Oleh Mustamsikin
الحمد لله العلي الواحد * العالم الفرد الغني
الماجد
"Segala jenis pujian hanya untuk Allah Yang Maha tinggi, esa, mengetahui, tunggal, kaya, yang agung."
Setelah kajian yang lalu membahas tentang sosok Syekh Ahmad Al-Dardiri penulis kitab Al-Kharidah Al-Bahiyyah, selanjutnya kita akan membahas pendahuluan kitab tersebut mengenai makna hamdalah yang ada pada bait di atas.
Mengutip pendapat Syekh Abdussalam Sanar hamdalah secara bahasa dimaknai oleh memuji dengan indah tanpa sebuah paksaan dengan perasaan mengagungkan. Sedangkan secara istilah syari'at adalah perbuatan yang menumbuhkan pengagungan pada zat yang memberi nikmat dengan sebab keberadaannya sebagai pemberi nikmat.
Mengenai hamdalah ini penulis kitab Al-Taudhihat Al-Jaliyyat, mengungkapkan bahwa rukun memuji ada lima. Pertama, orang yang muji. Kedua, zat yang dipuji. Ketiga, nikmat. Keempat, perangkat memuji yakni lisan. Kelima, ungkapan pujian. Menurutnya pula hamdalah dapat dilakukan saat lapang maupun sempit. Meskipun hamdalah lebih sempit maknanya dari syukr. Kalau syukr dapat diekspresikan tidak hanya dengan lisan melainkan juga dengan hati maupun perbuatan.
Adapun lafal yang utama untuk memuji yakni alhamdulillahi rabil 'alamien. Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam.
Selain memuji pada bait ini, Syekh Ahmad Al-Dardiri juga menyatakan bahwa pujian hanya untuk Allah Swt., zat yang tinggi--al-'Ali. Maknanya menurut Syarih kitab ini adalah Allah maha tinggi dari segalanya, menetapkan kesempurnannya serta melenyapkannya dari sifat minus. Bahkan tidak ada sesuatu yang melebihi keluhurannya.
Allah juga al-Wahid esa, maksudnya Allah tiada sekutu baginya. Baik sekutu dalam zat, sifat, maupun perbuatan. Ia juga al-'Alim yang maha mengetahui. Mengetahui segala yang ada, yang tidak ada maupun serta sebab keberadaannya. Ia juga yang tunggal dalam zat, sifat, dan perbuatan. Ia pula al-Ghaniy maha kaya, tidak membutuhkan selain-Nya. Tidak butuh pada sesuatu pun, termasuk tempat, penentu, pengatur dan sebagainya. Ia pula al-Majid yang mulia, agung dan suka memberi.
Penulis memahmi bahwasannya melalui nazam ini Syekh Ahmad Al-Dardiri, hendak memegaskan dari awal bahwa pembahasan yang akan beliau uraikan lebih lanjut pada kitab ini adalah ilmu tauhid. Pengesaan Allah Swt. Sedang yang demikian sudah tercermin dari bait nazam ini.
Beliau penulis kitab ini, menjelaskan bahwa Allah adalah zat yang pujian hanya layak untuknya. Sifat-sifat sempurna Ia miliki sepenuhnya, maha tunggi, esa, mengetahui, tunggal, kaya--tak butuh selain-Nya, dan lagi agung. Ia juga tidak membutuhkan siapapun termasuk makhluk-makhluk-Nya. Tiada sesuatu pun yang dapat menjadi pesaing Allah dalam segala hal. Tidak pula ada sesuatu yang menyerupai-Nya dan tak pula Ia serupa dengan selain-Nya.
Melalui bait nazam ini pula dapat kita ambil pelajaran bahwa Allah Swt., Tuhan yang kita imani adalah pencipta yang maha sempurna. Kesempurnannya tak mengenal batas. Tiada sifat buruk pun yang pantas disandarkan kepada-Nya. Ialah Yang Maha Sempurna.
Demikianlah uraian singkat sebagai pengantar memahami bait nazam Al-Kharidah Al-Bahiyyah ini. Semoga bermanfaat.
Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 04-11-2022.
Sumber bacaan, Terjemah bahasa jawa Al-Kharidah Al-Bahiyyah karya Syekh Muhamad Shidiq, Syarah Al-Kharidah Al-Bahiyyah karya Syekh Abdussalam Sanar. Al-Taudhihat Al-Jaliyyat karya Hisyam Al-Kamil Hamid Musa.
No comments:
Post a Comment