Sinergai Guru Orang Tua, dan Peserta Didik Sebagai Sebuah Solusi
Oleh Ahmad Mustamsikin Koiri
Semenjak penulis menjadi guru di salah satu madrasah aliyah di Kediri--sejak 2016 silam, penulis menyadari bahwa menjadi guru tidak mudah. Apalagi di zaman yang serba penuh tantangan ini.Tantangan yang menerobos semua lini kehidupan tak terkecuali dunia pendidikan.
Bagi guru di zaman yang sejatinya serba cepat dan mudah ini, mereka mendapati tantangan serius dalam persaingan. Guru yang enggan terus belajar akan tertinggal. Apalagi sekarang sumber belajar siswa dapat diperoleh dari internet. Youtube misalnya. Guru yang minim inovasi tidak memiliki daya tarik yang cukup boleh jadi akan ditinggalkan oleh peserta didik. Dan bahkan akan tergantikan oleh bimbel online atau aplikasi belajar yang serba murah meriah.
Tantangan serupa juga menyasar orang tua peserta didik yang sama-sama mengalami satu kondisi yang semakin berat. Tidak sedikit di antara mereka yang berkeluh kesah dengan keadaan dimana mereka mengalami kebingungan dalam memberi suport kepada anak-anak mereka. Lebih-lebih untuk meningkatkan minat belajar. Belum lagi, kian hari biaya kehidupan maupun pendidikan terus meroket.
Sejalan dengan itu peserta didik juga mengalami kondisi serupa. Mereka disibukkan dengan duni maya yang serba online seperti game, youtube, dan hiburan maya sejenis. Hampir sering ditemukan anak yang khusuk berjam-jam memantengi layar smartphone atau gawai yang mereka miliki. Alih-alih mereka belajar dan memperluas wawasan dengan banyak membaca buku. Mereka malah disibukkan dengan hal-hal yang sifatnya hiburan belaka.
Tidak bisa dipungkiri memang, tantangan dalam pendidikan semakin berat dirasakan. Baik bagi guru sebagai pendidik, orang tua peserta didik maupun peserta didik sendiri. Ketiga elemen ini dalam waktu yang bersamaan mendapat tantangan masing-masing sebagaimana penulis paparkan di atas. Lalu bagaimana tips dalam menghadapi tangang-tantangan yang menghadang?
Penulis yakin setiap tantangan dapat dihadapi, tinggal sejauh mana seseorang memiliki komitmen yang kuat dan usaha yang keras. Guru, orang tua maupun peserta didik harus mengerahkan semua kemampuan guna menghadapi tangangan yang luar biasa menghadang laju lokomotif pendidikan.
Bagi guru untuk menghadapi tantangan yang ada harus berupaya untuk selalu mengupdate pengetahuan. Mengubah cara mendidik dan menyusaikan dengan zamannya. Guru juga harus terus membuat kreasi dan inovasi baru dalam mendidik peserta didik melalui media yang beragam.
Sebagai seorang guru harus dinamis, tidak boleh mandek dan mengandalkan pengetahuan dan metode pembelajaran yang sudah usang. Boleh jadi mengajar bertahun-tahun dapat mempermudah guru dari penguasaan materi pembelajaran, namun tidak pada metode pembelajaran. Jika guru hanya monoton dalam menyampaikan pelajaran hanya mengusai satu metode pembelajaran maka bersiaplah untuk ditinggalkan.
Belum kalau guru bersifat apatis dan tidak mau tahu terhadap perkembangan dunia pendidikan maka ia akan ditinggalkan dan akan terganti oleh aplikasi. Ia akan tersudut oleh kondisi dimana akan dijauhi oleh peserta didik. Sedangkan bagi orang tua, sudah sepantasnya jika mereka terus berusaha untuk menyesuaikan dengan keadaan. Utamanya dalam hal memberi motivasi kepada anak-anak mereka sebagai peserta didik. Orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup dan update dalam menghadapi tantangan pendidikan yang dialami oleh anak-anak mereka.
Orang tua tidak boleh menutup diri untuk melek terhadap kondisi yang ada. Kondisi yang dialami oleh anak-anak mereka saat ini. Orang tua juga harus berperan aktif dalam mengawal pendidikan anak-anak mereka. Tidak boleh lelah. Dan bahkan harus mengetahui terobosan yang solutif untuk mengantarkan anak-anak mereka untuk memperoleh pengetahuan.
Adapun peserta didik sudah sepantasnya mereka bersemangat untuk memperoleh pengetahuan melalui banyak sumber. Sudah selayaknya mereka juga mampu menghadapi tantangan yang hadir saat ini. Mereka harus mampu mendahulukan kebutuhan daripada keinginan.
Suatu contoh misalnya mereka harus lebih mendahulukan belajar daripada bermain gawai. Atau dengan memanfaatkan gawai guna menambah dan menunjang pendidikan. Menggunakan gawai untuk memperluas wawasan dengan cara mengikuti bimbel online. Menggunakannya untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya untuk menunjang penguasaan mereka atas pelajaran yang diajarkan oleh guru di dalam kelas.
Terakhir untuk menghadapi tantangan baik guru, orang tua maupun peserta didik harus memiliki sinergi yang kokoh. Guru jika hanya mengandalkan dirinya sendiri tanpa orang tua yang solid dalam mengawasi dan memberi semangat kepada peserta didik baik secara moral maupun material akan kesulitan. Begitu juga orang tua tanpa peran optimal dari seorang guru niscaya mereka akan kelimpungan. Apalagi bagi peserta didik tanpa guru dan orang tua yang memiliki misi yang sama apalah di punya kemampuan.
Sinergi ketiga elemen antara guru, orang tua maupun murid harus diperkuat. Sehingga tujuan pendidikan akan tercapai. Guru dapat menjadi teladan dan inspirasi. Orang tua dapat menjadi sosok yang selalu memberi motivasi. Murid yang selalu tahan uji dan selalu mampu beradaptasi menghadapi tantangan yang merintangi.
Penulis dalam hal ini memberi kesimpulan bahwasannya puncak dari suksesnya pendidikan tidak terlepas dari peran aktif ketiga elemen di atas. Guru, orang tua dan peserta didik. Apapun tantangan, hambatan, dan rintangan dalam pendidikan akan mudah dihadapi serta diproleh solusi.
Demikian sedikit uraian penulis tentang pentingnya sinergi guru, orang tua, dan peserta didik untuk memajukan pendidikan. Tanpa kelompokan dari ketiganya mustahil kemajuan pendidikan akan diperoleh.
Semoga bermanfaat.
Wallahu A'lam Bisshawab