MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Tuesday, November 22, 2022

Berbaik Sangka

Berbaik Sangka
Oleh Mustamsikin

"Husnudzan (berbaik sangka) susahnya apa sih?" Gus Baha.

Sebagaimana dalam pengajian rutin kitab An-Nasaihuddiniyyah yang penulis ikuti pada Senin 14 November 2022, kajian saat itu membahasa banyak hal. Di antaranya, tidak wajib bagi seseorang membahas kemungkaran yang tertutup, berbaik sangka kepada sesama muslim, selektif dalam menerima informasi, dan golongan yang selamat, dan kriteria orang yang dapat merasakan manisnya iman. 

Dari pembahasan tersebut penulis ingin kembali menguraikan tentang berbaik sangka kepada sesama muslim dalam tulisan ini. Tanpa mengabaikan pokok bahasan yang lain, penulis mengira ini tema bahasan ini sangatlah penting. Sebab berbaik sangka kepada sesama untuk saat ini hampir suatu yang langka kita temui.

Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Hadad (w. 1132 H.) menyebutkan bahwasannya berbaik sangka kepada sesama muslim merupakan perkara wajib. 

Mengapa sedemikian wajib, lebih jauh beliau menjelaskan bahwasannya banyak orang yang keliru menilai orang yanh dinilai sebagai pelaku mungkar. Padahal untuk melakukan validasi dalam kasus tindakan kemungkaran yang dilakukan seseorang, menurut kacamata beliau kita harus melihat sendiri kemungkaran itu, atau setidaknya dengan kita mendapat informasi yang diberikan oleh orang yang bertakwa. Sekaligus orang itu tidak berkata kecuali kebenaran. 

Berbaik sangka kepada sesama memang tidak selalu mudah. Kendati juga tidak terlalu sulit jika seseorang mau menggali lebih dalam pengaruh positif yang timbul dari berbaik sangka.

Kita rasakan betul sekarang ini, dengan banyaknya orang yang sering melakukan kesalahan dalam menilai seseorang itu timbul sebab ketergesaan mengambil kesimpulan, ketidakmauan tabayyun (klasifikasi) atas informais yang diterima, kemalasan dalam membaca dan mencari informasi pembanding, dan semangat menyebarluaskan informasi  yajg keliaru sehingga mengakibatkan dampak yang sangat besar. Apalagi dampak itu menyasar sesama muslim yang kita telah diperintahkan untuk turut menjaga harga diri mereka sebagaimana pesan maqasidus syariah. 

Selain itu, kebiasaan berburuk sangka kepada sesama muslim sudah hampir mendarah daging. Apalagi si muslim yang dimaksud adalah pesaing kita dalam berbagai hal. Bisa jadi pesaing dalam hal ekonomi, bisnis, karir, atau bahkan pesaing dalam religiusitas. Kebiasaan buruk seperti inilah yang perlahan kita hilangkan. 

Kita harus berusaha memahami pesan QS. Al-Hujurat 12, yang menyebutkan, kita diperintahkan untuk banhak prasangka sebab sebagian darinya adalah dusta. Kita harus ingat betul-betul larangan ini. Sehingga kita tidak mudah menilai seseorang dengan penilaian buruk. Padahal sejatinya kita tidak tahu apakah penilaian yang kita lakukan berdasar pada fakta yang sebenarnya atau karena hanya didasari semangat menyalahkan yang timbul dari nafsu kita. 

Agar tidak semakin runyam akibat yang timbul dari buruk sangka kita pada orang lain, maka kita perlu sadar diri. Apakah kita sering berbaik sangka kepada orang lain atau sebaliknya. Jika sudah baik maka kita perlu menjadikannya sebagai sikap yang harus dipertahankan. Sebaliknya jika kita sering berprasangka buruk pada orang lain maka kita harus bertaubat. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 22-11-2022 






Sunday, November 13, 2022

Kaidah Dalam Bersikap

Kaidah Dalam Bersikap 
Oleh Mustamsikin

Nabi Muhammad Saw., mengajarkan banyak hal terhadap umatnya. Selain memang beliau ditugaskan sebagai rasul, beliau memang benar-benar nabi yang memiliki kecerdasan luar biasa. Sabda-sabda beliau menandakan betapa beliau sosok yang luar biasa. Apa yang beliau katakan seringkali membuat akal ini cenderung membenarkan.

