MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Sunday, November 14, 2021

Adab Mencari Ilmu

Adab Mencari Ilmu
(Bagian 4)
Kajian Kitab Jawahirul Adab
Oleh Mustamsikin

"Tujuan mencari ilmu ialah mengetahui ilmu-ilmu Allah (hukum-hukum-Nya). Bukan untuk memperoleh harta benda dan kekayaan duniawi."
Syekh Ibnu Mukhtar 
Memurnikan niat ketika mencari ilmu sangat penting. Bahkan ini adalah hal sangat utama. Selain mencari ilmu dengan tujuan memperoleh ridha Allah Swt mencari ilmu juga ditujukan untuk menyukuri nikmat, melenyapkan kebodohan, mengidupkan agama, dan mengetahui hukum-hukum Allah.

Tujuan mencari ilmu yang terakhir penulis sebut akan menjadi pokok bahasan utama dalam artikel ini. Sebagaimana Syekh Ibnu Mukhtar mengatakan dalam syairnya,   
وعلم ما أنزله مولى النعم # لاتنوى جلب المال او رأس الغنم

"Tujuan mencari ilmu yakni mengetahui ilmu-ilmu Allah (hukum-hukum-Nya). Bukan untuk memperoleh harta benda dan kekayaan duniawi."

Mengetahui hukum-hukum Allah sangat penting bagi seorang muslim. Selain memang menusia diciptakan untuk beribadah, mengatahui hukum Allah juga sebagai bentuk keniscayaan, bukti kepatuhan dan ketundukan seorang hamba kepada tuhannya. Maka kemudian pengetahuan akan hukum Allah yang bertalian dengan kewajiban sorang mukmin harus dicari dan diketahui dengan jalan menuntut ilmu. 

Hukum Allah yang bertautan dengan hamba harus diketahui. Sebab hanya dengan itu seorang hamba dapat melaksanakan tugasnya yakni mengabdi kepada Allah dengan cara menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Baik perintah maupun larangan Allah hanya akan diketahui dengan cara mencari ilmu.

Di sisi lain sebagaimana penulis tegaskan di atas, tujuan mencari ilmu di antaranya adalah mengetahui hukum Allah bukan untuk berniat menarik harta benda dan kekayaan duaniawi. Maka kemudian para ulama melarang mencari ilmu dengan tujuan-tujuan duniawi. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy'ary dalam Adabul alim wal muta'llim, "Pencari ilmu terlarang untuk bertujuan mencari ilmu guna mencapai tujuan-tujuan duniawi seperti menjadi pemimpin, mendapat jabatan, mengungguli teman, mendapat penghormatan dan sebagainya." 

Pernyataan Hadratussyaikh di atas diperkuat oleh Habib Zein bin Semit dalam Al-Manhajussawi yang mengatakan, "Tidaklah pencari ilmu bertujuan untuk mencari harta benda, jabatan, mengalahkan dan memperbanyak lawan." Baik pendapat Hadrastussyaikh atau Habib Zein sama melarang mencari ilmu untuk tujuan duniawi. Sebagaimana penggalan akhir dari syair Syekh Ibnu Mukhtar di atas. 

Dari uraian di atas dapat digali hikmah bahwa, penting sekali mencari ilmu dengan tujuan--di antaranya untuk--mengetahui hukum dan aturan Allah. Pun juga penting sekali tidak mencari ilmu dengan tujun memperoleh harta dan kekayaan duniawi. 

Demikianlah semoga kajian kali mendapat ridha dari Allah. Bermanfaat bagi para pembaca. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 14-11-2021
Suber foto tafaqquh.net

Saturday, November 13, 2021

Adab Mencari Ilmu

Adab Mencari Ilmu
(Bagian 3)
Kajian Kitab Jawahirul Adab
Oleh Mustamsikin

Sebagaimana kajian mengenai adab-adab mencari ilmu menurut Syekh Ibnu Mukhtar dalam kitab Jawahirul Adab yang telah lalu, kini tiba saatnya membahas adab mencari ilmu yang ketiga. Setelah adab yang pertama dan kedua, yakni mencari ilmu dengan tujuan memperoleh ridha Allah serta mensyukuri nikmat atas akal dan fisik yang sehat, dan menghilangkan kebodohan.

Syekh Ibnu Mukhtar, menempatkan tujuan mencari ilmu yang ketiga adalah untuk menghidupkan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam sebuah syair beliau menyatkan,

كذاك احياء الدين سيد العرب # واله وصحبه اولى القرب

"Begitu juga tujuan mencari ilmu adalah untuk menghidupkan agama yang dibawa Tuannya orang Arab (Nabi Muhammad Saw). Keluarga dan sahabat dekatnya."
Dari syair tersebut telah jelas bahwa menghidupkan agama yang dibawa Nabi Saw., bagian penting dari tujuan menuntut ilmu. 

