang di jalan ketika berpapasan dengan orang lain. Menurut Syekh Ibnu Mukhtar ketika orang muslim berpapasan dengan kawannya maka hendaklah ia memulai dengan salam. Dalam syairnya ia mengatakan, 

 ثم إذا لقيك الأصحاب # فسلمت بداء ياأديب

"Kemudian ketika kamu kawanmu berpapasan denganmu maka terkebuh dahulu ucapkan salam kepada mereka, wahai orang yang beradab."

Melalui syair di atas Syekh Ibnu Mukhtar menekankan pentingnya memulai salam ketika bertemu dengan orang di jalan. Utamanya mereka yang pernah kita kenal, atau pun orang yang tidak kita kenal. Kalaupun tidak mengucapkan salam hendaknya dengan menyapa terlebih dahulu. 

Menyapa orang yang ada dijalan penting, sebagai adab. Meskipun tidak sesempurna menggunakan salam. Suatu misal, monggo (mari). Dengan sepenggal kata-kata itu orang Jawa yang mengerti pasti akan merasa dihormati. Sebab itu merupakan bagian dari khazanah luhur ketika orang bertemu di jalan. 

Nah demikianlah sedikit adab atau etika ketika bertemu kawan di jalan. Adab yang seperti inilah yang harus ditanamkan juga oleh orang tua kepada anak. Oleh guru kepada murid. Sehingga ketika di jalan seseorang tau bagaimana etikanya. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 09-03-2022. 

Tuesday, March 8, 2022

Adab Ketika Berjalan

Adab Ketika Berjalan
(Bagian Ke 2) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Melanjutkan pembahasan menganai etika berjalan di jalanan. Pada kajian yang telah lalu, kita diajak oleh Syekh Ibnu Mukhtar malui syairnya dalam kitab Jawahirul Adab, untuk memfokuskan pandangan ke arah depan ketika berjalan. Tidak terus-terusan menengok kanan dan kiri. 

Sebagai etika lanjutan, maka pada kajian kitab Jawahirul Adab, kali ini kita akan membahas mengenai dua etika orang yang berjalan. Pertama, hindari tergesa-gesa. Kedua, tidak berhenti di tengah jalan kecuali ada hajat yang mendesak. Kedua etika tersebut tertulis jelas dalam syair berikut, 

ولتبتعد عن عجل ولاتقف # على الطريق دون حاجة تصف

"Dan jauhilah kamj dari tergesa-gesa, dan janhan berhetai di tengah jalan kecuali ada hajat yang sangat."

Dengan memahami makna pesan dalam syair di atas kita akan tahu bahwasannya bagi orang yang tengah berjalan di jalan raya hendaknya tidak tergesa-gesa. Mengapa demikian sebab ketergesaan merupakan kebiasaan setan. Selain itu orang yang tergesa-gesa cenderung tidak fokus. Sehingga berpotensi membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. 

Selain itu, orang yang sedeng berjalan di jalan raya hendaknya tidak berhenti di tengah jalan. Berhenti yang dimaksud adalah tanpa adanya kebutuhan. Lain haknya jika berhenti karena mau menyeberang, maka tentu boleh. 

Dua etika yang penulis paparan terkait dengan orang di jalanan tadi dibuat semata-mata untuk menjaga keselamatan dan ketertiban. Diri si pejalan di jalan raya selamat pun juga orang lain. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 08-03-2022. 


Monday, March 7, 2022

Adab Ketika Berjalan

Adab Ketika Berjalan
(Bagian Ke 1) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Kajian kitab Jawahirul Adab sudah sampai bab-bab akhir. Mulai adab pencari ilmu, adab sebagai guru, adab sebagai anak, adab sebagai orang tua, adab meminjam, hingga adab memberi. Semua telah dibahas hingga sekarang memasuki adab berjalan.

Dalam kitab Jawahirul Adab, yang ditulis oleh Syekh Ibnu Mukhtar diterangkan bahwasannya ketika orang berjalan hendaknya dengan tegak, dan tidak menampakkan keangkuhan.
Syekh Ibnu Mukhtar mengatakan,

وينبغى عليك ان تعتدل # إذامشيت تاركا للخيلا

"Dan seyogyanya bagimu berjalan dengan tegak dan jangan menunjukkan keangkuhan."

Syair di atas sangat cocok sebagai pengingat orang yang berjalan. Sebab tidak sedikit dalam berjalan orang menampakkan keangkuhan bahkan membusungkan dada. Ingin memperlihatakan siapa saya? Namun enggan menyapa orang lain, (Jawa: anggak). 