Seperti halnya sabda beliau yang diriwaytakan oleh Imam Ibu Hibban dalam kitab Mukhtarul Ahadis karya Assayyid Ahmad Al-Hasyimi. Beliau mengatakan, "Apa pun yang menimbulkan kebencian jika dilihat oleh orang-orang darimu maka janganlah itu kamu lakukan ketika kamu sedang sendirian."

Semula penulis terhenyak bukan kepalang logika yang disabdakan oleh nabi ini. Seakan menggertak kesadaran penulis. Tentang kaidah bersikap dan berperilaku.

Bagaimana tidak, dalam sabda beliau di atas mengandung ajaran yang luar biasa jika diterapkan. Pastinya orang tidak akan merugi bahkan akan mendapat keuntungan. Bagaimana tidak?

Nabi Saw., mengajarkan agar seseorang melakukan sesuatu yang baik untuk disembunyikan sekaligus baik untuk diperlihatkan. Jika seseorang hendak berbuat yang buruk maka ia harus menimbang apakah perbuatan buruk itu jika diketahui orang akan mengundang kebencian mereka atau tidak. Jika perbuatan itu dinilai buruk ketika diketahui orang lain maka urungkanlah. Jika itu baik maka lakukanlah.

Selain itu, sabda Nabi Saw., tersebut juga memberi perhatian kepada seseorang untuk mampu memilah dan memilih apa yang harus ia lakukan baik dalam kesendirian maupun bersama orang lain. Mampu mengekang dirinya agar tidak melakukan perbuatan buruk meskipun dalam kesendirian. 

Dari sabda nabi tersebut, penulis menilai bahwa 'sesederhana' itu kalimat Nabi Saw., dalam memberikan kepada umatnya dalam memilih sikap. Meski demikian sederhana jika dipahami secara mendalam sangat logis apa yang beliau ajarkan. Hal ini mirip dengan sabda beliau yang diriwaytakan oleh Imam Ibnul Mubarak.

Dalam riwayat tersebut beliau mengatakan, "Jika engkau ingin melakukan sesuatu maka pikirlah akibatnya terlebih dahulu, jika akibatnya baik lanjutkan jika buruk maka hentikanlah."

Sabda Nabi Saw., tersebut cukup mengena. Cukup sebagai pilihan sikap bagi orang yang akalnya waras untuk melangsungkan apa yang hendak ia lakukan atau mengurungkannya. Kalau seseorang hendak melakukan sesuatu selayaknyalah ia berpikir apa akibat yang timbul dari perbuatan yang ia lakukan.

Ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw., yang demikian seyogyanya dipahami lebih dalam. Apalagi ajaran bekiau erat dengan pilihan sikap seseorang dalam bertindak sehari-hari. Agar orang mampu mengekang diri agar tidak melakukan perbuatan buruk maka ia harus ingat bahwa keburukan merupakan sesuatu yang dibenci oleh khalayak ramai. Sebab itulah baik sendiri maupun dalam keramaian seseorang janganlah berbuat buruk.

Begitu juga ketika seseorang hendak melakukan sesuatu seharusnya ia telah memikirkan apa konskwensi yang ia dapatkan dari perbuatan yang akan ia lakukan itu. Menimbulkan hal buruk atau baik. Jika baik lanjutkan jika buruk urungkan.

Nah demikianlah sekelumit ajaran Nabi Muhammad Saw., yang dapat kita jadikan pegangan dalam keseharian. Lebih-lebih dalam merencanakan dan melakukan sesuatu perbuatan. Sekaligus ajaran beliau sebagaimana penjelasan penulis di atas adalah kaidah dalam bersikap dan bertindak.

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 13-11-2022.

Thursday, November 10, 2022

Serba Serbi PKKM MA Sunan Kalijogo 2022

Serba Serbi PKKM MA Sunan Kalijogo
Oleh Mustamsikin

Penilaian Kinerja Kepala Madrasah MA Sunan Kalijogo, yang dilaksanakan bersamaan dengan MA Ma'arif Kraton dan MA Abdulloh Bangsongan telah usia kemarin 09 November 2022 yang bertempat di Aula utama gedung 2 MA Sunan Kalijogo berjalan lancar. Kegiatan dimulai jam 08.30 hingga 13.30.