Sudah seharusnya sebagai muslim sejati untuk berniat mencari ilmu guna menghidupkan agama Nabi Muhammad Saw. Kendati agama Islam telah dijaga sendiri oleh Allah, namun penting sekali sebagai bentuk tanggung jawab seorang muslim yakni dengan turut menjaga agama Islam. Termasuk menjadikannya sebagai tujuan mencari ilmu. 

Pada titik ini penulis memahami pesan pada syair di atas sebagai sebuah amanah besar bagi setiap pencari ilmu. Bagi pencari ilmu hendaklah ingat bahwa pembawa agama ini adalah Nabi Saw., nabi akhir zaman. Nabi kita semua termasuk sebagai pemimpin atau sayyid dunia akhirat. Maka sudah pasti sebagai umat yang baik harus turut serta meluhurkan agama dan ajarannya dengan cara mencari ilmu keselamatan dunia akhirat dengan sebanyak-banyaknya.

Selain itu, penulis memandang bahwa bagi seorang muslim dalam mencari ilmu dapat dipastikan tidak akan dapat terlepas dari Nabi Muhammad Saw. Mengapa demikian? Sebab nabi merupakan kotanya ilmu. Di samping itu memang nabi bertugas untuk membawa misi keselamatan bagi umatnya melalui agama yang ia bawa. Maka dari itulah agama yang dibawa nabi harus benar-benar kita jaga. 

Demikianlah sekelumit uraian dari adab mencari ilmu yang ketiga. Semoga para pencari ilmu dalam prosesnya senantiasa menjaga adab-adab mencari ilmu dengan baik. Sehingga ilmu yang dicari akan berhasil di dapat. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kedi ri, 13-09-2021
Sumber gambar aceh.tribunnews.com

Friday, November 12, 2021

Adab Mencari Ilmu

Adab Mencari Ilmu
(Bagian 2)
Kajian Kitab Jawahirul Adab
Oleh Mustamsikin
Adab mencari atau menuntut ilmu menurut Syaikh Ibnu Mukhtar setelah berniat dengan tujuan memperoleh ridha Allah serta mensyukuri nikmat berupa akal dan fisik yang sehat sebagaimana penulis muat di https://sikin12.blogspot.com/2021/11/adab-mencari-ilmu.html?m=1 adalah menghilangkan kebodohan diri sendiri dan orang lain. Syekh Ibnu Mukhtar menyatakan dalam syairnya, 
واجعل زوال الجهل ايضا نخرا # عنك و سائر الانام طرا
"Dan jadikan menuntut ilmu untuk menghilangkan kebodohan dari dirimu sendiri dan orang lain yang masij bodoh" 

Dari syair di atas, Syekh Ibnu Mukhtar hendak menegaskan bahwa penting sekali dalam menuntut ilmu disertai keinginan untuk melenyapkan kebodohan baik kebodohan itu ada pada diri sendiri maupun kebodohan yang masih ada pada orang lain. 

Menghilangkan kebodohan memang penting sebagai bagian dari spirit menuntut ilmu. Sebab, kebodohan dapat membinasakan pemiliknya. Terlebih bodoh akan hukum-hukum syariat yang harus diketahui dan dipahami dan dijalankan. Di samping itu, memang ibadah yang dilakukan tanpa mengetahui ilmunya (bodoh) atas apa yang dikerjakan akan ditolak.

Suatu misal, orang yang mengerjakan ibadah salat tanpa mengetahui syarat rukunnya sama sekali, niscaya akan berakibat fatal. Ketidaktahuan atau kebodohan atas syarat dan rukun salat mengakibatkan salat yang dijalankan tidak sah. Oleh sebab itulah maka, sangat wajib bagi seorang muslim yang masih bodoh akan syarat dan rukun salat untuk mencari ilmu tentang hal itu. Sehingga ibadah salat yang dijalankan dapat sah. 

Bodoh dalam satu kondisi seperti contoh di atas memang sangat membahayakan. Meskipun ada beberapa kondisi dimana bodoh dapat meyelamatkan. Seperti bodoh akan cara bermaksiat. Maka kemudian, penting sekali bagi orang yang masih bodoh atas hal-hal yang diwajibkan untuk mencari ilmu guna menlenyapkan kebodohan akan hal itu. Sehingga dengan lenyapnya kebodohan yang ada tinggallah pengetahuan. 

