Oleh
Bulan Oktober sejak tahun 1980 ditetapkan sebagai bulan bahasa dan sastra. Sejak saat itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyebut bulan Oktober sebagai bulan bahasa. Baru pada tahun 1989 hingga saat ini bulan Oktober disebut dengan bulan bahasa dan sastra. Mengapa harus bulan Oktober? Kita ingat peristiwab bersejarah sumpah pemuda pada kongres pemuda dua, pada 28 Oktober 1928. Pada saat para pemuda bersumpah dan menyepakati beberapa hal salah satunya tentang bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Jika kita menengok ke belakang, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Bangsa yang memiliki beragam suku, budaya, etnik, agama dan kepercayaan hingga bahasa daerah yang berjumlah ratusan. Sehingga diperlukan bahasa pemersatu antar suku bangsa sekaligus untuk mengikat persatuan antar suku tersebut dengan media bahasa pemersatu yakni bahasa Indonesia.
Dengan simpul bahasa Indonesia inilah bahasa-bahasa daerah 'dilebur' disatukan dengan bahasa Indonesia. Orang Jawa boleh menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah, begitu juga orang Madura, Orang Papua, dan suku-suku yang lain untuk menjunjung suku bangsanya, akan tetapi dalam bingkai persatuan NKRI maka bahasa resmi dan bahasa permersaru adalah bahasa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, orang Jawa tidak lantas hilang kejawaannya, orang Sunda tidak hilang kesundaannya, orang Madura tidak hilang kemaduraannya. Dengan bahasa Indonesia mereka akan lebih mudah dipersatukan dalam satu frekwensi komunikasi.
Untuk terus menjunjung bahasa pemersatu itulah kita perlu untuk terus melakukan upaya-upaya membumikan bahasa Indonesia. Salah satunya dengan memperingati dan menyemarakkan bulan bahasa dan sastara. Kita perlu mengisi bulan bahasa ini dengan berbagai iven perlombaan misalnya atau seremonial lain sebagai wujud kepedulian kita pada bahasa persatuan.
Perlombaan dapat diisi misalnya dengan penulisan karya sastra cerpen, puisi, hingga artikel ilmiah popular. Selain itu, kita bisa memeriahkan bulan bahasa ini dengan perlombaan pidato bahasa daerah yang dipadulan dengan bahasa Indonesia. Kita yakin meski sederhana dampak dari kegiatan seperti di atas akan menumbuhkan dan memperkuat kecintaan kita pada bahasa dan sastra Indonesia. Bahasa Indonesia akan semakin membumi, pun juga sastra Indonesia akan semakin diminati.
Kita sangat berharap tentunya bulan bahasa kali ini tidak berlalu saja. Tidak ada suatu kegiatan yang menumbuhkan dan mengokohkan kita pada bahasa dan sastra Indonesia. Kalau tidak kita siapa lagi? Kalau bukan kita siapa yang mau megupayakan itu.
Melalui tulisan sederhana ini, penulis mengajar kepada seluruh pembaca agar menggunakan moment bulan bahasa ini dengan sebaik-baiknya. Mari kita guratkan tinta emas sejarah untuk dikenang di masa mendatang sebagai sumbangsih kita pada bahasa dan sastra Indonesia. Mari kita satukan tekat untuk terus mencintai bahasa Indonesia dan melanggengkan sastra Indonesia.
Wallahu A'lam Bisshawab
Kediri, 11-10-2022.
No comments:
Post a Comment