MUSTAMSIKIN

Tafsir Al-Hasan Al-Bashriy

Saturday, April 29, 2023

Bincang-Bincang Agama

Bincang-Bincang Agama 1
Oleh Mustamsikin

Suasana lebaran masih terasa hangat sebab silaturahmi kepada handai tauan, kerabat, maupun kawan berlangsung dengan penuh keakraban. Lebih-lebih suasa tersebut juga penulis rasakan saat berkunjung di rumah seorang kawan senior--setidaknya ia sudah lebih berumur dan berpengalaman di masyarakat--pada Rabu 26 April 2023.

Setelah berbincang mengenai hal remeh-temeh layaknya tamu lebaran, mulai menanyakan kabar dan keadaan masing-masing, perbincangan berlanjut tentang bahasan yang bersinggungan dengan agama. Mulai pembahasan tentang perbedaan hari raya, seputar ru'yah dan hisab berikut polemik di masyarakat. Berikut cara mengelola perbedaan antar tokoh agama. 

Selain membincang mengelola masyarakat agar tidak timbul konflik, terkait perbedaan awal lebaran, penulis bersama kawan tadi juga membahas mengenai perkembangan semangat keberagamaan di masyarakat. Mulai awal masyarakat mengenal Islam, hingga para tokoh pejuang yang merintis edukasi dan sosialisasi (dakwah) tentang agama Islam di perkampungan yang notabenenya berada di lereng gunung Wilis. 

Perlu di ketahui mengawal dakwah Islam di lereng gunung tidak mudah. Sebab secara geografis masyarakat yang berada di lereng gunung cenderung jauh dari hiruk pikuk dunia pendidikan. Belum lagi juru dakwah yang menjangkau ke sana masih terbilang minim. Meskipun di kini suasana keberagamaan sudah jauh meningkat. 

Peningkatan yang dimaksud di tandai dengan semakin banyaknya orang menjalankan ritual ibadah seperti salat jamaah, puasa, hingga menjamurnya Madrasah Diniyyah Takmiliyyah meski sederhana. Menurut pengamatan kawan penulis ramaianya orang mau menjalankan syariat agama Islam masih beberapa puluh tahun yang lalu. Setidaknya dua generasi yang sebelumnya orang masih enggan melakukan ibadah salat. 

Tidak dipungkiri memang mendakwahkan Islam di daerah minus lagi-lagi membutuhkan semangat perjuangan dan konsistensi. Tanpa semangat dakwah dengan didukung keistikamahan yang kokoh tentu Islam di pelosok tidak akan berkembang bahakan akan menurun. Sekalipun untuk mengawal itu semua tidak begitu membutuhkan strategi metode yang rumit. 

Kembali para topik sederhana yang penulis bahas bersama kawan tadi, selain perkembangan Islam yang perlu pengawalan, terdapat hambatan yang tidak bisa diabaikan. Hambatan yang dimaksud muncul bukan sebab tantangan dari luar misalnya himpitan agama lain bukan. Hambatan muncul dari tokoh agama yang sakit hati yang kemudian gembosi masyarakat. 

Berdasar penuturan kawan, tokoh agama yang seperti itulah sejatinya yang membahayakan bagi kelangsungan perkembangan agama Islam. Mereka secara masif memberi teladan buruk, bahkan menyebarkan toksin yang dapat meracuni masyarakat. Alih-alih mereka memberi motivasi agar lingkungan menjadi baik nan religius malah mereka membuat kegaduhan di tengah masyarakat. 

Selain hambatan yang muncul, persoalan agama di masyarakat juga disertai dengan tantangan. Di antaranya meredupnya semangat generasi muda belajar agama yang didukung oleh minimnya minat orang tua memberikan pendidikan agama yang mumpuni--memondokkan anak misalnya. 

Kendati perbincangan berkutat pada hal-hal itu, namun yang seperti ini penting. Setidaknya untuk merencanakan kegiatan postif di masa mendatang dalam meningkatkan semangat keberagamaan di masyarakat. 

Demikian sedikit oleh-oleh lebaran. 
Semoga tidak sia-sia. 

Wallahu A'lam Bisshawab 
Kediri, 29 April 2023. 
Kawan yang dimaksud adalah sering disebut dnegan Kiai Nduwur sebab berada di atas dataran tinggi. Berdomisili di Ponggok, Mojo, Kediri.