Di samping itu memang kebodohan tidak boleh dipelihara. Sayyid Abdullah bin Alawy Al-Haddad dalam Hamisy kitab Adda'wah Attammah, mengatakan seseorang tidak akan keluar dari gelapnya zona kebodohan kecuali dengan cahanya ilmu pengetahuan. Dalam kitab tersebut Al-Haddad juga meriwayatkan hadis tentang kebencian Allah terhadap makhluk yang namanya bodoh. Dalama riwayat tersebut, ketika Allah menciptakan bodoh, Allah memerintahkan bkdoh untuk maju namun si bodoh malah mundur. Ketika disuruh mundur malah maju. Sehingga Allah amat benci pada bodoh. 

Dari uraian di atas, cukuplah kiranya sebagai motivasi agar dalam menuntut ilmu untuk sebisa mungkin berusaha dengan keras untuk menghilangkan kebodohan. Sebagaimana pesan Syeikh Ibnu Mukhtar pada syair di atas. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 12-11-2021
Sumber foto, ululalbab.sch.id


Thursday, November 11, 2021

Adab Mencari Ilmu

Adab Mencari Ilmu 
(Bagian 1)
Kajian Kitab Jawahirul Adab Karya Ibnu Mukhtar 
Oleh Mustamsikin

Mencari ilmu adalah satu kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan oleh seorang muslim. Kewajiban ini yang terus melekat sepanjang hidup. Sebagiamana sabda Nabi Muhammad Saw., "Mencari ilmu wajib bagi setiap orang muslim."

Sebagai sebuah kewajiban maka mencari ilmu harus ditunaikan. Sejak kapan? Mulai balita hingga menjelang wafat. Dalam menunaikan inilah penting dipahami bahwa ilmu akan diperoleh dengan cara-cara yang baik. Termasuk di antaranya dengan adab tatakrama yang baik.

Dalam mencari ilmu adab ini sangat penting. Sebab mencari ilmu tanpa menggunakan adab niscaya tidak akan memperoleh keberhasilan dengan sempurna. Hal ini sebagaimana penjelasan Syekh Ibnu Mukhtar dalam karangannya, "Setiap orang yang tidak menggunakan adab dalam berbuat, niscaya perbuatan-perbuatannya tercela dan tidak berimbang." 

Lebih jauh bertalian dengan adab mencari ilmu ini, penulis melalui tulisan ini ingin membedah adab-ada mencari ilmu menurut Syekh Ibnu Mukhtar dalam salah satu karyanya, Jawahirul Adab. Dalam kitab ini penulisnya menyebutkan setidaknya ada dua puluh adab dalam mencari ilmu. Kendati adab mencari ilmu ini sangat banyak namun minimal dengan dua puluh adab ini seseorang akan berhasil memperoleh ilmu yang bermanfaat. Selanjutnya apa saja adab-adab yang dimalsud? 

Adab yang pertama bagi pencari ilmu adalah niat yang baik dengan bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah Swt., dan menyukuri atas sehatnya akal dan fisik. Dalam syairnya Syekh Ibnu Mukhtar mengatakan, 

واليك يابني في التعلم # ذانية صالحة للحكم

Jadilah kalian pencari ilmu yang memiliki niat yang baik menurut hukum syariat. Niat baik yang bagaimana, 
Pertama, menyegaja mencari ilmu untuk memperoleh tuhan yang maha esa. Kedua, syukur sebab dianugerahi akal dan badan yang sehat. 

Niat dalam mencari ilmu, sangatlah penting. Sebab dengan niat seorang pencari ilmu akan dinilai ibadah. 
Dalam mencari ilmu pun harus berniat untuk menggapai ridha Allah. Mengapa demikian? Sebab Allah adalah pemilik segala ilmu sehingga pencari ilmu untuk dapat memperoleh ilmu harus dengan ridhanya. 

Selain niat untuk memperoleh ridha Allah, niat dalam menuntut ilmu juga dapat ditambah dengan tujuan untuk mensyukuri kenormalan akal dan kesehatan jasmani. Sebagaimana dalam syairnya Ibnu Mukhtar mengatakan, 

فاقصد به رضا الاهك الاحد #  والشكر بالعقل و صحة الجسد
"Tujukan niat mencari ilmu untuk memperoleh ridha tuhanmu yang esa dan syukur atas karunia akal yang normal dan jasmani yang sehat. 

Demikianlah adab pertama bagi pencari ilmu. Bagaimana adab yang kedua? Tunggu episode berikutnya. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 11-11-2021.















Tuesday, November 2, 2021

Al-Risalah Al-Muhimmah Ngaji Naskah Ulama Kediri

Al-Risalah Al-Muhimmah, Ngaji Naskah Ulama Kediri
Karya Syaikh Abdullah Mun'im Al-Mayaniy
Oleh Mustamsikian
Kitab al-Risalah al-Muhimmah merupakan salah satu kitab karya Syaikh Abdullah Mun'im Ismail (L. 1911). Kitab ini berisi tentang kutipan-kutipan adillah atau argumentasi yang disadur dari al-Qur'an, Hadis, atsar para sabahat Nabi Saw., dan perkataan ulama. Kutipan-kutipan ayat al-Qur'an, hadis, perkataan sahabat, dan pendapat ulama di atas kemudian dikompilasikan dengan apik ke dalam bab-bab tertentu.

