MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Wednesday, October 18, 2023

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy
Kajian Kitab Jam'ul 'Abir
Oleh Mustamsikin

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy, menjadi pembuka kurun kedua dari deretan tafsir yang sajikan oleh Syekh Dr. Afifudin Dimyathi Al-Haj pada kitab Jam'ul 'Abir. Setelah kajian lima kitab tafsir yang tergolong kurun pertama telah usai, kini saatnya memasuki kelompok tafsir kurun kedua. Seperti apa? Dan bagaimana kitab Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy? Akan diungkap secara ringkas dalam ulasan sederhana ini.(1)

Kitab Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy merupakan sebuah kitab tafsir yang sejatinya tidak ditulis oleh Al-Hasan Al-Bashriy (12-110) sendiri. Kitab ini ditulis oleh Dr. Muhammad Abdurrahim, dengan merujuk pada riwayat-riwayat dalam penafsiran ayat Al-Qur'an dari  Al-Hasan Al-Bashriy. Dr. Muhammad Abdurrahim lah yang kemudian mempercayai riwayat-riwayat dari Al-Hasan berikut menyiapkan kajian tentang riwayat-riwayat tersebut, dan mewujudkannya menjadi Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy dengan dua jilid tebal.(2)

Sekilas Al-Hasan Al-Bashriy bernama  lengkap Abu Sa'id Al-Hasan bin Yasar Al-Bashriy, seorang pemuka ulama ahli sunnah wal jama'ah budak dari Zaid bin Tsabit. Ada yang berpendapat Al-Hasan merupakan budak dari Abi Al-Yasar Ka'b bin Amr Al-Sulamy. Ia lahir pada tahun ke-12 dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw.(3)

Termasuk keistimewaan yang dimiliki oleh Al-Hasan yakni iklim keluarga yang kondusif yang dekat dengan keluarga Nabi Saw. Ibu Al-Hasan adalah tabingin perempuan yang hidup mengikuti sekaligus melayani Ummu Salamah istri Nabi Muhammad Saw. Sewaktu kecil karena ibunya sibuk menjalankan tugas dari Ummu Salamah, membuat Al-Hasan menangis hingga ia membuat Ummu Salamah menyusuinya supaya ia tenang.(4)

Tidak cukup sampai disitu, Ummu Salamah mengajak Al-Hasan untuk bertemu dengan para sahabat. Hingga Umar bin Al-Khattab memanggilnya, dan mendoakan, "Ya Allah berikan  kefakihan dalam masalah agama kepadanya, dan buatlah manusia mencintainya." Nampak dari sini sejak kecil Al-Hasan mendapat pendidikan dari rumah kenabian.(5)

Selain itu, Al-Hasan termasuk anak yang cerdas. Ia telah menghafal Al-Qur'an sejak umur sepuluh tahun. Di samping itu tentu pergaulan Al-Hasan adalah para pembesar dari kalangan sahabat Nabi Saw. Hingga ia banyak meriwayatkan dan belajar dari mereka. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kehidupan Al-Hasan di masa mendatang.(6)

Pada puncaknya Al-Hasan menjadi sosok yang alim, bijaksana, dan fasih dalam berbicara. Dalam sebuah pendapat dikatakan, bahwa kebijaksanaan Al-Hasan dalam bertutur, atau ungkapannya yang selalu mengandung hikmah sebab air susu yang ia minum dari Ummu Salamah, istri Rasul Saw. Berkah kenabian inilah yang menjadi penyebab perkataan Al-Hasan mengandung hikmah.(7)

Keutamaan lain yang dimiliki oleh Al-Hasan adalah memiliki guru-guru yang luar biasa. Apalagi mereka datang dari kalangan sahabat Nabi Saw. Di antara sahabat yang pernah ia ambil ilmunya adalah, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-As'ary, Ammar bin Yasir, Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas dan masih banyak lagi. Dengan segala kelebihan yang ia miliki baik secara pribadi maupun lingkungan yang membentuknya, berikut jasa yang telah ia tinggalkan Al-Hasan berpulang pada tahun 110 H., wafat saat usianya mencapai 88 tahun.(8)

Selanjutnya mengenai Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy, kitab tafsir ini memiliki watak  yang identik dengan penafsiran kalangan tabi'in secara umum. Metode yang digunakan pun identik dengan tafsir bermanhaj ala mufassir kalangan tabi'in. Sebab era itu keseluruhan bermuara pada penafsiran bil ma'tsur. Madrasah tafsir bil ma'tsur menjadi madrasah tafsir yang terbaik. Di sisi lain penafsiran terbaik setelah kalangan sahabat adalah kelompok tabi'in.(9)