Di samping itu, ketika berjalan hendaknnya menghadap ke depan. Fokus pandangan ke arah depan tidak melirik orang yang sama-sama berjalan kecuali untuk kehati-hatian. Hal ini sebagaimana syair berikut, 

مواجها الى الامام لاتمد # نظرك للمارين مطلقاتشد

"Seraya fokus melihat ke depan, dan tidak mengarahkan pandangan pada sesama orang dijalan."

Syair di atas memberikan satu etika sekaligus pedoman keselamatan bagi orang yang sedang berjalan. Orang yang tidak fokus melihat ke depan dalam perjalanan akan membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Sebab di jalan ada banyak pejalan, baik jalan kaki maupun dengan angkutan. 

Nah demikianlah adab pertama yang perlu diingat oleh orang yang sedang berjalan. Adab atau etika ini disusun tak lain agar pejalan selamat dan tidak merugikan orang lain. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 07-03-2022. 


Sunday, March 6, 2022

Adab Memberi Sesuatu

Adab Memberi Sesuatu
(Bagian Ke 1) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Tangan di atas lebih baik dari pada tangan dibawah, begitu sebuah pepatah masyhur di dengar. Maknanya menjadi pemberi tentu lebih baik darip pada penerima. Namun demikian dalam memberi sesuatu pada orang lain perlu memperhatikan beberapa etika.

Etika yang dimaksud terurai dalam beberapa syair yang disusun oleh Syekh Ibnu Mukhtar berikut ini, 

والمن والأذى على العطية # قدابتلا الثواب بالكلية
اخلص اذا لعطيت لتنالا # اجرا من المولى مولى تعالى
 ولاترد فيه ريا اوسمعة # اوعوضابه ولوبجرعة

"Mengungkit-ungkit pemberian dan menyakiti orang tmyang diberi dapat membatalkan pahala. Ikhlaslah ketika kamu memberi supaya mendapat pahala dari Allah Swt. Janganlah kamu memberi karena riya'(ingin dilihat) atau sum'ah (ingin didengar) atau ingin memperoleh ganti walaupun seteguk air."

Melalui syair di atas, Syekh Ibnu Mukhtar menagaskan etika memberi sesuatu dengan terlebih dahulu mengingatkan bahwasannya mengungkit-ungkit pemberian dan menyakiti orang yang diberi dapat membatalkan pahala memberi. Hal ini sebagaimana pesan al-Qur'an dalam QS. Al-Baqarah 262. Bagi orang yang memberi hendaknya tidak mengungkit-ungkit pemberian dengan menyebut-nyebut apa yang telah diberikan sehingga orang yang diberi merasa risih bahkan tersakiti. Apalagi dengan menambah dengan ungkapan-ungkapan menyakitkan. 

Selanjutnya, bagi pemberi hendaknya ikhlas. Maknanya memberi semata-mata karena mengharap ridha Allah Swt.. Jika yang diharapkan hanya ridha Allah, maka Allah akan memberikan pahala baginya. Namun jika dilakukan tidak ikhlas yakni memberi karena ingin dilihat sebagai orang yang dermawan (riya'). Maupun memberi karena ingin didengar sebagai orang yang dermawan, atau bahkan memberi karena motif ingin dapat balasan pemberian maka yang demikian tidak masuk kategori ikhlas. Jika yang terjadi demikian maka sedikit kemungkinan untuk memperoleh pahala atas pemberian yang telah tunaikan. 

Berkenaan etika memberia yakni ikhlas, Gus Baha memberikan tips agar orang dapat ikhlas ketika memberi. Menurut beliau resep ikhlas itu mudah. Pertama untuk ikhlas jangan merasa memiliki atas barang yang diberikan. Kedua yakinkan pada diri sendiri bahwasannya sesuatu yang diberikan adalah milik Allah. Dari Allah kembali ke Allah. Misalnya memberi uang kepada kawan, yakinkan pada diri sendiri bahwa uang itu adalah milih Allah kemudian diberikan karena Allah di jalan Allah. 

Demikian penejlasan beberapa etika ketika memberi sesuatu pada orang lain. Ikhlas, tidak mengungkit-ungkit dan meyakiti orang yang diberi, ikhlas serta tidak karena riya', sum'ah atau berharap dapat ganti. Semoga kita bisa. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 06-03-2022.






Saturday, March 5, 2022

Adab Pemberi Pinjaman

Adab Pemberi Pinjaman 
(Bagian Ke 1) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Setelah kajian kitab Jawahirul Adab membahas adab peminjam, pada kajian ini akan di bahas mengenai adab pemberi pinjaman. Jika peminjam harus mengetahui adab dalam meminja begitu juga pemberi pinjaman ia harus mengetahui adab-adab memberi pinjaman.

