MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Tuesday, October 5, 2021

Tongkat Kedisiplinan Yai Sepuh Mayan

Tongkat Kedisiplinan Mbah Yai Sepuh Mayan
Oleh Mustamsikin
Sebagai kiai yang bertanggung jawab penuh atas pesantren yang diasuh beliau, Mbah Yai Sepuh Mayan (sebutan Allah yarham KH. Abdullah Mun'im Ismail) L. 1911, senantiasa meberi perhatian penuh kepada para santri. Utamanya ketika santri sedang dalam proses pembelajaran. Kisah ketelatenan beliau dalam memantau semua kelas dan mengecek langsung tingkat penguasan pelajaran kepada para santri beliau lakukan hampir setiap hari. Meski usia beliau sudah sepuh saat itu, namun semangat beliau dalam memantau langsung aktivitas KBM di kelas-kelas para santri tetap beliau lakukan.

Kondisi usia beliau yang kian uzur tak menyurutkan tekat beliau untuk sebisa mungkin bertanggung jawab pada para santri. Sebab usia yang uzur inilah seringkali beliau membawa tongkat untuk menopang tubuh beliau. Selain berfungsi sebagai penguat, tongkat juga acap kali digunakan beliau untuk menggebuk santri dan bahkan ustadz yang kurang peka saat beliau memasuki ruang kelas belajar para santri. Kisah gebukan tongkat ini  penulis dengar dari Bapak Nafi'an Jemekan--santri Mayan era Yai Sepuh. 

Menurut Pak Nafi'an tongkat keramat Mbah Yai Sepuh seringkali melayang ke para santri termasuk kepadanya. Tak jarang bunyi blieg--begitu tutur Pak Nafi'an--terasa keras menghantam punggung. Kendati demikian sekuat apapun tongkat itu dihantamkan oleh Yai Sepuh Mayan, dan sekeras apapun suara yang menimpa, tidak ada rasa sakit yang tertinggal. Bahkan santri yang sudah keseringan digebuk seakan kangen akan gebukan Yai Sepuh. Karena gebukan itu sudah menjadi menu wajib bagi para santri termasuk Pak Nafi'an.

Kisah tongkat keramat Yai Sepuh ini, memberi keyakinan pada penulis bahwa dibalik tongkat ada wujud tanggung jawab dan kedisiplinan. Tanggung jawab seorang kiai pada santri. Bagaimana ia belajar? Sejauh mana santri menguasai pelajaran? Setekun apa para ustadz mengajar dan mendampingi para santri? Kondisi apa saja yang terjadi saat KBM berlangsung?

Dengan kunjungan langsung ke kelas, semua pertanyaan tersebut akan terjawab. Selain itu, gebukan tongkat adalah cerminan kedisiplinan seorang kiai yang amat perhatian pada para santri. Hingga mereka memahami apa yang harus dilakukan setelah mereka merasakan tongkat keramat itu. Apakah kerasnya tongkat yang mengenai punggung mereka hanya berlalu? Ataukah turut menyadarkan mereka yang kurang tekun dan serius dalam belajar?

Dari kisah tongkat dan laku Yai Sepuh ini menambah kagum pada penulis akan makna dari besarnya makna tanggung jawab serta dalamnya nilain kedisiplinan seorang kiai pesantren. Kiai bukan hanya lihai menasehati di atas mimbar namun terjun langsung ke lapangan. Memastikan sejauh mana santri merespon dawuh kiainya.

Demikian kisah tongkat 'keramat' Yai Sepuh Pondok Mayan. Semoga  kisah-kisah penuh semangat ini turut menjadi isnpirasi bagi kita sebagai santri untuk lebih tekun belajar, lebih sabar dalam belajar dan menjalankan dawuh para kiai. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Sumber kisah Pak Nafi'an Jemekan, Ringin Rejo, Kediri. 


No comments:

Post a Comment