Dalam menafsirkan ayat Al-Qur'an langkah yabg dilakukan oleh Al-Hasn ialah mendahulukan tafsir Al-Qur'an bi Al-Qur'an, sebagaimana langkah yang ditempuh guru-gurunya seperti Ibnu Abbas. Banyak sekali penafsiran Al-Hasan pada sebuah ayat memperoleh makna yang jelas dengan ditolong dengan ayat yang lain. Langkah selanjutnya yakni menafsirkan ayat Al-Qur'an dengan hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Berikutnya menafsirkan Al-Qur’an dengan pendapat para sahabat, sekira Al-Hasan mengetahuinya dan melihatnya. Tidak kurang dari dua puluh sahabat yang pendapatnya digunakan oleh Al-Hasan.(10)

Di samping langkah tersebut, dalam menafsirkan ayat Al-Qur'an Al-Hasan juga mengandalkan kebahasaan, sekira bahasa itu berasal dari bahasa Arab yang uslubnya ia ketahui. Kemudian ia juga tidak meninggalkan pendapat, ilmu dan ijtihadnya sendiri. Dalam hal ini ia menggunakan fokus pemikirannya, kemudian ia penggalian makna, dan pengunggulan atas pendapatnya. Inilah yang kemudian menunjukkan kefahaman Al-Hasan atas Al-Qur'an dan dalamnya pemikiran pada ayat-ayatnya.(11)

Contoh penafsiran, ketika Al-Hasan menafsirkan penggalan ayat dari QS. Al-Furqan ayat 38, وَقُرُونَۢا بَیۡنَ ذَ ٰ⁠لِكَ كَثِیرࣰا
Al-Hasan memaknai kurun dengan masa enam puluh tahun.(12)

Demikian semoga memberi manfaat.
Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 18-10-2023.

Catatan kaki
1M Afifuddin Dimyathi, Jam'ul 'Abir fi Kutub al-Tafsir, (Malang: Lisan Arabi, 2019), h. 15.
2 Ibid. 
3 Ibid. 
4 Ibid. 
5 Ibid. 
6 Ibid. 
7 Ibid. h. 16.
8 Ibid.
9 Ibid.
10. Ibid.
11. Ibid.
12. Muhammad Abdurrahim, Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy, (Kairo: Dar Al-Hadis, t.t), V. 2., h. 168.

Sumber terkait
https://archive.org/details/alfehrist.blogspot.com/page/n4/mode/1up

Sunday, May 28, 2023

Merenungi Bacaan

Merenungi Bacaan 
Edisi Ngaji Fikih Menyamak Kulit Binatang

Sebab menganggur dari kerja, penulis mencoba kembali untuk membuka buku-buku lawas yang pernah penulis pelajari di pesantren. Di antara buku itu adalah kitab Fathul Qarib karya Muhammad bin Qasim Al-Ghuzi syarah Taqrib karya Abu Syujak. 

Sambil terbata-bata dengan makna jawa--utawi iki iku, penulis kembali membaca kitab yang sudah lusuh sebab terlalu lama di pajang. Sebagaimana lazimnya pelajar di pesantren penulis membaca dengan keras sembari merenungi makna dan memahaminya pelan-pelan. 

Setelah sekian menit membaca satu pasal tentang cara menyamak kulit bangkai binatang dan kriteria binatang yang boleh dan tidak untuk disamak. Usai membaca dengan pelan tapi pasti penulis membaca kandungan makna teks yang penulis baca sembari membuka penjelasan dari ulama melalui kitab Al-Bajuri dan Al-Tazhib.

Dalam deretan teks yang penulis baca terdapat sebuah keteragan bahwa kulit bangkai binatang dapat suci setelah disamak kecuali dua jenis binatang yakni Anjing dan Babi berikut ketutunan keduanya atau salah satunya. Mengapa kulit keduanya tidak bisa suci, Syekh Mushthafa Dib Al-Bugha, menjelaskan bahwa Anjing dan Babi semasa hidupnya najis maka tidak bisa suci bagiannya--seperti kulit--setelah kematinnya. 

Duh setelah penulis merenungi penjelasan ini, penulis merasa kasihan Anjing dan Babi berikut keturunannya adalah percontohan binatang yang terpinggirkan. Sudah malang semasa hidup berlanjut setelah mati. Kenajisannya pun menyangkut  sekaligus keturunannya, meskipun wujudnya boleh jadi berupa bintang yang boleh dimakan dagingnya--Anjing melahirkan Kambing. 