Mengenai adab pemberi pinjaman Syekh Ibnu Mukhtar mengatakan dalam syairnya, 

وللمعير عدم استرجاع # من مستعير قبل الانتفاع
وينبغى بالعيب أن يستظهرا # ويسمحنه إذا تأخرا

"Bagi pemberi pinjaman hendaknya tidak tergesa-gesa mengambil bang pinjaman kepada peminjam sebelum ia mengambil manfaat dari barang pinjaman. Dan seyogyanya pemberi pinjaman memberi tahu--sebelum dipinjmakan--cacat yang ada oada barang pinjaman. Serta memberi maaf jika peminjam terlambat mengembalikan barang pinjaman."

Dari syair di atas nampak terang bahwasanya bagi pemberi pinjaman pun terdapat adaba atau etika baginya. Termasuk etika pemberi pinjaman berdasar sebagaimana pada syair di atas yakni pemberi pinjaman tidak tergesa-gesa mengambil barang pinjaman pada peminjam. Suatu misal peminjam buku meminjam buku keoada pemberi pinjaman untuk dibaca dan dikembalikan esok hari, namun belum sempat dibaca buku sudah diambil oleh pemberi pinjaman. Nah yang demikian kurang sesuai dengan etika.

Selanjutnya pemberi pinjaman seyogyanya menjelaskan jika pada barang pinjaman terdaapat aib. Sepertihalnya memberi pijaman berupa buku, sebelun dipinjamkan jika pada buku tersebut terdapat cacat atau kerusakan pada sisi tertentu maka pemberi pinjaman sebaiknya menerangkan sisi yang dimaksud. Yang demikian supaya peminjam tahu dan tidak merasa bersalah dikemudian hari ketika mengembalikan barang pinjaman yang ketika meminjam sudah diketahui sisi aibnya.

Terakhir bagi pemberi pinjaman hendaknya sedikit memberi maaf pada peminjam ketika ia terlambat mengembalikan. Suatu misal peminjam dan pemberi pinjaman sudah bersepakat barang pinjaman dikembalikan dua hari setelah dipinjam tepat di pagi hari, namun karena suatu hal yang tidak dapat diprediksi terdapat keterlambatan pengemalian, sehibgga barang pinjaman baru kembali pada sore hari, maka bagi pemberi pinjaman hendaknya memaafkan.

Kendati demikian bagi peminjam juga harus menggunakan etikanya, jika sudah selesai segera dikembalikan. Jangan sampai peminjam memang berniat mengakhirkan atau bahkan tidak ingin mengembalikan, maka akan merugikan pihak lain. Jika memang demikian maka wajar jika pemberi pijaman merasa dirugikan dan marah-marah.

Sebagai penutup, adab atau etika, baik bagi pemberi pinjaman atau yang meminjam diatur sedemikian rupa tidak lain supaya tidak ada pihak yang dirugikan. Pun juga supaya tidak ada pihak yang merasa dikhianati.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 04-03-2022. 

Friday, March 4, 2022

Adab Peminjam Barang Pinjaman

Adab Peminjam 
(Bagian Ke 1) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Mengawali kajian kitab Jawahirul Adab mengenai adab meminjam sesuatu. Mengetahui adab meminjam ini sangat penting sebab, orang yang meminjam dan yang meminjami tidak akan saling dirugikan. Sedang yang demikian merupakan sebuah amanah agama.

Dalam hal pinjam meminjam Syekh Ibnu Mukhtar menegaskan bahwasannya peminjam sesuatu hendaknya meperlakukan barang pinjamannya sesuai dengan izin yang ia utarakan kepada pemilik barang atau pemberi pinjaman. Dalam syairnya ia mengatakan,

إذا استعرت الشيئ كن مستعملا # بقدرما استأذنت او مامثلا
ثم إذا فرغت فاردد مسرعا # ولا تعره دون إذن سمع

"Ketika kamu meminjam sesuatu maka perlakukanlah susuatu tersebut sesuai dengan izin meminjam yang kamu utarakan kepada pemberi pinjaman. Kemudian kalau sudah selasia maka segera kembalikan dan jangan kamu pinjamkan kepada orang lain tanpa seizin pemberi pinjaman."