Kegiatan PKKM kali ini cukup menyita perhatian panitia. Mulai menyiapkan istrumen yang diminta hingga persiapan fisik menghadapi dua pengawas madrasah. Ibu Yaqutatun Hamroh, M. SI. Dan Bapak Akhmad Jamil, M. SI. Kedua pengawas inilah yang kali ini yang memberikan penilaian kepada kinerja kepada madrasah.

Penulis sendiri sebagai kordinator bagian B. yakni bidang menejerial berupaya semaksimal mungkin menyiapkan apa yang perlu disiapkan dan diadakan. Sementara kali ini penulis didampingi oleh tiga srikandi, Mbak Putri, Bu Mira da Bu Ninik, untuk menyiapkan segala sesuatunya. 

Sempat penulis katakan pada salah satu srikandi tersebut, jangan terlalu dipikir yang penting dikerjakan. Pusing boleh-boleh saja namun, kerja harus lebih optimal. Santai tapi selesai, jangan sampai terlihat serius tapi malah amburadul

Dalam benak penulis mungkin juga panitia yang lain, PKKM adalah hal yang bikin dredek namun tidak kali ini. Pengawas sebagai penilai terlihat santai-santai saja. Sehingga tidak membuat kepala madrasah maupun panitia khawatir dan was-was atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab dengan bukti yang akurat. 

Sesaat setelah PKKM dibuka oleh Drs. Tamam, selaku Kepala Madrasah MA Sunan Kalijogo, dilangsungkanlah sambutan oleh pengawas. Kali ini waktu untuk Bu Yaqut, orang yang disiplin namun egaliter. Beliau secara panjang lebar menerangkan apa esensi PKKM dan tujuannya. 

Seingat penulis beliau menjelaskan bahwa, PKKM ditujukan untuk mengukur sejauh mana madrasah menjamin mutu sebagai lembaga pendidikan? Sejauh mana kepala madrasah mampu menjalankan tugasnya sebagai pemimpin sebuah lembaga pendidikan?

PKKM juga sebagai sebuah barometer untuk mengetahui sejauh mana madrasah memiliki progres peningkatan ke arah yang lebih baik. Seusai dengan visi dan misi madrasah. Selain itu PKKM juga dapat dijadikan sebagai pemanasan untuk menghadapi akreditasi. Jika di PKKM penilai memberikan catatan yang perlu diperhatikan, dilaksanakan dan dilengkapi oleh pengelola lembaga penyelenggara pendidikan, maka pada akreditasi nanti hasil dari PKKM akan membantu setidaknya 50%. 

Melalui PKKM inilah progres mutu madrash dapat diketahui. Sehingga lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama ini, mampu menyelenggarakan pendidikan sebagaimana mestinya. Sebagaimana ketentuan yang telah dibuat oleh pemerintah. 

Setidaknya itu yang penulis ingat dari apa yang disampaikan oleh pengawas sebelum PKKM dimulai. Setelah sambutan kemudian dilanjutkan dengan proses penilaian yang dimulai dari MA Ma'arif dan MA Abdulloh Bangsongan. Secata bergantian kedua madrasah tersebut dinilai. Untuk bagain A dan B dinilai oleh Bu Yaqut. Sedang C dan D dinilai oleh Pak Akhmad Jamil. Kemudian dilanjut MA Sunan Kalijogo. 

Saat proses penilaian inilah penulis merasa banyak mendapat ilmu terutama dalam memahami visi dan misi madrasah. Beliau Bu Yaqut menjelaskan dengan gamblang bagaimana dari visi madrasah kemudian dicapai dengan misi, dan tujuan madrasah. Beliau menjelaskan bahwa visi madrasah harus disosialisasikan kepada seluruh warga madrsah. Sehingga pada nantinya arah madrsah itu jelas. 

Bagaimana sebuah visi dicapai melalui misi yang dituangkan. Kemudian apa kendala dalam mewujudkan visi itu. Apa yang harus dievaluasi dan diperbaiki dalam mewujudkan visi madrasah. 

Kemudian penilai juga menjelaskan pentingnya sebuah madrasah memiliki guru yang profesional dengan menyiapkan media pembelajaran utamanya LCD projector. Selain itu juga pendidik harus memahami tugasnya dengan baik. Mampu memahami apa yang harus ia lakukan sebelum mengajar di awal pertemuan dengan menyepakati kontrak belajar dengan siswa. 