Sejalan dengan penjelasan ini, Syekh Bajuri dalam penjelasannya mengutip kalimat indah, 

"Ketika nasab baik orang tua akan menjadikan baik anak keturunannya, barang siapa kagum sungguh serius ia akan tergores duri bunga mawar."

"Dan sungguh sebuah keburukan bagi anak yang jelek dari nasab yang baik, supaya nampak rahasia Allah membolak-balik dan menjatuhkan."

Kutipan pernyataan ulama di atas sungguh mengena, dan dapat dijadikan pelajaran.  Pertama, idealnya orang yang baik berpotensi melahirkan generasi yang baik. Oleh sebab itulah orang yang hendak mendapat keturunan baik memantaskan diri dan mencari pasangan yang baik. Kedua, orang yang baik harus menjaga keturunannya sehingga menjadi generasi yang baik pula. Sebab keturunan akan mencerminkan orang tuanya. Generasi mencerminkan pendahuluanya. Ketiga, generasi harus sekuat tenaga memantaskan diri memiliki kualitas lebih dari pendahulunya. Setidaknya setara dalam prestasinya. 

Selain penjelasan mengenai ini, di akhir pasal penulis kitab menyatakan bahwa jenazah tidak termasuk najis--sebagai pengecualian, sebab Allah memuliakan anak turun Adam. Saking mulianya manusia Allah menganugerahkan bentuk penciptaan yang paling baik di antara mahkluk-Nya yang lain. Maka dari itulah sepantasnya manusia menjaga kemuliannya sehingga tidak jatuh lebih rendah dari binatang. 

Demikian renungan atas bacaan penulis kali ini. Semoga memberi manfaat walau sedikit. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 28 Mei 2023.

Friday, May 26, 2023

Obrolan Haji

Obrolan Haji
Oleh Mustamsikin

Semalam di sela-sela rapat rutin selapanan madrasah diniyah takmiliyyah MTU Pon. Pes. Panggung Tulungagung, terlintas obrolan seputar ibadah haji. Utamanya tentang informasi pemberangkatan calon jemaah haji, kriteria calon jemaah haji, biaya haji, dan masa tunggu antrian ibadah haji.

Obrolan yang berlangsung gayeng di antara asatidz madrasah tentang haji semalam turut memberikan wawasan bahwa ibadah haji memang butuh persiapan. Para calon jemaah setidaknya harus menyiapkan fisik, batin, dan saku tepatnya utamnya uang. Khusus pembahasan tentang duit sering disebut-sebut. 

Dalam obrolan semalam meski hanya sebagai pendengar paling tidak informasi tentang haji dapat memberi wawasan yang bisa dibilang bermanfaat. Penulis menyadari dengan penuh kalau sudah obrolan tentang haji penulis merasa minder, rasa-rasanya penulis hati menjadi ciut. Terlebih kalau kata duit diulang-ulang. Belum lagi antrian pemberangkatan yang kian tahun kian lama. 

Boleh jadi yang tahun ini baru daftar lewat jalur reguler akan dimungkinkan berangkat dua puluh lima sampai tiga puluh tahun lagi. Itu pun kalau tidak ada kendala pemberangkatan seperti melonjaknya dana ibadah haji, sakit permanen atau meninggal sebelum berangkat. Jika diteropong melalui sudut biaya, kalau sekarang puluhan juta--kisaran lima puluh juta--lebih kira-kira tiga puluh tahun yang akan datang bisa jadi mencapai ratusan juta. 

Kendati demikian penulis yakin dengan keyakinan penuh bahwa siapa pun orangnya, seberapapun lama masa tunggunya, seber apa pun biaya yang harus dikeluarkan jika memang dikehendaki sebagai tamu Allah Swt., pasti akan dimudahkan. Boleh jadi dapat kuota haji gratis, kemudian langsung berangkat hingga mendapat predikat haji mabrur.

Kalau sudah masuk ke ranah itu tiada yang mustahil. Sehingga siapa pun harus punya keyakinan bahwa Ibadah haji wajib bagi mereka yang mampu melaksanakannya. Lalu bagi yang belum mampu ya berdoa dan berusaha memantaskan diri untuk menjadi tamunya Allah. Sehingga ikhtiar yang demikian dapat mengikis tumbuhnya rasa patah semangat untuk sekadar ingin mendaftar sebagai calon jemaah haji. 