Dari syair di atas sangat terang bahwasannya orang yang meminjam hendaknya mengindahkan etika dalam meminjam. Pertama, memperlakukan barang pinjaman sesuai izin yang diutarakan kepada pemberi pinjaman. Kedua, segera mengembalikan berang pinjaman jika sudah selesia menggunakannya. Ketiga, tidak meminjamkan barang pinjaman kepada orang lain tanpa seizin pemberi pinjaman. 

Dengan mengindahkan tiga adab peminjam di atas, diharapkan pemberi pinjaman mengalami kerugian. Begitu juga peminjam akan lebih tenang, tidak merugikan pemberi pinjaman dan akan lebih maslahat atas barang pinjaman. 

Demikianlah adab peminjam barang pinjaman. Semoga uraian di atas dapat memberikan sedikit pemahaman mengenai hak pemberi pinjaman, dan kewajiban bagi para peminjam. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 04-03-2022.


Thursday, March 3, 2022

Adab Bersama Tetangga

Adab Bersama Tetangga
(Bagian Ke 6) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Setelah membahas beberapa adab bertetangga menurut Syekh Ibnu Mukhtar dalam kitab Jawahirul Adab, sampailah pada adab bersama tetangga yang terakhir. Pada kajian penutup bab dari adab bersama tetangga ini kita akan membahas bebebapa hal. Pertama, menutup aurat tetangga. Kedua, tidak meneliti sesuatu yang dibawa tetangga masuk ke rumahnya. Ketiga, welas asih kepada anak tetangga. Keempat, mengantarkan jenazah ke peristirahatan terakhir.

Keempat pembahasan terserbut dirangkum apik oleh Syekh Ibnu Mukhtar kedalam syair-syair berikut.

واستر لما انكشف من تلك ولا # تسبع بعينيك لما قد حملا
لداره والطف بكل ولده # وان يمت فتبعن بقبره

"Dan tutuplah aurat yang tersingkap dari tetangga. Janganlah fokus melihat sesuatu yang dibawa tetangga ke rumahnha. Dan wela asihlah kepada anak tetangg. Jika ia mayi maka antarkanlah ke liang kubur."

Dari syair di atas sangat jelas beberapa etika bersama tetangga. Termasuk di antaranya adalah menutupi aurat tetangga. Menutup aurat disini boleh jadi menutup bagian fisik yang wajib ditutupi, atau menutup aurat dalam makannya menutupi aib tetangga. Baik menutup fisik maupun menutup aib sama-sama penting.

Selanjutnya termasuk etika bersama tetangg yakni, menjaga pandangan atau tidak melihat sesuatu yang dibawa masuk oleh tetangga ke dalam rumahnya. Mengapa demikian? Sebab seseorang yang sering fokus pada sesuatu yang dibawa tetangga akan tumbuh rasa ingin tahu. Selain itu, juga timbul rasa ingin membahas. Belum lagi akan muncul rasa ingin memiliki. Supaya semua itu belum terjadi, maka menjaga pandangan untuk tidak melihat sesuatu milik tetangga adalah adab yang baik.

Berikutnya adab bersama tetangga adalah berbelas asih kepada anak tetangga. Mengasihi anak tetangga merupakan adab yang baik. Boleh jadi dengan mengasihi anak tetangga kelak anak kita akan dikasihi oleh tetangga.

Terakhir, adab bersama tetangga adalah mengantarkannya jenazahnya sampai ke liang kubur. Adab bertetangga dalam rangka mengantarkan jenazah menemukan relefansiya dengan sabda Nabi Muhammad Saw. Di antara dalam sabdanya Nabi Saw., hak muslim satu denhan muslim yang kain adalah mengatkan jenazah sampai kubur.

Sebagai penutup kajian pada malam ini, perlu kita pahami bahwa banyak sekali adab-adab yang baik. Meskipun tidak semua, namun cukuplah bagi anak-anak untuk menjadi bekal, mamou beradab baik.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 03-03-2022.

Wednesday, March 2, 2022

Adab Bersama Tetangga

Adab Bersama Tetangga
(Bagian Ke 5) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Tolong menolong dalam kebaikan merupakan bagian dari pesan penting dalam QS. Al-Miadah 2. Di antara bentuk tolong menolong dalam kebaikan dapat dilakukan dengan menolong tetangga yang mengalami musibah. Misalnya ketika tetangga meninta tolong karena terjebur sumur mislanya maka, sebagai tetangga yang baik adalah segera menolongnya. 

Seperti kasus di atas dalam hal menolong tetangga yang sedang dalam kesulitan lebih-lebih ia berteriak minta tolong maka segera mendatanginya adalah adab bertetangga menurut Syekh Ibnu Mukhtar. Dalam syairnya ia mengatakan, 

واذهب اليه مسرعا في صيحته # ولا ترابنه في عورته

"Dan datnglah segera ketika tetangga berteriak minta tolong. Dan jangan meneliti aurat tetangga."