Selanjutnya guru dan siswa juga selayaknya membuat karya inovasi untuk membantu pemebelajaran. Seperti tutorial wudhu yang benar. Atau pemebelajaran yang lain yang dapat diupayakan oleh guru dan murid untuk membantu pembelajaran. 

Selain itu, guru harus terus meningkatkan kompetensi dengan berbagai cara. Bisa aktif mengikuti MGMP, seminar maupun workshop. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi madrasah tadi. Kompetensi guru harus terus ditingkatkan, jangan sampai guru ketinggalan zaman. Jangan hanya mengandalkan metode yang telah ada tanpa inovasi dan menyesuaikan dengan zaman. 

Saat penilaian inilah penulis berupaya menunjukkan karya yang penulis susun. Meski hampir semunya karya kolaborasi buku antologi, penulis merasa lega. Pengawas terlebih dahulu menanyakan apa ini? Seakan tertarik dengan setumpuk buku yang penulis bawa. Dengan penuh percaya diri penulis jelaskan bahwa inilah karya penulis. 

Dengan perasaan gembira penilai berulangkali membaca hamdalah. Merasa bangga kepada guru yang memiliki karya tulis. Meski karya tulis tersebut tidak madrk disitu. Maknanya harus disebarluaskan. Kemudian kemampuan menulis karya harus ditularkan kepada guru-guru yang lain. 

Dari pesan pengawas inilah penulis seakan terdorong bagaimana jiks masing-masing guru memiki buku. Minimal buku antologi buku keroyokan. Sehingga mereka kemudian mereka punya buah tangan dari selama mereka mengajar. Selain itu tentu penulis sangat bangga, dan merasa mendapatkan apresiasi. Tidak sia-sia mengotang-ngotong buku dari rumah.

Paling tidak itu kesan yang sangat mendalam yang penulis dapatkan saat proses penilaian berlangsung. Selebihnya tentu perbaikan dan peningkatan di sana-sini perlu dilakukan. 

Setelah penilaian dirasa cukup, kemudian pengawas mengakhiri kegiatan ini dengan penutupan dsn memberi kesimpulan atas terselenggara PKKM. Kedua pengawas memberi sambutan sembari mengingatkan apa yang kemudian harus dikerjakan sebagai tindak lanjut atas terselenggaranya PKKM. Dalam sambutannya Pak Akhmad Jamil, menyebut PKKM adalah raport kepala madrash yang rutin dilaksanakan setiap tahun. 

Demikianlah serba-serbi PKKM. Setelah kegiatan ditutup ringkes-ringkes dan pengembalian barang dilakukan. Sebelum itu tentu ramah tamah sebagai sesuatu yang tidak boleh ditinggalkan. 

Sebagai penutup terima kasih banyak kepada Bapak dan Ibu penilai PKKM. Terlalu banyak ilmu yang penulis peroleh. Semoga ini sebuah pengalaman sekaligus bekal untuk lebih baik. Utamanya untuk kemajuan MA Sunan Kalijogo dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 10-11-2022. 





Monday, November 7, 2022

Memerintah Kebaikan Mencegah Kemungkaran

Memerintah Kebaikan Mencegah Kemungkaran
Oleh Mustamsikin

Sekelumit catatan mengikuti pengajian kitab An-Nashaihud Diniyyah karya Sayyid Abdullah Ba'alawiy Al-Haddad mengenai amar ma'ruf nahi mungkar perlu penulis reportase sebagai bagian dari pentingnya membuat catatan ringan. Selain sebagai tindak lanjut dari pengajian juga sebagai upaya menyimpan materi yang disampaikan dalam bentuk tulisan. 

Pengajian umum rutin mingguan yang diadakan di Mushola Pondok Panggung Tulungagung setiap Senin malam kali ini menguraikan penjelasan tentang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran atau amar ma'ruf nahi mungkar. Beliau KH. Fathurrohman, menyampaikan dengan runtut materi pada kitab An-Nashaihud Diniyyah kali ini.

Sepanjang uraian beliau, penulis maupun peserta lain mengikuti dengan antusias. Apalagi topik yang sedang dibahas adalah memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Salah satu topik penting dalam kehidupan seorang muslim. 