Melanjutkan peristiwa semalam, tadi sore penulis dapat undangan walimatus safar tasyakuran darintetangga yang minggu depan akan bernagkat ke tanah suci. Walimah yang intinya minta doa restu dan makan-makan tadi mengingatkan kembali bahwa biaya haji lagi-lagi tidak sedikit. Jika saban calon jemaah haji akan berangkat dan kepulangannya harus tasyakuran sebagai acara serimonial maka pasti akan menambah ketersediaan biaya yang tidak sedikit. Setara biaya ngunduh mantu mungkin. 

Seremonial yang demikian menurut penulis kian hari menjadi menu wajib di masyarakat, meski itu semua adalah erat dengan budaya masing-masing daerah. Hingga kemudian tidak jarang seremonial bukan menjadi penyemangat malah menjadi momok sebab ada biaya yang dikeluarkan dan itu banyak. Kalau dalam pernikahan bisa disamakan dengan acara resepsi. Ada yang biasa ada yang berlebihan. 

Serunya acara serimonial yang demikian telah membudaya, sehingga membuat calon jemaah haji bisa pusing jika tidak benar-benar siap. Apalagi serimonial yang seperti itu kini merebak. Bukan hanya orang yang akan dan pulang dari menunaikan ibadah haji saja, melainkan orang yang akan dsn telah pulang umroh pun di paksa oleh budaya demikian. Sungguh terlalu.

Hemat penulis acara serimonial yang seperti itu di masyarakat perlu dibenahi. Agar tidak membuat kehidupan semakin sempit oleh hal-hal yang tidak substantif. Paling tidak acara serimonial tidak dijadikan prioritas dan tolak ukur keberhasilan. 

Nah itu saja, namanya juga obrolan. 
Semoga bermanfaat. 

Wallahu A'lam Bisshawab. 
Kediri, 26-05-2023










Saturday, April 29, 2023

Bincang-Bincang Agama

Bincang-Bincang Agama 1
Oleh Mustamsikin

Suasana lebaran masih terasa hangat sebab silaturahmi kepada handai tauan, kerabat, maupun kawan berlangsung dengan penuh keakraban. Lebih-lebih suasa tersebut juga penulis rasakan saat berkunjung di rumah seorang kawan senior--setidaknya ia sudah lebih berumur dan berpengalaman di masyarakat--pada Rabu 26 April 2023.

Setelah berbincang mengenai hal remeh-temeh layaknya tamu lebaran, mulai menanyakan kabar dan keadaan masing-masing, perbincangan berlanjut tentang bahasan yang bersinggungan dengan agama. Mulai pembahasan tentang perbedaan hari raya, seputar ru'yah dan hisab berikut polemik di masyarakat. Berikut cara mengelola perbedaan antar tokoh agama. 

Selain membincang mengelola masyarakat agar tidak timbul konflik, terkait perbedaan awal lebaran, penulis bersama kawan tadi juga membahas mengenai perkembangan semangat keberagamaan di masyarakat. Mulai awal masyarakat mengenal Islam, hingga para tokoh pejuang yang merintis edukasi dan sosialisasi (dakwah) tentang agama Islam di perkampungan yang notabenenya berada di lereng gunung Wilis. 

Perlu di ketahui mengawal dakwah Islam di lereng gunung tidak mudah. Sebab secara geografis masyarakat yang berada di lereng gunung cenderung jauh dari hiruk pikuk dunia pendidikan. Belum lagi juru dakwah yang menjangkau ke sana masih terbilang minim. Meskipun di kini suasana keberagamaan sudah jauh meningkat. 

Peningkatan yang dimaksud di tandai dengan semakin banyaknya orang menjalankan ritual ibadah seperti salat jamaah, puasa, hingga menjamurnya Madrasah Diniyyah Takmiliyyah meski sederhana. Menurut pengamatan kawan penulis ramaianya orang mau menjalankan syariat agama Islam masih beberapa puluh tahun yang lalu. Setidaknya dua generasi yang sebelumnya orang masih enggan melakukan ibadah salat. 

Tidak dipungkiri memang mendakwahkan Islam di daerah minus lagi-lagi membutuhkan semangat perjuangan dan konsistensi. Tanpa semangat dakwah dengan didukung keistikamahan yang kokoh tentu Islam di pelosok tidak akan berkembang bahakan akan menurun. Sekalipun untuk mengawal itu semua tidak begitu membutuhkan strategi metode yang rumit. 

Kembali para topik sederhana yang penulis bahas bersama kawan tadi, selain perkembangan Islam yang perlu pengawalan, terdapat hambatan yang tidak bisa diabaikan. Hambatan yang dimaksud muncul bukan sebab tantangan dari luar misalnya himpitan agama lain bukan. Hambatan muncul dari tokoh agama yang sakit hati yang kemudian gembosi masyarakat. 