Kitab yang disusun oleh pendiri Pondok Mayan (PP. Al-Ishlahiyyah-Kediri) memuat beberapa pokok atau bab pembahasan. Pertama, tentang mencari ilmu. Kedua, mengagungkan ulama. Ketiga, metode belajar. Kelima, mendidik anak. Keenam, salat wajib berjamaah. Ketujuh, salat sunah. Kedelapan, salat witir. Kesembilan, salat dhuha. Kesepuluh, salat malam. Kesebelas, salat tasbih. Kedua belas tatacara salat hajat. Ketiga belas salat jumat. Keempat belas, keutamaan maulid Nabi Saw. Kelima belas, membaca salawat Nabi Saw. Keenam belas, sedekah. Ketujuh belas, redaksi salawat al-Mulk. Kedelapan belas, keutamaan bulan rajab. Kesembilan belas, fida' sughra dan fida' kubra. Kedua puluh, khutbah nikah. Kedua puluh satu, hizb al-Tashir. Kedua puluh dua, istighatsah. Kedua puluh tiga, jamak salat tanpa sebab takun dan hujan. Keduapuluh empat, keutamaan ramadhan. Kedua puluh lima, keutamaan membaca Al-Qur'an. Keduapuluh enam, mendengarkan bacaan Al-Qur'an membaca dan turnyya. Kedua puluh tujuh, cincin kenabian. Kedua puluh delapan, nisfu sa'ban. Kedua puluh sembilan, pitungan. Ketiga puluh hizb. Ketiga puluh satu, kumpulan doa.

Kitab al-Risalah al-Muhimmah disusun oleh Syekh Abdullah Mun'im dengan tujuan mempermudah para muballigh untuk menebarkan syari'at Islam pada kaum muslimin. Dalam pendahuluan kitab ini beliau mengutip, sebuah hadis Nabi Saw., yang berbunyai, "Barang siapa menunjukkan kebaikan maka baginya seperti pahala orang yang melakukan kebaikan itu." Dari sini kemudian penulis menilai bahwa Syekh Abdullah Mun'im berupaya sosok ulama yang penduli. Peduli pada pendidikan dan perkembangan penyebaran Islam. Salah satu buktinya adalah kitab ini. 

Di sisi lain, memang Syekh Abdullah Mun'im juga menulis beberapa kitab sebagai bentuk kepeduliannya terhadap pendidikan agama, di antaranya beliau menulis, Syarah Matan al-Jurumiyyah, Syarah Nazam al-Imrithy, Syarah Nazam al-Maqshud, Syarah Nazam AlFiyyah Ibn Malik, Syarah Nazam al-Rahabiyyah, Syarah Nazam Jauhar al-Maknun, Syarah Nazam 'Uqud al-Juman,  Syarah Mukhtashar al-Syafiy, Syarah Fara' id al-Bahiyyah, Syarah Iddatul Farid, Syarah Nazam Qawa'id al-I'rab, Syarah Lumyat al-Af'al, Syi'iran, dan Kitab al-Risalah al-Muhimmah yang penulis urai di sini. Beberapa kitab di atas, beliau tulis sebagai bagian kurikulum wajib di pesantren yang beliau dirikan.

Meski ada beberapa kitab tidak lagi diajarkan namun jejak kitab tersebut masih ada. Karya Syekh Abdullah Mun'im masih dapat dikaji, diteliti serta diekspos ke berbagai kalangan baik dengan pengajian oral maupun tulisan. 

Sampai sini, penulis meyakini bahwa Syekh Abdullah Mun'im merupakan sosok ulama sejati. Ulama yang peduli pada urusan umat. Ulama yang bukan hanya fasih dalam mengajar namun lihai dalam menulis karya. Sepertihalnya kitab, al-Risalah al-Muhimmah ini. Keyakinan penulis kian bertambah bahwa wujud kealiman seorang ulama di buktikan salah satunya dengan menulis kitab. 

Dari uraian di atas cukuplah kiranya sebagai gambaran awal tentang kajian naskah karya ulama kediri. Khususnya kajian kitab al-Risalah al-Muhimmah karya Syekh Abdullah Mun'im pendiri Pondok Mayani ini. Semoga dengan adanya kajian seperti ini, ilmu-ilmu ulama wabil khusus daerah Kediri akan tetap berlanjut, bermanfaat, dan berguna hingga hari kiamat nanti. 

Demikian semoga bermanfaat. 
Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 02-11-2021.
Sumber foto, sindonews.com