MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Tuesday, October 13, 2020

Berpegang Pada Amal

Berpegang Pada Amal
Literasi Kitab Kuning Al-Hikam
Oleh Mustamsikin

"Di antara tanda berpegang pada amal adalah pupusnya harapan ketika terjadinya kesalahan"
(Ahmad bin Ata'illah Al-Sakandariy)

Bagi orang telah memiliki keyakinan penuh pada penciptanya yakni Allah Swt., maka tidaklah ia menyandarkan apa yang ia lakukan pada dirinya. Semuanya dikembalikan kepada Allah Swt. Kebaikan atau keburukan yang ia lakukan semata-mata sebab berlakunya qadha' dan qadar-Nya.

Keyakinan yang demikian di kenal dalam dunia tasauf sebagai maqamnya para 'arifun (ahli ma'rifat dengan Allah). Ahli ma'rifat yang menyelamkan dirinya pada lautan tauhid. Pengesaan pada Allah zat yang maha tunggal. Para orang seperti inlah yang hanya berpegang erat pada Allah tidak selainnya.

Kuatnya pegangan para 'arifun menjadikan mereka berpredikat sebagai golongan yang berkebalikan dengan jahilun. Sebagimana Muhammad bin Ibrahim Al-Randiy mengatakan, "Berpegang pada Allah adalah sifat para 'arifun muwahhidun sedang berpegang pada seliannya merupakan adalah sifat para jahilun yang lalai.

Mengapa para 'arifun sedemikian kuat mereka berpengang pada Allah semata, sebab meraka telah menyaksikan sedemikian rupa pengaturan Allah disertai dengan kedudukan yang amat dekat dengan-Nya. Sehingga kebaikan ataupun kesalahan yang mereka lakukan tidak lagi mereka sandarkan pada diri mereka sendiri. Sebab terjadinya kebaikan atau keburukan yang mereka lakukan tak lain tak bukan adalah berlakuknya takdir Allah Swt. Sebab semuanya Allah, maka harapan atau raja'  dan takut khauf meraka setara. Takut meraka tidak berkurang dan pengharapan mereka tidak pula bertambah. 

Di sisi lain para 'arifun telah menggapai maqam (kedudukan) fana'  atau sirna, lenyap serta hengkangnya rasa peng-aku-an pada dirinya. Tidak lagi mengaku atau merasa ia adalah subyek. Misalnya ia mengatakan, "Ini aku yang melakukan. Ini aku yang mengendalikan. Ini jasaku ini, ini kepunyaanku, ini kehendakku, ini kekuasaanku, ini kesalahanku." Dan peng-aku-an ini, itu yang lain.

Jika seseorang telah mencapai kedudukan seperti ini maka duduklah ia setara dengan ungkapan Ibnu Ata'illah di atas. Ia tidak lagi berpegang pada amal semata. Sebab amal yang ia lakukan dan keadaan yang meliputi dirinya sejatinya adalah garis ketetapan Allah. Sejatinya bukan ia yang melakukan, tapi Allah. Allah yang menciptakan manusia dan perbuatannya sekaligus. Di saat yang sama maka ia tidak akan pernah putus asa dan terus ada harapan ampunan Allah dari Allah, ketika tergelincir pada kesalahan. Toh juga kesalahan itu juga perbuatan yang diciptakan Allah dan diberlakukan kepada hambanya. 

Demikianlah sekelumit tentang bahasan atas ungkapan menarik Ibnu 'Ata' illah Al-Sakandariy dalam magnum opusnya kitab Al-Hikam. Meski mungkin ungkapan seperti ini adalah cerminan ekspresi kedudukan yang telah diperoleh Ibnu 'Ata'illah, namun tidak menutup ruang kita menggapainya. Bahkan dapat menjadi solusi dikalah setan menggoda kita memupus harapan dan membuntui jalan ketika kita hendak bertaubat atas kesalahan yang kita lakukan. 

Di samping itu, penulis yakin bahwa ungkapan-ungkapan dalam kitab Al-Hikam seperti di atas dapat kita amini. Dapat ditempuh dan dicerna serta dirasakan. Diupayakan untuk digapai. Sehingga tak lagi ada rasa ragu apakah Allah masih membuka pintu taubat ataukah sudah menutupnya rapat-rapat. 

Demikian kajian pada kesempatan ini semoaga bermanfaat. Semoga ada kesempatan kembali untuk kajian yang selanjutnya. 

Wallahu A'lam Bisshwab
Kediri, 13-10-2020.
Sumber bacaanSyarhul Hikam Ibnu Ibad Ar-Randiy

4 comments:

  1. Masyuk Pak.... Barokallah manfaat sanget

    ReplyDelete
  2. Melu melu awakmu ben ketularan pinter nulis. Lanjut. Suwun wes mampir.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, sangat bermanfaat pak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin. Maturnuwun dah mampir... Semangat semangat.

      Delete