MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Tuesday, May 31, 2022

Kisah Para Istri Kekasih Allah

Kisah Para Istri Kekasih Allah
Oleh Mustamsikin

Banyak hal yang menarik jika kita seringkali membaca tentang kisah perempuan-perempuan hebat. Termasuk di antaranya kisah perjuangan perempuan dalam biduk rumah tangga mereka. Kehidupan penuh perjuangan bersama para suami mereka. Kemudkan kisah perjuangan mereka yang perlu dicatat dengan tinta emas. Sebuah peran yangi sangat vital dalam kehidupan rumah tangga bersama suami-suami mereka.

Bagaimana kisah perjuangan mereka? Kita akan bahas dalam tulisan sederhana ini, uatamanya kisah perempuan hebat yang memiliki peran sangat vital bersama kekasih (wali) Allah Swt.

Kisah pertama datang dari Sayyidah Fathimah putri Rasulullah Saw., istri Ali bin Abi Thalib. Dalam kitab, Azwaj dikisahkan bahwasannya suatu ketika Fathimah mengeluh kepada ayahandanya, Nabi Muhammad Saw., tentang tugas rumah tangganya yang banyak. Ia mengeluh dan ingin kemudian membeli budak supaya dapat membantu dalam menyelesaikan tugas rumah tangganya, seperti menggiling gandum. Seketika rasul mendengarkan keluh putrinya dalam menjalankan tugas sebagai istri, Rasul Saw., menasehatinya seraya memegang alat penggiling gandum. Dengan tangan mulianya, Nabi Saw., memegang alat itu kemudian menggiling dengan sendirinya. Kemudian Nabi Saw., menjelaskan pada Fathimah, "Wahai anakku jika Allah berkehendak maka alat penggiling itu akan bergerak dengan sendirinya, namun Allah menghendaki memberikan pahala bagimu, mencatat kebaikanmu, menghapus keburukanmu, dan meninggikan derajatmu. Wahai Fathimah, setiap perempuan yang menggiking gandum untuk suaminya dan anak-anaknya maka Allah mengganti setiap biji gandum dengan satu kebaikan san melebur keburukan--perempuan itu, mengangkat satu derajat. Wahai Fathimah setiap tetes keringat yang keluar dari perempuan yang menggiling gandum untuk suaminya maka ia akan dipisahkan oleh Allah dengan api neraka dengan tujuh jurang pemisah."

Sejatinya nasehat Nabi Saw., kepada putrinya masih panjang, namun nasehat-nasehat beliau Rasul Saw., kepada putrinya, menggambarkan betapa besar balasan Allah atas perjuangan para perempuan dalam kehidupan rumah tangganya. Setiap perjuangan yang ia lakukan demi suami dan anak-anaknya pasti akan diganti oleh Allah Swt dengan pahala dan kebaikan yang tak terkira.

Kisah kedua, datang dari perempuan istri Amiril Mukminin Umar ra. Kisah tentang istri Umar ini sangat masyhur. Suatu ketika datang seorang lelaki kepada Khalifah Umar untuk mengadukan perilaku buruk istrinya. Sebelum masuk pintu khalifah, si lelaki itu mendengar bahwa istri Umar sedang mengomel kepada Umar, sedang Umar hanya diam saja. Kemudian si lelaki tadi hendak pulang seraya berpikir sejenak, "Jika khalifah saja terhadap istrinya seperti itu lalu bagaimana tindakanku pada istriku? Kemudian ia bergegas pergi, namun dipanggil oleh Umar." Wahai pemuda ada keperluan apa kamu kesini? Pemuda itu menjawab, "Saya datang untuk mengadukan kepadamu tentang akhlak istriku yang sering mengomeliku, namun aku dengar istrimu juga seperti itu. Kemudian aku pulang dan aku berkata, jika khalifah Amiril Mukminin saja berlaku demikian oada istrinya--diam saat diomeli--lalu aku gimana? Kemudian Umar berkata pada pemuda itu, "Aku menanggung hak istriku, ia menyiapkan makanan untukku, mencuci pakaianku, menyusui anakku, padahal yang demikian tidaklah wajib ia lakukan. Sedang aku tenang bersamanya terhindar dari hal-hal yang haram. Maka aku siap menangung perlakuan buruk istriku kepadaku." Kemudian pemuda itu berkata,"Begitu juga istriku." Kemudian Umar membalas, "Wahai saudaraku tanggunglah itu, sesungguhya yang demikian tidak berlangsung lama."

Kisah ketiga, kisah istri Syekh Kharqan. Syekh Khorqon, merupakan orang yang sangat masyhur. Suatu ketika, Ibnu Isna ingin sekali berkunjung ke rumah Syekh Kharqan ini, namun sesampainya di rumah Syekh Kharqan, si Syekh ini tidak ada dirumah. Bertanyalah Ibnu Sina kepada istri Syekh Kharqan ini, "Di mana Syekh Kharqan? Istri syekh ini menjawab," Apa keperluanmu, pada orang--Syekh Kharqan suaminya--yang banyak dusta, kafir? Istri Syekh ini terus berkata atas keburukan suaminya yang tidak pantas di dengar. Sembari terdiam Ibnu Sina berkata dalam hatinya," Jika istrinya saja seperti ini melampaui batas memperlakukan suaminya seperti ini m, kalu bagimana Syekh Kharqan begitu masyhur? Bagiamana si istri ini memperlakukan suaminya? Kemudian Ibnu Sina ini mencari Syekh Kharqan ke hutan, di tengah jalan terlihatlah Syekh Kharqan bersama harimau yang menjadi pembantunya. Si harimau begitu menurut dan paham betul dengan Syekh Kharqan. Karena keheranan pada hal ini, Ibnu Sina bertanya kepada Syekh Kharqan. Kemudian Syekh Kharqan menjelaskan kepada Ibnu Sina, "Ya begitulah Syekh--Ibnu Sina--jika aku tidak mampu menanggung srigala yang ada di rumahku maka aku tidak akan bisa menanggung kayu ini di atas punggung harimau. Srigala yang dimaksud adalah istri Syekh Kharqan. Karena kesabaran Syekh Kharqan atas perlakuan buruk dari istrinya inilah Allah mengaugrahkan kepadanya kemuliaan atau karamah dapat menjinakkan binatang buas.