Dengan memahami syair di atas tentu kita akan tahu bawasannya mendatangi panggilan tetangga dalam rangka minta tolong adalah adab yang baik. Asal, ketika mendatangi rumah tetangga tidak kemudian meneliti aib tetangga tadi. 

Membatu tetangga merupakan kebaikan apalagi saat darurat, kebakaran misalnya. Namun demikian perlu dipahami bahwa, menjaga aurat atau aib tetangga adalah kewajiban. Begitu juga melihat atau bahkan menelitinya merupakan sebuah larangan. Sebisa mungkin seorang tetangga yang baik akan menutupi aib tetangganya. 

Sebagai penutup uraian di atas merupakan sebuah gambaran di mana sebagai tetangga yang baik adalah bersegera membantu--dalam kebaikan--tetangga yang mengalami kesulitan. Mengalami situasi darurat. Selain itu, sebagai tetangga yang baik adalah yang tidak meneliti kesalahan orang lain. Tidak puka 'menikmati' aurat tetangganya. 

Demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab, semoga bermanfaat. Amien. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 02-03-2022.


Tuesday, March 1, 2022

Adab Bersama Tetangga

Adab Bersama Tetangga
(Bagian Ke 4) 
Kajian Kitab Jawahirul Adab 
Oleh Mustamsikin

Melanjutkan kajian kitab Jawahirul Adab, masih seputar ada bertetangga. Pada kajian yang lalu telah dibahas tentang memberi sebagian buah-buahan yang kita panen kepada tetangga. Selanjutnya, kajian kali ini akan membahas tentang pentingnya menjaga diri dari melihat sesuatu yang dimiliki tetangga dan memaafkan tetangga.

Syekh Ibnu Mukhtar, dalam syairnya menegaskan dengan penuh kesungguhan akan pentingnya menjaga diri untuk tidak melihat seusuatu yang dimiliki oleh tetangga terutama istri tetangga. Dalam syairnya Syekh Ibnu Mukhtar menyatakan,

وغض عن زوجته بكل حال # واعف عن الزلة منه بارتحال

"Dan janganlah kamu memandang istri tetanggamu dalam setiap kondisi, dan segeralah memaafkan kesalahan tetangga."

Dari kandungan syair di atas dapat dipahami bahwa di antara etika bertetangga adalah tidak sering-sering dan berlama-lama memandang istri tetangga. Mengapa ini dilarang? Sebab tindakan yang demikian tidak dibenarkan. Apalagi dalam QS. An-Nur 30, Allah memerintahkan bagi orang yang beriman untuk menahan pandangannya. Padangan yang dimaksud menurut Imam al-Qurtuby dalam tafsirnya adalah memandang yang diharamkan.

Berpijak dari pandangan Syekh Ibnu Mukhtar, maka berlama-lama memandang istri tetangga merupakan prilaku terlarang. Boleh jadi dengan sering-sering melihat istri tetangga dapat memicu berbagai persoalan. Baik pada diri sendiri maupun orang lain. Boleh jadi dengan sering-sering melihat istri tetangga dapat menumbuhkan rasa suka pada istri tetangga dan timbul rasa ingin memiliki. Maka kemudian sebelum itu terjadi Syekh Ibnu Mukhtar menghimbau agar kita tidak sering-sering melihat istri tetangga.

Selanjutnya, pada syair di atas juga dibicarakan mengenai memberi maaf pada tetangga. Menurut Syekh Ibnu Mukhtar, segera memberi maaf atas kesalahan tetangga merupakan etika bertetangga yang baik. Dengan memberi maaf maka sekian persolan baru yang akan timbul dapat diantisipasi. Maka dari itulah jika ada tetangga yang berbuat kesalahan kepada kita hendaknya segera memberi maaf, meski mungkin berat.

Penulis memandang meski kita dianjurkan untuk memaafkan kesalahan tetangga, namun kita harus tetap menjaga diri agar tetangga kita tidak berbuat salah kepada kita. Sehingga baik kita maupun tetangga saling menjaga agar suasana bertetangga selalu kondusif.

Dari uraian di atas membawa manfaat 

Nah demikianlah kajian kitab Jawahirul Adab, semoga kajian kali ini membawa manfaat. Utamanya bagi mereka yang ingin menjaga kondusivitas kehidupan bertetangganya.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 01-03-2022.