Menurut Sayyid Abdullah bin Alawi Al Hadad amar ma'ruf nahi mungkar merupakan sebuah keniscayaan. Tidak ada keringanan dalam meninggalkan hal ini. Sebagaimana pesan Nabi Muhammad Saw yang beliau kutip. Nabi mengatakan, "Barang siapa melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, jika masih tidak mampu maka ingkar dengan hati. Yang demikian adalah selemah-lamahnya iman."

Lebih dari itu beliau menegaskan, bahwasannya Allah tidak akan menerima uzur yang langka--mengada-ada, dan alasan-alasan yang dusta ketika amar ma'ruf nahi mungkar ditinggalkan oleh seorang muslim. Kecuali alasan meninggalkan tersebut jika didapati dampak dari amar ma'ruf nahi mungkar dapat menimbulkan banyaknya keburukan. Atau perbuatan tersebut dapat diterima sama sekali. Yang demikian dapat menggugurkan kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar.

Kata Syekh Abdullah bin Alawi Al-Haddad seorang yang enggan mencegah terjadinya kemungkaran sedang ja kuasa melakukan itu atau diam ketika terjadi kemungkaran, maka sesungguhnya ia ikut ambil bagian dalam dosa kemungkaran tersebut. Hal ini pengingat bagi kita semua agar menghindari orang-orang yang melakukan kemungkaran dan memalingkan diri dari mereka. Sebab orang yang membersamai orang yang berbuat kemungkaran ia berpotensi mendapatkan siksa dari Allah.

Mengapa disiksa? sebab ia berdekatan dengan orang yang melakukan kemungkaran. Sedang yang demikian diperhitungkan oleh Allah. Sebagaimana misalnya jika Allah menimpakan azab kepada orang yang ingkar maka orang yang tidak ikut melakukan namun berada di sekitarnya akan tertimpa petaka pula. Sebagaimana yang terjadi pada kisa-kisah yang terjadi pada orang Yahudi. Maupun kisah orang-orang yang berburu binatang dihari Sabtu.

Kisah-kisah mereka menunjukkan orang yang membersamai kaum yang berbuat ingkar akan turut mendapatkan siksaan atau bencana. Maka dari itu, kita semua harus berusaha semaksimal mungkin selain mencegah kemungkaran kita juga harus menghindarinya baik dengan berpindah dari tempat semula atau minimal ingkar dengan hati.

Di samping itu, orang yang melakukan
amar ma'ruf nahi mungkar harus benar-benar berhati-hati. Jangan sampai terlalu bersemangat melakukan itu namun mengabaikan aspek yang lain. Mislanya mengumbar aib orang lain. Sedangkan yang demikian adalah sesuatu yang dilarang. Kata Nabi Muhammad Saw., sebagaimana disadur oleh penulis kitab ini, "Siapa yang meniadaklanjuti aib orang saudaranya maka Allah akan menindaklanjuti aib dari orang tersebut."

Dengan demikian maka seseorang harus hati-hati dalam melakukan amar ma'ruf nahi mungkar. Jangan sampai perbuatan tersebut malah menyasar sesuatu yang seharusnya ditutupi malah diumbar. Pesan beliau KH. Fathurrahman agar hati-hati dalam beramar ma'ruf nahi mungkar. 

Sekian catatan mengenai pengajian kitab kali ini. Semoga catatan sederhana ini dapat meningkatkan semangat dalam beramar ma'ruf nahi mungkar. Sekaligus juga dapat dijadikan pengingat. 

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 07-11-2022.

Friday, November 4, 2022

Makna Hamdalah Kharidah 2

Makna Hamdalah Kharidah 2
Oleh Mustamsikin

الحمد لله العلي الواحد * العالم الفرد الغني 
الماجد

"Segala jenis pujian hanya untuk Allah Yang Maha tinggi, esa, mengetahui, tunggal, kaya, yang agung."

Setelah kajian yang lalu membahas tentang sosok Syekh Ahmad Al-Dardiri penulis kitab Al-Kharidah Al-Bahiyyah, selanjutnya kita akan membahas pendahuluan kitab tersebut mengenai makna hamdalah yang ada pada bait di atas. 

Mengutip pendapat Syekh Abdussalam Sanar hamdalah secara bahasa dimaknai oleh memuji dengan indah tanpa sebuah paksaan dengan perasaan mengagungkan. Sedangkan secara istilah syari'at adalah perbuatan yang menumbuhkan pengagungan pada zat yang memberi nikmat dengan sebab keberadaannya sebagai pemberi nikmat. 