Berdasar penuturan kawan, tokoh agama yang seperti itulah sejatinya yang membahayakan bagi kelangsungan perkembangan agama Islam. Mereka secara masif memberi teladan buruk, bahkan menyebarkan toksin yang dapat meracuni masyarakat. Alih-alih mereka memberi motivasi agar lingkungan menjadi baik nan religius malah mereka membuat kegaduhan di tengah masyarakat. 

Selain hambatan yang muncul, persoalan agama di masyarakat juga disertai dengan tantangan. Di antaranya meredupnya semangat generasi muda belajar agama yang didukung oleh minimnya minat orang tua memberikan pendidikan agama yang mumpuni--memondokkan anak misalnya. 

Kendati perbincangan berkutat pada hal-hal itu, namun yang seperti ini penting. Setidaknya untuk merencanakan kegiatan postif di masa mendatang dalam meningkatkan semangat keberagamaan di masyarakat. 

Demikian sedikit oleh-oleh lebaran. 
Semoga tidak sia-sia. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 29 April 2023. 
Kawan yang dimaksud adalah sering disebut dnegan Kiai Nduwur sebab berada di atas dataran tinggi. Berdomisili di Ponggok, Mojo, Kediri. 


Monday, February 27, 2023

Isi Aqidatul Awam 10

Isi Aqidatul Awam
Bait 21
Para Malaikat

تفسيل عشر منهم جبريل # ميكال إسرافيل عزرئيل

"Perincian mereka ada sepuluh, di antaranya Jibril, Mika'il, Israfil, Izra'il."

منكز نكير ورقيب وكذا # عتيد مالك ورضوان احتذا

"Mungkar, Nakir, Raqib, Atid, Malik dan Ridhwan."

Penjelasan
Wajib bagi orang yang telah mukallaf untuk mengetahui jumlah malaikat yang ada sepuluh, yakni:
1. Malaikat Jibril
2. Malaikat Mika'il
3. Malaikat Israfil
4. Malaikat Izra'il
5. Malaikat Mungkar
6. Malaikat Nakir
7. Malaikat Raqib
8. Malaikat Atid
9. Malaikat Malik
10. Malaikat Ridhwan

Tuesday, February 21, 2023

Isi Aqidatul Awam 9

Isi Aqidatul Awam
Bait 21
Malaikat

 والملك الذي بلا أب ولاأم # لااكل لاشرب ولانوم لهم

"Malaikat mereka tidak memiliki ayah dan ibu tidak makan, minum dan tidak pula tidur." 

Penjelasan
Malaikat merupakan makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya. Para malaikat tidak terlahir sebagai manusia memiliki ayah dan ibu. Mereka tidak berayah dan beribu, tidak berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan tidak makan, minum ataupun tidur. 

Monday, February 20, 2023

Isi Aqidatul Awam 8

Isi Aqidatul Awam
Bait 15-20
Para Nabi dan Rasul

تفسيل خمسة وعشرين لزم # كل مكلف فحقق واغتنم

"Wajib bagi setiap orang yang sudah mukallaf untuk mengetahui dengan benar perincian nama-nama para Nabi."

Penjelasan
Syekh Ahmad Marzuqi melalui bait di atas menjelaskan bahwasannya bagi orang yang sudah mukallaf untuk mengetahui dengan tahqiq nama-nama nabi yanh jumlahnya ada dua puluh lima. 

هم أدم إدريس نوح هود مع # صالح وإبراهيم كل متبع

" Mereka yakni Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim yang semuanya diikuti."

لوط وإسماعيل إسحاق كذا # يعقوب يوسف وأيوب احتذى 

"Luth, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayyub yang mengikuti nabi sebelumnya."

شعيب هارون وموسى واليسع # ذو الكفل داود سليمان اتبع

"Su'aib, Harun, Musa, Ilyasa', Dzul Kifli, Dawud, Sulaiman yang mengikuti nabi sebelumnya."

إلياس يونس زكريا يحي# عيسى وطه خاتم دع غيا

"Ilyas, Yusuf, Zakariya, Yahya, Isa, Nabi Muhammad Saw., dan tinggalkan keraguan."

عليهم الصلاة و السلام # وآلهم مادامت الايام

"Bagi mereka salawat dan salam dan kepada keluarga mereka selagi hari-hari berlangsung abadi."

Penjelasan