Dari kisah-kisah perempuan di atas dapat dipetik banyak pelajaran. Di antaranya, kisah Fathimah ra., istri Ali bin Abi Thalib, istri yang begitu taat kepada suaminya dengan kesalehan yang dijarkan oleh ayahandanya Rasulullah Saw., maka mengajakan kepada kita bahwasannya perjaungan perempuan dalam mengerjakan tugas rumah tangganya akan dibalas oleh Allah. Atas perjuangan yang sejatinya tidak wajib bagi merekalah kemudian Allah memberikan ganti yang begitu besar. Di sisi lain, siapa perempuan yang sabar dalam menjalani kehidupan rumah tangga bersama suaminya pasti akan mendapat pertolongan dari Allah Swt.

Selanjutnya kisah istri Umar yang umumnya juga sering dilakukan para istri, sejatinya mengajarkan kepada para suami untuk sabar. Letih, lelah, payah, dan banyak hal yang kadang menjengkelkan menurut istri dalam membantu suaminya adalah sangat wajar. Apalagi apa yang mereka lakukan seringkali bukan kewajiban mereka. Maka seharusnya para suami sadar bahwa banyak pengorbanan istri yang harus ia apresiasi setinggi-tingginya. Sebagaimana Umar yang bersabar ketika diomeli istrinya diam tanoa sedikit pun membalas.

Lalu, dengan kesabaran itu pula banyak karunia yang akan diperoleh suami. Sebagaimana kisah Syekh Kharqan. Ia diberi keistinewaan dapat menjinakkan binatang buas karena kesabaran atas prilaku buruk dari istrinya. Maka dari itulah jika suami ingin dapat kemuliaan dari Allah bersabarlah atas perilaku buruk yang datang dar makhkuk Allah yang namanya istri.

Demkian sedikit kisah, perjuangan perempuan dalam kehidupan bersama suami mereka. Sesungguhnya masih banyak kisah perjuangan mereka yang pasti akan kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat.

Wallahu A'lam Bisshawab

Monday, May 23, 2022

Belajar Tak Mengenal Waktu

Belajar Tak Mengenal Waktu
Oleh Mustamsikin

Belajar tak mengenak waktu, demikianlah ungkapan yang acap kali terdengar dari orang-orang yang selalu punya harapan. Apalagi ucapan itu benar-benar keluar dari lisan orang yang dimasa lalunya dirasa kurang beruntung. Orang-orang yang baru kemudian sadar bahwa masa lalu yang terlewat tanpa diisi dengan kegiatan mencari ilmu.

Sejatinya, ucapan motivasi di atas cukuplah sebagai bagian dari ekspresi kesadaran dari orang yang berpengalaman demikian. Boleh jadi mereka kurang beruntung sebab keadaan yang lebih menuntut prioritas kegiatan selain mencari ilmu. Boleh jadi mereka memang tidak begitu respek dengan ilmu pengetahuan. Boleh jadi mencari ilmu tidak menjadi trend bentukan masyarakat di masa muda mereka. 

Segala kemungkinan alasan untuk tidak mencari ilmu bisa diajukan. Toh lebih penting dari itu adalah sekarang mereka sadar bahwa mencari ilmu sangat penting. Dengan kesadaran yang demikian menjadikan mereka mau belajar kembali walau usia tak lagi muda. Yang paling penting mereka sudah sadar dan mau belajar. 

Kasus sebagaimana penjelasan di atas seringkali penulis temui dalam kehidupan sehari-hari. Lebih-lebih mereka yang lingkungan masyarakatnya tidak memiliki trend mencari ilmu. Masyarakat yang masih berpikiran pragmatis. Masyarakat yang masih memandang bahwa mencari ilmu itu mahal, butuh biaya tak sedikit, ditambah nanti kalau punya ilmu belum tentu memiliki penghasilan banyak. 

Cara pandang yang demikian sah, dan banyak dikalangan masyarakat tertentu. Masyarakat yang masih menganggap tabu orang yang mencari ilmu. Meski demikian tentu masih ada harapan bagi mereka untuk sadar dan mau mencari ilmu. Jika bukan mereka sekarang yanh sadar barangkali anak dan cucu mereka kelak akan sadar. 

Oleh sebab itulah siapapun jangan pernah putus asa mencari ilmu. Pun juga jangan memandang mereka yang enggan mencari ilmu karena berbagai alasan dengan pandangan buruk. Mereka masih berpotensi untuk sadar dikemudian hari. Sepanjang kehidupan tak terkecuali bagi mereka yang menyesali masa lalunya masih ada harapan besar untuk kesadaran yang lebih baik. 

Demikian sedikit guratan pena setelah sekian lama tidak menulis. Semoga bermanfaat. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 23 Mei 2022