Mengenai hamdalah ini penulis kitab Al-Taudhihat Al-Jaliyyat, mengungkapkan bahwa rukun memuji ada lima. Pertama, orang yang muji. Kedua, zat yang dipuji. Ketiga, nikmat. Keempat, perangkat memuji yakni lisan. Kelima, ungkapan pujian. Menurutnya pula hamdalah dapat dilakukan saat lapang maupun sempit. Meskipun hamdalah lebih sempit maknanya dari syukr. Kalau syukr dapat diekspresikan tidak hanya dengan lisan melainkan juga dengan hati maupun perbuatan. 

Adapun lafal yang utama untuk memuji yakni alhamdulillahi rabil 'alamien. Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam. 

Selain memuji pada bait ini, Syekh Ahmad Al-Dardiri juga menyatakan bahwa pujian hanya untuk Allah Swt., zat yang tinggi--al-'Ali. Maknanya menurut Syarih kitab ini adalah Allah maha tinggi dari segalanya, menetapkan kesempurnannya serta melenyapkannya dari sifat minus. Bahkan tidak ada sesuatu yang melebihi keluhurannya. 

Allah juga al-Wahid esa, maksudnya Allah tiada sekutu baginya. Baik sekutu dalam zat, sifat, maupun perbuatan. Ia juga al-'Alim yang maha mengetahui. Mengetahui segala yang ada, yang tidak ada maupun serta sebab keberadaannya. Ia juga yang tunggal dalam zat, sifat, dan perbuatan. Ia pula al-Ghaniy maha kaya, tidak membutuhkan selain-Nya. Tidak butuh pada sesuatu pun, termasuk tempat, penentu, pengatur dan sebagainya. Ia pula al-Majid yang mulia, agung dan suka memberi. 

Penulis memahmi bahwasannya melalui nazam ini Syekh Ahmad Al-Dardiri, hendak memegaskan dari awal bahwa pembahasan yang akan beliau uraikan lebih lanjut pada kitab ini adalah ilmu tauhid. Pengesaan Allah Swt. Sedang yang demikian sudah tercermin dari bait nazam ini. 

Beliau penulis kitab ini, menjelaskan bahwa Allah adalah zat yang pujian hanya layak untuknya. Sifat-sifat sempurna Ia miliki sepenuhnya, maha tunggi, esa, mengetahui, tunggal, kaya--tak butuh selain-Nya, dan lagi agung. Ia juga tidak membutuhkan siapapun termasuk makhluk-makhluk-Nya. Tiada sesuatu pun yang dapat menjadi pesaing Allah dalam segala hal. Tidak pula ada sesuatu yang menyerupai-Nya dan tak pula Ia serupa dengan selain-Nya. 

Melalui bait nazam ini pula dapat kita ambil pelajaran bahwa Allah Swt., Tuhan yang kita imani adalah pencipta yang maha sempurna. Kesempurnannya tak mengenal batas. Tiada sifat buruk pun yang pantas disandarkan kepada-Nya. Ialah Yang Maha Sempurna. 

Demikianlah uraian singkat sebagai pengantar memahami bait nazam Al-Kharidah Al-Bahiyyah ini. Semoga bermanfaat.

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 04-11-2022.

Sumber bacaan, Terjemah bahasa jawa Al-Kharidah Al-Bahiyyah karya Syekh Muhamad Shidiq, Syarah Al-Kharidah Al-Bahiyyah karya Syekh Abdussalam Sanar. Al-Taudhihat Al-Jaliyyat karya Hisyam Al-Kamil Hamid Musa. 


Thursday, November 3, 2022

Syaikh Ahmad Al-Dardiri Kharidah 1

Syaikh Ahmad Al-Dardiri
Pendahuluan Kharidah 1
Oleh Mustamsikin

يقول راجي رحمة القدير * اي احمد المشهور بالدرديري

"Berkatalah orang yang berharap rahmat Allah, yang maha kuasa yakni Ahmad yang terkenal dengan Al-Dardiri."

Syekh Ahmad Al-Dardiri (1127-1201 H) memiliki nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Abi Hamid Al-Adwiy Al-Azhari, yang terkenal dengan Al-Dardiri--sebuah nama kakek belia. Beliau lahir pada tahun 1127 H. Beliau seorang yang hafal al-Qur'an sejak usia dini dan menjadi pemuka mazhab maliki sebuah mazhab yang didirikan oleh Imam Malik bin Anas. 

