MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Saturday, November 7, 2020

THAHARAH

Thaharah
Oleh Mustamsikin

Memahami syarat-syarat ibadah sangat penting. Apalagi ibadah seperti salat yang diantara syaratnya harus bersiah dari hadas dan najis. Paling tidak sebagai permulaan perlu sekali dengan mengkaji dan memahami istilah thaharah atau bersuci. 

Thaharah secara bahasa memiliki arti kebersihan dan kejernihan dari kotoran yang dapat dipotret oleh panca indra maupun secara maknawi seperti sifat tercela (aib). Sedang secara istilah thaharah yakni melakukan aktivitas yang dapat melegalkan bolehnya ibadah meskipun dengan sebagian jalan--alternatif--seperti tayammum, atau untuk memperoleh pahala seperti mandi sunah.

Berangkat dari definisi di atas penting dipahami bahwa thaharah begitu penting. Tanpa mengenal dan mendalami secara komprehensif (menyeluruh) tentang makna bersuci dan hal-hal yang bertalian dengannya ibadah--yang mempersyaratkan bersuci terlebih dahulu--seseorang akan sia-sia. Misalnya seseorang yang menjalankan salat namun ia tidak _istinjak_ atau cebok setelah buang air besar. Bagiamana pula misalnya orang yang terkena kotoran ayam kemudian langsung mengerjakan salat. Contoh yang demikian merupakan hal-hal yang fatal dalam beribadah sebab tidak memahami tatacara bersuci dan yang bertalian dengannya.

Dari pengertian thaharah di atas juga disinggung tentang bersih dari sifat tercela.   Maksudnya dalam skup tang lebih luas bersuci tidak hanya dari hadas dan najis sebagaimana yang umum diketahui dalam pembahasan fikih, namun juga bersuci dari sifat tercela seperti dengki. Bahkan,  sebagian ulama ada memberikan kategori thaharahnatau bersuci dengan tingkatan-tingkatan hirarkis. 

Pertama, bersuci pada bagian lahir atau luar dari hadas. Kedua, bersuci pada anggota badan dari kesalahan dan dosa. Ketiga, menyucikan hati dari akhlak tercela. Keempat, menyucikan bilik rahasia (sir) dari mengingat selain Allah sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi dan kelompok siddiqin.

Dari klasifikasi ingkatan-tingkatan thaharah inilah kemudian penulis memandang bahwa ada titik-titik pemisah antara komunitas orang awam dengan orang khas. Kendati demikian itulah tingkatan, atau tahapan  atau apalah yang sehingga seseorang dapat berupaya lebih baik untuk selalu meningkatkan kedekatan pada Allah, paling tidak dengan memperhatikan sudah sejauh mana ia berthaharah. 

Perlu di catat pula seseorang tidak akan sampai pada tingkatan teratas besuci kecuali ia mendaki tangga pertama terlebih dahulu. Yakni bersuci dari hadas dan najis. Beru kemudian bertahap hingga ia memasuki bilik, takhalli, tahalli, dan tajalli. Sebagaimana kita pahami dalam tingkatan maqamat dan ahwalnya para sufi. 

Demikianlah, secuplik makna thaharah dalam silang rumusan fuqaha' dan shufiyyah. Untuk selanjutnya akan dibahas tentang belantara kajian dalam thaharah seperti wudhu, tayamum, cara menghilangkan najis dan lain-lain. 

Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 07-11-2020.
Sumber Rujukan, Al-Yaqut Al-Nafis Fi Mazhab Ibn Idris karya Habib Ahmad bin Umar Al-Syatiriy dan Mukhatshar Ihya' Ulumuddin.

Storan sunah.

No comments:

Post a Comment