Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy
Kajian Kitab Jam'ul 'Abir
Oleh Mustamsikin
Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy, menjadi pembuka kurun kedua dari deretan tafsir yang sajikan oleh Syekh Dr. Afifudin Dimyathi Al-Haj pada kitab Jam'ul 'Abir. Setelah kajian lima kitab tafsir yang tergolong kurun pertama telah usai, kini saatnya memasuki kelompok tafsir kurun kedua. Seperti apa? Dan bagaimana kitab Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy? Akan diungkap secara ringkas dalam ulasan sederhana ini.(1)
Kitab Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy merupakan sebuah kitab tafsir yang sejatinya tidak ditulis oleh Al-Hasan Al-Bashriy (12-110) sendiri. Kitab ini ditulis oleh Dr. Muhammad Abdurrahim, dengan merujuk pada riwayat-riwayat dalam penafsiran ayat Al-Qur'an dari Al-Hasan Al-Bashriy. Dr. Muhammad Abdurrahim lah yang kemudian mempercayai riwayat-riwayat dari Al-Hasan berikut menyiapkan kajian tentang riwayat-riwayat tersebut, dan mewujudkannya menjadi Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy dengan dua jilid tebal.(2)
Sekilas Al-Hasan Al-Bashriy bernama lengkap Abu Sa'id Al-Hasan bin Yasar Al-Bashriy, seorang pemuka ulama ahli sunnah wal jama'ah budak dari Zaid bin Tsabit. Ada yang berpendapat Al-Hasan merupakan budak dari Abi Al-Yasar Ka'b bin Amr Al-Sulamy. Ia lahir pada tahun ke-12 dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw.(3)
Termasuk keistimewaan yang dimiliki oleh Al-Hasan yakni iklim keluarga yang kondusif yang dekat dengan keluarga Nabi Saw. Ibu Al-Hasan adalah tabingin perempuan yang hidup mengikuti sekaligus melayani Ummu Salamah istri Nabi Muhammad Saw. Sewaktu kecil karena ibunya sibuk menjalankan tugas dari Ummu Salamah, membuat Al-Hasan menangis hingga ia membuat Ummu Salamah menyusuinya supaya ia tenang.(4)
Tidak cukup sampai disitu, Ummu Salamah mengajak Al-Hasan untuk bertemu dengan para sahabat. Hingga Umar bin Al-Khattab memanggilnya, dan mendoakan, "Ya Allah berikan kefakihan dalam masalah agama kepadanya, dan buatlah manusia mencintainya." Nampak dari sini sejak kecil Al-Hasan mendapat pendidikan dari rumah kenabian.(5)
Selain itu, Al-Hasan termasuk anak yang cerdas. Ia telah menghafal Al-Qur'an sejak umur sepuluh tahun. Di samping itu tentu pergaulan Al-Hasan adalah para pembesar dari kalangan sahabat Nabi Saw. Hingga ia banyak meriwayatkan dan belajar dari mereka. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kehidupan Al-Hasan di masa mendatang.(6)
Pada puncaknya Al-Hasan menjadi sosok yang alim, bijaksana, dan fasih dalam berbicara. Dalam sebuah pendapat dikatakan, bahwa kebijaksanaan Al-Hasan dalam bertutur, atau ungkapannya yang selalu mengandung hikmah sebab air susu yang ia minum dari Ummu Salamah, istri Rasul Saw. Berkah kenabian inilah yang menjadi penyebab perkataan Al-Hasan mengandung hikmah.(7)
Keutamaan lain yang dimiliki oleh Al-Hasan adalah memiliki guru-guru yang luar biasa. Apalagi mereka datang dari kalangan sahabat Nabi Saw. Di antara sahabat yang pernah ia ambil ilmunya adalah, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-As'ary, Ammar bin Yasir, Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas dan masih banyak lagi. Dengan segala kelebihan yang ia miliki baik secara pribadi maupun lingkungan yang membentuknya, berikut jasa yang telah ia tinggalkan Al-Hasan berpulang pada tahun 110 H., wafat saat usianya mencapai 88 tahun.(8)
Selanjutnya mengenai Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy, kitab tafsir ini memiliki watak yang identik dengan penafsiran kalangan tabi'in secara umum. Metode yang digunakan pun identik dengan tafsir bermanhaj ala mufassir kalangan tabi'in. Sebab era itu keseluruhan bermuara pada penafsiran bil ma'tsur. Madrasah tafsir bil ma'tsur menjadi madrasah tafsir yang terbaik. Di sisi lain penafsiran terbaik setelah kalangan sahabat adalah kelompok tabi'in.(9)
Dalam menafsirkan ayat Al-Qur'an langkah yabg dilakukan oleh Al-Hasn ialah mendahulukan tafsir Al-Qur'an bi Al-Qur'an, sebagaimana langkah yang ditempuh guru-gurunya seperti Ibnu Abbas. Banyak sekali penafsiran Al-Hasan pada sebuah ayat memperoleh makna yang jelas dengan ditolong dengan ayat yang lain. Langkah selanjutnya yakni menafsirkan ayat Al-Qur'an dengan hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Berikutnya menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para sahabat, sekira Al-Hasan mengetahuinya dan melihatnya. Tidak kurang dari dua puluh sahabat yang pendapatnya digunakan oleh Al-Hasan.(10)
Di samping langkah tersebut, dalam menafsirkan ayat Al-Qur'an Al-Hasan juga mengandalkan kebahasaan, sekira bahasa itu berasal dari bahasa Arab yang uslubnya ia ketahui. Kemudian ia juga tidak meninggalkan pendapat, ilmu dan ijtihadnya sendiri. Dalam hal ini ia menggunakan fokus pemikirannya, kemudian ia penggalian makna, dan pengunggulan atas pendapatnya. Inilah yang kemudian menunjukkan kefahaman Al-Hasan atas Al-Qur'an dan dalamnya pemikiran pada ayat-ayatnya.(11)
Contoh penafsiran, ketika Al-Hasan menafsirkan penggalan ayat dari QS. Al-Furqan ayat 38, وَقُرُونَۢا بَیۡنَ ذَ ٰلِكَ كَثِیرࣰا
Al-Hasan memaknai kurun dengan masa enam puluh tahun.(12)
Demikian semoga memberi manfaat.
Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 18-10-2023.
Catatan kaki
1M Afifuddin Dimyathi, Jam'ul 'Abir fi Kutub al-Tafsir, (Malang: Lisan Arabi, 2019), h. 15.
2 Ibid.
3 Ibid.
4 Ibid.
5 Ibid.
6 Ibid.
7 Ibid. h. 16.
8 Ibid.
9 Ibid.
10. Ibid.
11. Ibid.
12. Muhammad Abdurrahim, Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy, (Kairo: Dar Al-Hadis, t.t), V. 2., h. 168.
Sumber terkait
https://archive.org/details/alfehrist.blogspot.com/page/n4/mode/1up