Syekh Ahmad Al-Dardiri, selain sebagai ulama besar di mazhab maliki beliau juga pemuka tarekat khalwatiyah, sebuah tarekat yang didirikan oleh Syekh Umar Al-Khalwati di Afganistan. Sebagai seorang ulama, Syekh Ahmad merupakan sosok yang alim, zuhud, penegak kebenaran dan tidak takut terhadap hinaan maupun cercaan dari orang. 

Sebagai seorang yang alim Syekh Ahmad Al-Dardiri mengambil ilmu dari beberapa guru di antaranya, Syekh Ahmad Al-Shabagh guru di bidang hadis, Syekh Muhammad bin Salim yang masyhur dengan Al-Hanafi guru beliau di bidang tarekat, Syihabuddin Ahmad, Ali bin Ahmad guru di bidang fikih, Syekh Muhammad Al-Dafrawiy guru hadis musalsal. 

Selain memiki banyak guru, Syekh Ahmad Al-Dardiri juga memiliki beberapa murid yang mengambil ilmu dari beliau di antaranya Syekh Muhammad bin Muhammad bin Urfah Al-Dasuki, Syekh Mushthafa Al-'Aqbawi, Ahmad bin Muhammad Al-Shawi, Syekh Shalih bin Muhammad Al-Shiba'i, dan Syekh Sulaiman bin Muhammad Al-Fayumi. 

Sebagai seorang yang dipandang memiliki kepasitas ilmu agama baik fikih, lughat, akidah, maupun hadis, beliau banyak menulis karya di antaranya, Aqrabul Masalik, Minahul Qadir, Fathul Qadir, Tuhfatul Ikhwan, Risalah fi Mutasyabihatil Qur'an, Al-Taujih Al-Asna, Risalah fil Maulidinnabi, dan Kharidah Al-Bahiyah, kitab yang akan kita bahas ini. 

Beliau wafat pada bulan Rabiul Awal tahun 1201 H. Di salatkan di masjid Al-Azhar serta dimakamkan di belakang Universitas Al-Azhar. 

Nama beliau masyhur dan harum semerbak sebagaimana kitab yang akan kita bahas ini. Kharidah Al-Bahiyah permata yang indah. 

Dalam nazam di atas beliau menyatakan bahwasannya besar barapan beliau memperoleh kasih sayang dari Allah zat yang senantiasa maha kuasa. Perkataan beliau pada nazam tersebut merupakan awal dari kitab Kharida Al-Bahiyah yang sangat fenomenal. Setidaknya banyak orang yang memberi komentar atau syarah kitab ini. Di antaranya, Syekh Abdussalam Sanar, dengan kitabnya Syarah Kharidah Al-Bahiyah, Syekh Hisyam Kamil Hamid Musa dengan kitabnya Al-Taudhihat Al-Jaliyah, kitab Hasyiyah Syarh Al-Kharidah karya Syekh Sa'id Faudah dan masih banyak lagi.

Sebuah kitab yang benar-benar memberi banyak manfaat yang di dalamnya memuat 74 bait yang fokus pada pembahasan ilmu akidah atau kalam, dan sedikit tentang tasauf di bagian akhir. 

Demikian sedikit sebagai pendahuluan kajian kitab Al-Kharidah Al-Bahiyah. Semoga diberi kemudahan. Untuk pembahasan selanjutnya. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 03-11-2022

Sumber bacaan, Syarah Kharidah Al-Bahiyah karya Syekh Abdussalam Sanar, Al-Taudhihat Al-Jaliyah karya Syekh Hisyam Kamil Hamid Musa, Hasyiyah Syarh Al-Kharidah karya Syekh Sa'id Faudah. 



Wednesday, November 2, 2022

Pentingnya Ceria

Usahakan Ceria
Oleh Mustamsikin

Setiap orang memiliki perbedaan satu dengan yang lain memandang sebuah kehidupan dan seni menjalaninya.Ada sementara orang yang dalam hidupnya dipenuhi dengan target dan keinginan. Ada yang memiliki obsesi tinggi. Ada yang hidup ala kadarnya mengikuti jalannya air. Ada yang tidak ingin sama sekali terbelenggu oleh keinginan dengan beragam dalih pembenar.

Semua pandangan boleh hadir dan menghinggap di kepala setiap orang yang kemudian menjadi prinsip hidup. Namun demikian yang terpenting adalah tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Sehingga tidak muncul persoalan-persoalan yang berantai. Tiada putus-putusnya.

Satu hal penting yang hendak penulis tekankan dalam menjalani kehidupan sebagaimana yang sering disebutkan oleh Gus Baha adalah keceriaan. Bagaimana kemudian orang mengusahakan ceria dalam hidupnya. Entah dengan apa pun ragam masalah yang menyertainya. Sebisa mungkin kelola. 

Kalau mengikuti pandangan ini bagaimana kemudian ceria harus diupayakan. Mengapa itu harus diusahakan? Sebab dengan keceriaanlah seseorang akan dapat mengalihkan perhatian untuk sambat atau berkeluh kesah tiada henti. Di samping itu tentu agar seseorang menerima ketentuan dari Allah dengan ikhlas.

Jika sudah demikian maka seseorang tersebut dapat dikatakan selamat dari murka Allah. Murka apa? Yakni pengusiran dari Allah untuk meninggakkan bumi dan kolong langit yang Ia ciptakan sebagaimana disampaikan dalam hadis qudsi. 

Masalah selalu hadir di tengah-tengah kehidupan memang sudah barang pasti. Sehingga masalah bukan untuk dihapuskan namun untuk diselesaikan dan didapati solusi mengatasinya. Jangan sampai hadirnya masalah membuat seseorang terpaku, meratapi keadaan, tanpa adanya usaha keras untuk mencari penyelesaian.

Nah, apa yang penulis uraian di atas masuk pada kategori mudah diucapkan namun agak sulit dipraktekkan. Sehingga perlu adanya latihan-latihan terus menerus supaya terus ceria dengan segala kondisi. Mampu menerima dan memahami arti sabar dan syukur Kalau tidak bisa maka paksa untuk ceria. 

Demikianlah sedikit seni mengelola kehidupan menurut resep yang biasa penulis dengar dari ngaji Gus Baha. Semoga kita semua dapat ceria, bersyukur atas nikmat dan bersabar atas musibah. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 02-11-2022






Tuesday, November 1, 2022

Selalu Ada Harapan

Selalu Ada Harapan
Oleh Mustamsikin

Betapa indahnya pemandangan anak-anak mulai mengenakan pakaian menutup aurat ala santri. Berpeci, berbaju koko dan bersarung bagi laki-laki dan berpakaian menutup aurat pada anak-anak perempuan lengkap dengan kerudung dan gamis.

Anak-anak yang mulai tumbuh di usia tujuh tahun sudah berlalu lalang di depan teras madrasah diniyyah takmiliyyah membuat perasaan ini membuncah. Senang bukan kepalang melihat mereka berjajar menunggu bel masuk kelas madrasah berbunyi. Sungguh panorama yang luar biasa.

Dalam pikiran penulis anak-anak yang seperti itulah kelak menjadi generasi di masa mendatang. Meski tidak dapat dipastikan masa depan mereka setidaknya dengan keyakinan yang penuh ada harapan baik untuk mengawal agama ini. Meminjam istilah Gus Baha sebagai penerus sujud.

Harapan baik bagi generasi islami harus kita yakinkan pada diri kita. Yakin se yakin-yakinnya bahwa Allah Swt., telah menyiapkan para pengawal agama-Nya. Dari generasi ke generasi tetap ada dan tetap ada harapan.

Jika Allah sudah berkehendak maka tiada yang dapat menghentikan kehendaknya atau bahkan sekadar menerka apa yang dikehendaki oleh-Nya. Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bagi Allah Swt., termasuk tumbuhnya generasi islami di suatu era yang penuh dengan tantangan.

Tantangan yang dimaksud boleh jadi dari dalam maupun dari luar. Dari dalam generasi tumbuh begitu saja tanpa perhatian yang cukup dari orang tua. Sedang dari luar tantangan tekhnologi baru sulit dihindari. Seperti smartphone yang makin canggih dan teknologi informasi yang lain.

Demikianlah sedikit curahan hati penulis melihat pemandangan berupa santri kanak-kanak yang memiliki antusias untuk belajar agama. Wajah lugu mereka mengingatkan bahwa selalu ada harapan kebaikan di masa-masa mendatang.

Wallahu A'lam Bisshawab